A. DEFINISI ASFIKSIA NEONATORUM
Suatu keadaaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini oleh karena hipoksia janin intrauterine dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul di dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Pada dasarnya anatomi dan fisiologi neonatus dan bayi mempunyai kesamaan. Hal yang membedakannya hanya pada irama, kedalaman dan frekuensi pernapasannya. Hal ini dikarenakan proses adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstra uterin.
C. ETIOLOGI ASFIKSIA NEONATORUM
Hipoksia yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transpor O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Towell (1966) mengajukan penggolongan penyebab asfiksia neonatorum terdiri dari:
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu yang akan terjadi akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya, hipoksia ini terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian anastesia.
b. Gangguan kontraksi usus
c. Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan
d. Hipertensi
e. Hb yang menurun berakibat pada janin karena kekuatan mengikat O2 akan berkurang sehingga terjadi hipoksia
f. Gangguan penyakit jantung
2. Faktor fetus
a. Kompresi umbilicus
b. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
c. Lilitan tali pusat
3. Faktor plasenta
a. Plasenta tipis
b. Plasenta kecil
c. Plasenta tidak menempel
d. Solusio plasenta
4. Faktor neonatus
a. Pemakaian obat anastesi yang berlebihan pada ibu
b. Trauma yang terjadi saat persalinan
c. Kelainan kongenital pada bayi
d. Prematur
5. Faktor persalinan
a. Partus lama
b. Partus tindakan
6. Faktor resiko
a. Gizi ibu yang buruk
b. Anemia
c. Gangguan oksigenasi
d. Gangguan pemberian zat makanan/nutrisi
e. Penyakit menahun (hipertensi, gangguan penyakit jantung)
D. TANDA DAN GEJALA ASFIKSIA NEONATORUM
1. Tingkat kesadaran Sangat waspada Lesu (letargia) Pingsan (stupor), koma
2. Tonus oto Normal Hipotonik Flasid
3. Postur Normal Fleksi Disorientasi
4. Reflek tendo / klenus Hyperaktif Hyperaktif Tidak ada
5. Mioklonus Ada Ada Tidak ada
6. Reflek morrow Kuat Lemah Tidak ada
7. Pupil Midriasis Miosis Tidak sama, refleks cahaya jelek
8. Kejang – kejang Tidak ada Lazim Desebrasi
9. EEG Normal aktivitas kejang-kejang®Voltase rendah Supresi ledakan sampai isoelektrik
10. Lamanya 24 jam jika ada kemajuan 24 jam sampai 14 hari Beberapa hari sampai beberapa minggu
11. Hasil akhir Baik Bervariasi Kematian, defisit berat
E. PATOFISIOLOGI ASFIKSIA NEONATORUM
Setiap bayi baru lahir selalu mengalami keadaan hipoksia, dan karena hipoksia itu akan merangsang bayi untuk berusaha bernapas. Tetapi bila bayi tidak menunjukkan usaha bernapas hipoksia itu berlanjut sampai ke keadaan yang parah. Hipoksia janin itu sendiri dipengaruhi oleh faktor ibu, fetus, plasenta, neonatus, dan resiko.
Hipoksia pada ibu akan mengakibatkan gangguan aliran plasenta sehingga terjadi penurunan aliran O2 ke janin sehingga janin akan mengalami hipoksia. Untuk faktor fetus hipoksia janin terjadi akibat kompresi tali pusat sehingga terjadi gangguan aliran darah umbilikus pada janin. Sedangkan untuk faktor plasenta terjadi insufisiensi plasenta yang menyebabkan penurunan aliran O2 ke janin. Anastesi yang diberikan secara berlebihan pada waktu proses persalinan dan trauma yang dialami bayi sewaktu persalinan (partus lama dan partus tindakan) akan mengakibatkan depresi susunan saraf pusat pada janin. Sehingga akan terjadi kekacauan pada SSP dalam memberikan impuls kepada organ pernapasan dan berakibat gangguan fungsi organ pernapasan. Udara yang dihirup akan mengandung bakteri, virus maupun benda-benda asing yang semestinya tidak ikut masuk ke organ pernapasan untuk itu organ-organ pernapasan atas akan melakukan kompensasi dengan mengeluarkan lendir atau mukus, tetapi karena terjadinya kerusakan organ-organ pernapasan terjadilah produksi lendir yang berlebih sehingga akan mengakibatkan penumpukan mukus atau lendir. Hal ini akan menurunkan kadar O2 yang seharusnya diterima janin secara normal (terjadilah hipoksia janin). Untuk faktor resiko diakibatkan karena gizi buruk pada ibu sehingga mempengaruhi penurunan kadar Hb dalam darah ibu. Karena Hb yang berfungsi mengikat O2 menurun mengakibatkan O2 dalam darah ibu berkurang, hal ini mengakibatkan sirkulasi O2 dan nutrisi dari ibu ke janin terganggu, pada akhirnya terjadi penurunan IVGR dan hipoksia janin. Dalam hal ini terjadi pula kematuran paru yang mengakibatkan ekspansi paru belum maksimal sehingga terjadi kelemahan-kelemahan otot pernapasan yang berakibat hipoksia janin.
Hipoksia janin mengakibatkan perfusi jaringan yang berakhir pada kematian jaringan. Selain itu hipoksia janin mengakibatkan metabolisme anaerob sehingga terjadi akumulasi asam laktat, hal itu akan membuat bayi mengalami asidosis yang akan berakibat pada asfiksia. Hipoksia janin juga akan menstimulasi nevus vagus saraf simpatis yang akan mengaktifkan kontraksi otot polos kolon. Sehingga janin mengalami defakasi intrauterin yang akan membuat air ketuban berwarna hijau. Pada saat janin melakukan aspirasi intrapartum air ketuban yang terkontaminasi oleh tinja tersebut akan ikut masuk ke dalam sistem pernapasan janin yang berakibat janin mengalami asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnoe I disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menujukkan usaha nafas, dan kemudian diikuti pernapasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat, usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada pada periode apnoe yang ke II. Apabila perawatan yang dilakukan berhasil bayi akan menunjukkan usaha bernapas, tetapi jika tidak bayi akan mati.
F. KOMPLIKASI ASFIKSIA NEONATORUM
Komplikasi ini meliputi beberapa organ:
1. Otak: hipokstik iskemik ensefalopati, edeme serebri, palsi selebralis
2. Jantung dan paru: hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, pendarahan paru, edema paru.
3. Gastrointestinal: enterokolitis nekotrikans
4. Ginjal : tubular nekrosis akut
5. Hematologi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ASFIKSIA NEONATORUM
1. Analisa gas darah (PH kurang dari 7.20)
2. Penilaian APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha napas, tonus otot dan reflek
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah tumbuh komplikasi
4. Pengkajian spesifik
5. Elektrolit garam, baby gram, USG, gula darah.
H. PENATALAKSANAAN ASFIKSIA NEONATORUM
Penatalaksaan medis dengan asfiksia neonatorum sedang. Bila nilai APGAR 4-6:
1. Bayi kadang-kadan memerlukan resusitasi aktif, langkah pertama melakukan tindakan seperti pada bayi dengan nilai Apgar 7 – 10.
2. Pernapasan buatan yang dikerjakan:
a. Pernapasan kodok (frog breathing) tindakan di hentikan apabila dalam 1 – 2 menit tidak didapatkan hasil yang diharapkan
b. Pernapasan mulut ke mulut / penggunaan pompa resusitasi. Dalam hal ini harus di gunakan ”pharyngeal airway” agar jalan napas dapat bebas.
c. Intubasi endotrakea dan O2 di berikan melalui kateter endotrakeal dengan tekanan tidak melebihi 30 ml H2O.
d. Pemberian natrium bikarbonat 7.5% dengan dosis 2-4 ml/kg BB bersama-sama dengan glukosa 40% 1 – 2 ml/kg BB dapat diberikan apabila bayi belum bernapas 3 menit setelah lahir, walaupun tindakan-tindakan resusitasi sudah dikerjakan secara adekuat
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASFIKSIA NEONATORUM
PENGKAJIAN FOKUS
A. IDENTITAS KLIEN
Nama:
Tempat/tanggal lahir:
Usia:
Agama:
Suku:
Status perkawinan:
Pendidikan:
Bahasa yang digunakan:
Alamat:
Dx medik:
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama:
Alamat:
Hubungan dengan klien:
C. RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita:
Kebiasaan buruk:
Penyakit keturunan :
Alergi :
Imunisasi:
Operasi:
D. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Alasan masuk:
Tindakan/terapi yang sudah diterima:
Keluhan utama:
E. PENGKAJIAN POLA GORDON
1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menjaga kesehatan?
Bagaimana cara menjaga kesehatan?
Saat sakit:
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2. Nutrisi metabolik
Sebelum sakit:
Makan/minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan seperti vitamin?
Saat sakit:
Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
3. Eliminasi
Sebelum sakit:
Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
Apakah mengejan saat buang air besar atau buang air kecil sehingga berpengaruh pada pernapasan?
Saat sakit:
Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, waktu, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
4. Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit:
Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Apakah mengalami kelelahan saat aktivitas?
Apakah mengalami sesak nafas saat beraktivitas?
Saat sakit:
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (pendidikan kesehatan, sebagian, total)?
Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)?
5. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/atau malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
Saat sakit:
Apakah tidur klien terganggu, penyebab?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau malam) ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6. Kognitif dan persepsi sensori
Sebelum sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)?
Saat sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah merasa pusing?
7. Persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menggambarkan dirinya?
Saat sakit:
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya?
8. Peran dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit:
Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
Saat sakit:
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, dan dokter)?
Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9. Reproduksi dan seksualitas
Sebelum sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
Saat sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
10. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Sebelum sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
Saat sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11. Nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit:
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
Saat sakit:
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang dianut?
Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang nilai dan kepercayaan?
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum:
Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis
Tampak sakit ringan: bed rest ,terpasang infus
Tampak sakit sedang: bed rest, lemah, terpasang infus, alat medis
Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma
Kesadaran:
Kuantitatif:
Mata :
Spontan(4)
Atas permintaan(3)
Rangsang nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Verbal:
Kata bermakna, senyum, ikut objek(5)
Menangis tapi bisa diredakan(4)
Teriritasi secara persisten(3)
Gelisah, teragitasi(2)
Diam saja(1)
Motorik:
Menurut perintah(6)
Reaksi setempat(5)
Menghindar(4)
Fleksi abnormal(3)
Ekstensi nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Kualitatif: compos mentis (conscious), apatis, delirium, somnolen (letargi), stupor (sopor coma), coma?
2. Tanda-tanda vital:
Suhu: hipertermia?
Nadi: cepat, tidak teratur, frekuensi, irama, volume?
Pernapasan: cepat, irama, jenis, frekuensi?
Tekanan darah:?
Saturasi:?
3. Status gizi: tinggi badan, berat badan, berat badan normal, berat badan ideal?
4. Pemeriksaan sistemik:
Head to toe:
Inspeksi?
Palpasi?
Perkusi ?
Auskultasi?
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah?
2. USG?
3. Ct Scan?
H. TERAPI
Terapi yang didapat: nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?
I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada.
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui status tanda-tanda vital klien
2) Monitor kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klien dal beraktivitas
3) Anjurkan untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi, mengurangi beban kerja klien
4) Beri posisi semi fowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5) Bantu aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja klien
6) Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
7) Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
2. Perfusi jaringan serebral/perifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri terhambat.
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui status kesehatan (tanda vital) klien
2) Monitor capillary refill time
R/mengetahui status kesehatan klien
3) Monitor kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klien
4) Anjurkan untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi
5) Beri posisi semi fowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6) Bantu aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja klien
7) Cegah fleksi tungkai
R/menghindari penurunan staus kesadaran klien
8) Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
9) Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
10) Kolaborasi/lanjutkan terapi transfusi
R/mempercepat pemulihan kondisi klien
11) Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat proses penyembuhan
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas, sekresi di bronkus, eksudat di alveoli, sekresi yang tertahan, benda asing di jalan napas.
Intervensi:
1) Kaji fungsi pernapasan: frekuensi, bunyi, irama, jenis
R/mengetahui pola napas klien
2) Beri posisi semi fowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
3) Suction bila perlu
R/membersihkan jalan napas
4) Ajarkan teknik batuk efektif
R/mengeluarkan sekret yang tertahan
5) Anjurkan minum air hangat
R/mengurangi sekret
6) Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
7) Kolaborasi/lanjutkan pemberian anti mukolitik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi sekret
Tidak ada komentar:
Posting Komentar