Minggu, 25 September 2011

ANALISIS TRANSAKSIONAL

Ada 3 egostate
-anak
-dewasa
-orang tua

sehingga akan muncul beberapa bentuk komunikasi
-anak – anak
-anak – orang tua
-anak – dewasa
-dewasa – anak
-dewasa – dewasa
-dewasa – orang tua
-orang tua – anak
-orang tua – dewasa
-orang tua – orang tua

karakteristik
anak : ceria, periang, berpikir secara pendek, orientasi pada kesenangan
dewasa : berpikir secara panjang, orientasi masa depan, cenderung serius
orang tua : penuh perhitungan, orientasi pada generasi penerus, bijaksana

simaklah synopsis novel berikut dan temukan bentuk analisis transaksional yang muncul!

Judul : I Love You, Om
(Pengarang : Miranda)
Dion adalah seorang anak perempuan yang baru berusia dua belas tahun yang begitu disayang oleh ayahnya. Ayahnya merupakan seorang pelaut. Dion sangat menyayangi ayahnya. Suatu hari, mamanya datang menangis menyampaikan kabar dari jauh tentang ayah. Tentang ayah yang tak pernah lagi bisa kembali. Dion begitu rindu padanya. dion begitu merindukan kasih sayangnya. dion begitu rindu pangkuannya, pelukannya dan cerita indahnya sebelum aku tidur. Dalam kesendirianku. Merindukan sosok seorang ayah. Aku bertemu dengan om Gaza. Ia bekerja di sebuh rental film. Gaza adalah seorang yang baik hati, penuh perhatian dan begitu menyayangiku. Usia ku dan om Gasa terpaut enam belas tahun. Aku pertama kali bertemu om gaza sejak ia menjadi pengantar laundry ibu ku. Lelaki itu terpekur memandang Dion. Dion bagaikan sosok adik perempuannya Ninda yang telah pergi selama-lamanya. Gaza suka menceritakan cerita-cerita lucu untuk nya, memberinya es krim yang tidak pernah dibelikan mamanya, menonton film bersama, mengajaknya pergi perjalan-jalan secara sembunyi-sembunyi tetapi tentu saja hal ini menyenangkan bagi Dion.Waktu demi waktu terlewati, perasaan rindu Dion kepada ayahnya sudah berkurang. Semua mulai berubah ketika gaza meyelinap masuk dalam kehidupannya. Mulanya hanya rasa tentram yang hangat, setiap kali berada didekatnya. Juga khayalan tentang dunia petualangan yang mengasikan. Dion mulai sadar, keberadaan gaza adalah candu. ”Aku membutuhkannya”. ”Aku membutuhkan rasa tentram yang hangat itu”. ”Aku takut kehilangan nya”. ”Aku ingin terus berada didekatnya”. Dion tiba-tiba merasa begitu mudah cemburu jika Gaza berbicara ramah pada perempuan pelanggan tempatnya bekerja. Perasaan tentram yang nyaman itu mulai terdistorsi. Dion mulai berpikir, ”aku jatuh cinta”. Sejak perasaan itu menghinggapi Dion, ia ingin berubah menjadi perempuan dewasa. Mencoba menarik perhatian Gaza. Gaza hanya ingin melindunginya. Sejak pertama kali melihatnya ia merasa mereka memiliki kesamaan. Ia mencium bau kehilangan yang sama; seperti ia kehilangan Ninda adiknya. Mula-mula ia mengira yang dibutuhkan gadis kecil itu hanyalah seorang teman. Sampai tiba-tiba ia merasa janggal. Gaza merasa gadis itu mau mencoba menarik perhatiannya. Gaza melihat pula pancaran mata tak suka gadis itu terhadap keakrabannya dengan perempuan-perempuan pelanggan rental Tarantino. Tiba-tiba ia merasa takut bila Dion diam-diam memang tertarik padanya. Sebab ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya jika itu benar. Ia hanya ingin melindunginya seperti ia melindungi Ninda. Walaupun pada akhirnya di hari ulang tahun Gaza. Dion datang ke rumahnya dan mengungkapkan perasaannya bahwa Dion benar-benar cinta pada Gaza. Gaza merasa tenggerokannya mengering. Diliriknya jam didinding sekedar mengalihkan perhatiannya. Sudah hampir jam tujuh Dion. Kita masih punya banyak waktu untuk bicara. Sekarang lebih baik kamu berangkat sekolah. Gadis kecil itu tak lagi berkata apa-apa. Ia meninggalkan Gaza begitu saja. Gaza begitu bingung. Nggak tau mesti gimana. Gaza menggeleng. ”Gue nggak mau nyakitin dia”. “Gue bilang nggak sama dia sama aja menghancurkan hidupnya, ngancurin harapan-harapannya”. ” Dia Cuma anak kecil gue nggak tega”. Tapi akhir-akhir ini, perasaan gue campur aduk dengan perasaan lain yang gue nggak ngerti apa. Hari ulang tahun Dion pun tiba hanya berselang tujuh hari dengan ulang tahun Gaza. Dion sangat mengharapkan kehadiran Gaza walaupun baginya Gaza telah menyakitinya. Gaza begitu gelisah. Jantungnya berdebar. Ia merasa melayang tak tentu. Jam menunjukan hampir setelah delapan. Haruskah ia datang? Apa yang bisa dikatakan di depan gadis itu? Bahwa ia juga mencintainya? Bahwa ia hanya ingin melindunginya? Bahwa ia bersedia menjadi kekasihnya? Apa yang akan dikatakan oleh orang-orang? Nggak waras! Orang gila!. Teriaknya geram. Kesal.”Dion hanya gadis berusia dua belas tahun. Tak ada alasan yang dapat membenarkan keputusannya. Dion tetap masih menuggu Gaza sampai jam setengah sembilan. Dion merasa pandangannya panas dan ia kabur. Mamanya berlari mengikutinya. ” Dion! Mau ke mana?”. ”Dion mau pergi sebentar, Ma. Dion harus ketemu seseorang sekarang.” Dion berlari ke rumah Gaza. Mengetuk keras. Gaza terbangun. ”Dion? Kenapa ke sini?” gadis kecil itu berlari menubruknya. Mendekap tubuhnya. ”Sebenarnya om cinta sama aku anggak sih? Tetapi pertanyaan itu seolah pantul pada kekosongan disana. Pelan, Gaza meraih dagu Dion. Menegakkan wajahnya. Manatap ke dalam mata beningnya. Berusaha penyampaikan sesuatu. ”Kamu didalam, kan? Buka pintu!!!. Teriak ibu Dion. Dion mendengarkan suara ibunya. Aku nggak mau pulang! Om jangan bilang aku disini. Teriak ibu Dion. Aku tahu kamu tukang antar laundry saya dulu. Kamu apakan anak saya? Apa kamu kasih narkoba? Apa kamu hipnotis dia? ” Bu, saya nggak lakukan apa-apa. Dia datang kemari atas kemauan sendiri. Saya bukan orang jahat. Perempuan itu terdiam. Saya akan membujuk dia pulang. Saya akan antar ia malam ini juga ke rumah ibu, itu kalau ibu percaya sama saya”. Perempuan itu tertunduk pasrah. ”tolong jangan apa-apakan dia” lalu mereka berpisah Gaza berhasil membujuk dion pulang. Mama Dion menunggu didepan ruang tamu dan tersenyum melihat mereka. Perempuan itu membiarkan mereka berdua. Dion merasa melayang. Perasaan-perasaan yang begitu dekat benaknya yang tetap ia ingat dengan jelas. Gaza lalu pergi. Dion membiarkannya pergi dalam perasaan tak menentu dan ganjil. Suara decit rem memenuhi udara. Disusul bunyi tabrakan keras diikuti pekikan. Seorang laki-laki terlempar dari vespa. Dia tak bisa menangkap jeritan gadis kecil yang berlari kencang di tempat dimana ia tergolek diam dan pergi untuk selama-lamanya. ”Om Gasaaaa… !!! ” Berdasarkan sinopsis tersebut, terlihat bahwa hubungan interpersonal antara Dion dan Gaza berlangsung dalam tiga tahap seperti yang dikemukakan oleh Rakhmat (2005), yaitu pembentukan hubungan, peneguhan hubungan dan pemutusan hubungan.
Tahap Pembentukan Hubungan
Tahap pembentukan hubungan sering disebut juga dengan tahap perkenalan (acquaintance process). Perkenalan adalah proses komunikasi dimana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya kepada bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada macam-macam tahap perkembangan persahabatan. (Stave Duck, 1976 dalam Rakhmat (2005). Komunikasi interperonal antara Dion dan Gaza pada tahap perkenalan dimulai dari Gaza berkerja sebagai pengantar loundry ibunya Dion. Pada tahap ini terjadi kontak dimana Gaza memperhatikan Dion karena ia merasa iba pada gadis kecil yang terlihat cemberut dimeja makan karena dasinya yang belum terpasang. Sosok Dion mengingatkan ia pada adiknya Ninda yang telah tiada. Gaza merasa ingin membahagiakan Dion. Hubungan Gaza dan Dion diawali dengan rasa persamaan. Dion dan Gaza sama-sama merasa kehilangan. Dion kehilangan ayah sehingga sangat merindukan kasih sayang ayah dan Dion merasa Gaza dapat memberikan kasih sayang itu. Rakhmat (2005) menyatakan bila seorang berada dalam keadaan yang mencemaskan atau harus memiliki tekanan emosional, ia akan menginginkan kehadiran orang lain. kebutuhan akan kehadiran orang lain cenderung dilakukan untuk dapat mengobati tekanan emosi yang dirasakan. Sedangkan Gaza kehilangan adik kesayangannya yang memiliki persamaan usia dengan Dion. Sehingga ia mau memberikan kasih sayangnya kepada Dion. Terbentuknya hubungan ini sesuai dengan pendapat Ahmadi (2002) bahwa yang menjadi dasar utama seseorang untuk tertarik dengan orang lain yang belum saling mengenal adalah hal-hal yang tampak. Gaza melihat Dion sebagai seorang anak kecil yang memiliki persamaan dengan adiknya. Sehingga menjadi tahap awal perkenalan Dion dan Gaza dan ini menjadi suatu sebab Dion dan Gaza ingin melakukan komunikasi interpersonal ke tahap berikutnya yaitu tahap peneguhan hubungan.
Tahap Peneguhan Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, ada empat faktor yang amat penting dalam memperteguh hubungan tersebut yaitu keakraban, kontrol, respon yang tepat dan nada emosional yang tepat (Rakhmat (2005). Proses peneguhan hubungan dapat bersifat konfirmasi berupa pengakuan langsung, perasaan positif, respon setuju, suportif dan lain –lain. Lebih lanjut, berkaitan dengan sinopsis diatas, terlihat berbagai cara dan dialog untuk peneguhan hubungan interpersonal antara Gaza dan Dion. Ini ditunjukan dengan hubungan Gaza dan Dion yang semakin akrap. Gaza memelihara hubungan nya dengan Dion dengan memberikan rasa tenteram pada Dion dengan cara suka menceritakan cerita-cerita lucu untuk Gion, memberinya es krim yang tidak pernah dibelikan mamanya, menonton film bersama, mengajaknya pergi berjalan-jalan secara sembunyi-sembunyi tetapi tentu saja hal ini menyenangkan bagi Dion. Sedangkan Dion tidak menolaknya melainkan merasa senang jika bersama dengan Gaza walaupun dengan cara sembunyi-sembunyi. Ini merupakan salah satu cara Dion untuk mempertahankan hubungannya dengan Gaza. Dion merasa membutuhkan Gaza dan ingin selalu berada didekat nya sedangkan Gaza memberikan kasih sayangnya seperti menyayangi adiknya sendiri, ingin melindunginya dan memberikan ketentraman pada Dion. Hubungan ini semua merupakan hubungan untuk memperteguh hubungan interpersonal antara Dion dan Gaza. Hubungan lain untuk memperteguh hubungan terlihat sikap Gaza yang tidak mau menyakiti Dion. dari kutipan berikut ini; ”Gue nggak mau nyakitin dia”. “Gue bilang nggak sama dia. sama aja menghancurkan hidupnya, ngancurin harapan-harapannya”.
Tahap Pemutusan hubungan Interpersonal
Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua belah pihak. Menurut Devito (1996), sebelum memasuki pemutusan hubungan terjadi dulu tahap pengrusakan yaitu penurunan hubungan, ketika ikatan diantara kedua pihak melemah. Pada sisnopsis diatas terlihat bahwa walaupun Gaza dan Dion menggunakan berbagai cara untuk memperteguh hubungan interpersonal namun terdapat juga pengrusakan hubungan dan pemutusan hubungan interpersonal. Antara lain, terjadi perubahan dan perbedaan tujuan hubungan interpersonal yang semula, seperti kutipan dialog ini, sehingga menyebabkan hubungan antar Dion dan Gaza melemah;” Mulanya hanya rasa tentram yang hangat, setiap kali berada didekatnya. Juga khayalan tentang dunia petualangan yang mengasikan. Namun Dion mulai sadar, keberadaan gaza adalah candu. ”Aku membutuhkannya”. ”Aku membutuhkan rasa tentram yang hangat itu”. ”Aku takut kehilangan nya”. ”Aku ingin terus berada didekatnya”. Dion tiba-tiba merasa begitu mudah cemburu jika Gaza berbicara ramah pada perempuan pelanggan tempatnya bekerja. Perasaan tentram yang nyaman itu mulai terdistorsi. Dion mulai berpikir, ”aku jatuh cinta”. ”Aku hanya ingin melindunginya. Sejak pertama kali melihatnya aku merasa kita memiliki kesamaan. Aku mencium bau kehilangan yang sama; seperti aku kehilangan Ninda adikku. Mula-mula aku mengira yang dibutuhkan gadis kecil itu hanyalah seorang teman.”Tiba-tiba aku merasa takut bila Dion diam-diam memang tertarik padaku. Sebab aku tidak tahu apa yang harus dilakukannya jika itu benar. Aku hanya ingin melindunginya seperti aku melindungi Ninda.” ”Om, aku mau ngomong sesuatu. Aku benar-benar cinta sama Om. Aku akan jadi pacar yang baik. Apa om Gaza juga? Gaza merasa tenggerokannya mengering. Diliriknya jam didinding sekedar mengalihkan perhatiannya. Sudah hampir jam tujuh Dion. Kita masih punya banyak waktu untuk bicara. Sekarang lebih baik kamu berangkat sekolah. Gadis kecil itu tak lagi berkata apa-apa. Ia meninggalkan Gaza begitu saja dengan rasa kecewa. Sedangkan pemutusan hubungan interpersonal Dion dan Gasa tercermin pada dialog berikut ini; ” Dion membiarkannya pergi dalam perasaan tak menentu dan ganjil. Suara decit rem memenuhi udara. Disusul bunyi tabrakan keras diikuti pekikan. Seorang laki-laki terlempar dari vespa. Dia tak bisa menangkap jeritan gadis kecil yang berlari kencang di tempat dimana ia tergolek diam dan pergi untuk selama-lamanya. . ”Om Gasaaaa… !!! ”
Hubungan Interpersonal Gaza dan Dion Berdasarkan Model permainan
Analisis model permainan dikenal dengan analisis transaksional. Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam macam-macam permainan. Mendasari permainan itu, ada tiga bagian kepribadian manusia (Orang tua, Orang Dewasa, Anak). Berbagai permainan dalam transaksi interpersonal terjadi melalui hubungan interpersonal Gaza dan Dion. Dion adalah seorang anak kecil yang membutuhkan kasih sayang ayah. Gaza merasa iba pada Dion dan ingin memberi ketentraman pada hati Dion (kepribadian anak dibalas dengan orang tua). Dion sebagai seorang anak kecil yang baru berusia dua belas tahun, namun karena perasaannya terhadap Gaza maka dia merubah menampilnya seperti orang dewasa untuk menarik perhatian Gaza. Gaza telah mengetahuinya namun ia merasa takut bila Dion diam-diam memang tertarik padanya, sebab dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya jika itu benar. Disini terlihat bahwa dalam teori permainan, Dion berkepribadian sebagai orang dewasa walaupun masih anak dua belas tahun sedangkan Gaza berkepribadian sebagai anak kecil malaupun ia sebagai seorang yang dewasa. (keperibadian dewasa dibalas dengan anak). Disatu sisi hubungan tersebut juga merupakan hubungan komplementer. Gaza merasa kehilangan adiknya. Dengan hadirnya Dion, rasa kehilangan itu mulai berkurang demikian pula dengan Dion yang merindukan kasih sayang ayahnya. kehadiran Gaza membuat dion mengurangi kerinduannya kepada ayah yang telah pergi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antara Gaza dan Dion adalah hubungan saling melengkapi kebutuhan dan kekurangan mereka masing-masing.
Bentuk Pesan Verbal dan makna pesan linguistik komunikasi interpersonal Gaza dan Dion.
Pesan verbal merupakan pesan yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata baik yang dinyatakan secara oral maupun secara tulisan (Muhammad, 2004). Pesan verbal merupakan karakteristik khusus dari manusia. Tiada mahkluk lain yang dapat menyampaikan bermacam-macam arti melalui kata-kata. Kata dapat dimanipulasi untuk menyampaikan secara eksplisit sejumlah arti/makna. Menurut Devito (1996), ada dua jenis makna yaitu makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif dari suatu kata bersifat cukup umum dan universal. Artinya sebagian besar orang sepakat (mempunyai pengertian yang sama) tentang makna denotatif tersebut. Tetapi makna konotatif bersifat sangat pribadi dan tidak banyak orang mempunyai pengertian yang sama tentang makna konotatif sebuah kata. Sehingga kebanyakan kesalah pahaman dan ketidak sepakatan terletak pada makna konotatif ini. Dalam komunikasi interpersonal Dion dan Gaza juga penggunakan pesan-pesan verbal/ linguistik untuk menggungkapkan maksud. Maupun untuk memberikan respon. Pesan-pesan tersebut diciptakan dan disampaikan dengan tujuan tertentu dan dimaknai oleh komunikan. Seperti pada ungkapan berikut ini; ”Dion benar-benar cinta pada Gaza. Gaza merasa tenggerokannya mengering. Diliriknya jam didinding sekedar mengalihkan perhatiannya. Sudah hampir jam tujuh Dion. Kita masih punya banyak waktu untuk bicara. Sekarang lebih baik kamu berangkat sekolah. Gadis kecil itu tak lagi berkata apa-apa. Ia meninggalkan Gaza begitu saja” Bentuk pesan verbal yang digunakan Dion bertujuan untuk menyampaikan perasaan Dion kepada Gaza. Gaza sebenarnya telah memaknai pesan yang sama bahwa Dion menyukainya, yang muncul adalah makna pesan denotatif. Namun Gaza tidak memberikan respon seperti yang diharapkan Dion. ia menggunakan pesan verbal untuk mengalihkan pembicaraan mereka sehingga Dion memaknai pesan tersebut secara konotatif dan pergi meninggalkan Dion begitu saja. Selain itu, bentuk pesan verbal lain yang menimbulkan makna denotatif yaitu Gaza berhasil mengajak Dion kembali kerumah ibunya yang berarti bahwa Dion dapat memaknai pesan verbal yang disampaikan Gaza dengan tepat. Gaza menceritakan cerita yang lucu sehingga membuat Dion tertawa dan sebaginya.

DAFTAR PUSTAKA
Abu, Ahmadi. Psikologi Komunikasi. Jakarta. Rineka Cipta
Muhammad, Arni.2004. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara
De Vito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia Kuliah Dasar. Edisi 5. Jakarta:Professional Books
Effendi, Onong Uchjana. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
Miller, Gerald R. Interpersonal Communication dalam Dahnke
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
Miranda. I Love You, Om. (sebuah novel). Jakarta. Gagas Media.
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi Edisi 21. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar: