Selasa, 11 Oktober 2011

GANGGUAN PENDENGARAN

Mata, telinga, hidung, mulut, dan kulit merupakan panca indera yang dimiliki setiap manusia. Bila semua berfungsi dengan normal, maka hidup ini terasa indah. Tapi bagaimana jika salah satunya mengalami gangguan, misalnya telinga. Gangguan pendengaran pada anak perlu dideteksi sedini mungkin, mengingat pentingnya fungsi pendengaran dalam proses perkembangan bicara.
Fungsi pendengaran dan perkembangan bicara sudah termasuk dalam program evaluasi perkembangan anak secara umum yang dilakukan oleh profesi di bidang kesehatan, mulai dari tingkatan posyandu hingga rumah sakit. Perlu diketahui bahwa ada beberapa faktor risiko penyebab gangguan pendengaran pada bayi, yaitu:
1.Pasca rawat ICU
2.Riwayat prematur / BB<1500 gr 3.Riwayat Hyperbilirubinemia 4.Riwayat tuli pada keluarga 5.Ibu dengan IgM TORCH (+), VDRL (+) 6.Anomali Cranio Fasial (Kelainan Tempurung dan Bentuk Wajah) 7.APGAR SCORE 0-4 / 0-6 8.Riwayat pemakaian ventilator >5 hari
9.Riwayat meningitis bakterial
10.Ibu riwayat infeksi
Data penderita gangguan pendengaran berat antara 1999 – 2003 menunjukkan angka 2579, dengan rincian: tuli saraf berat saat umur < 1 tahun = 6,13 % , Gangguan pendengaran berat saat usia 1-3 tahun = 45,29%, Usia >5 tahun = 24,42% .
Pemeriksaan dengan menggunakan OTOACOUSTIC EMISSION (OAE) sangat berharga dalam diagnostik fungsi pendengaran secara dini tanpa melihat usia. Namun masalahnya, tidak semua rumah sakit memiliki peralatan tersebut.
Rasanya tidak berlebihan bila orang tua memiliki kesadaran dan tanggung jawab penuh terhadap proses tumbuh kembang buah hati tercinta, termasuk dalam perkembangan fungsi pendengarannya.

Tidak ada komentar: