Senin, 05 Desember 2011

ASUHAN KEPERAWATAN BPH

A.DEFINISI
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius ( Marilynn, 2000).
BPH adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab paling sering untuk intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun (Smeltzer, 2001).

Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah (Jong, Wim de, 1998)
BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/ jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994).

B.ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa faktor kemungkinan penyebab antara lain :
1.Dihydrotestosteron: Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
2.Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron: Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3.Interaksi stroma – epitel: Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
4.Berkurangnya sel yang mati: Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5.Teori sel stem: Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit ( Roger Kirby, 1994).

C.DERAJAT
1.Derajat I: Keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1-2cm, sisa urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat  20 gr.
2.Derajat II: Keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia,bertambah berat, panas badan tinggi, (menggigil), nyeri darah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50-100 cc dan beratnya  20-40 gr.
3.Derajat III: Gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tidak teraba, sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3-4 cm, dan beratnya 40 gr.
4.Derajat IV: Inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit ke ginjal, seperti gagal ginjal dan hydroneprosis.

D.TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1.Gejala Obstruktif yaitu :
a.Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
b.Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c.Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d.Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e.Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
2.Gejala Iritasi yaitu:
a.Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b.Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
c.Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

E.PATOFISIOLOGI
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

F.KOMPLIKASI
1.Aterosclerosis
2.Infark jantung
3.Impoten
4.Haemoragik post operasi
5.Fistula
6.Striktur pasca operasi dan inconentia urine.

G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Laboratorium: Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.
2.Radiologis: Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).

H.PENATALAKSANAAN
1.Non Operatif
a.Massase prostat
b.Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
c.Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan
d.Pemasangan kateter.
2.Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
a.TUR (Trans Uretral Resection)
b.STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
c.Retropubic Extravesical Prostatectomy)
d.Prostatectomy Perineal.

ASUHAN KEPERAWATAN

A.IDENTITAS KLIEN
B.IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
C.RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita: BPH?
D.RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Keluhan utama: nyeri?
E.PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN
1.Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2.Nutrisi metabolik
Apakah klien merasa mual/muntah?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum: frekuensi, porsi, jenis, voleme?
3.Eliminasi
Apakah BAB/BAK teratur, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
4.Aktivitas dan latihan
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (mandiri, sebagian, total)?
Apakah pada saat beraktivitas sesak, palpitasi, kelemahan, cepat lelah?
5.Tidur dan istirahat
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6.Kognitif dan persepsi sensori
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Keluhan gangguan pancaindera?
7.Persepsi dan konsep diri
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
8.Peran dan hubungan dengan sesama
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, dan dokter)?
Apakah merasa pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9.Reproduksi dan seksualitas
Apakah ada gangguan hubungan seksual pasien (mestruasi teratur? Impotensi?)?
10.Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11.Nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
Saat sakit
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang dianut?
F.PEMERIKSAAN FISIK
1.Keadaan umum :
2.Kesadaran :
3.Tanda-tanda vital :
4.Status gizi :
5.Pemeriksaan head to toe
a.Kulit, rambut, dan kuku
1)Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi
2)Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya abnormalitas
3)Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur (halus/kasar)edema, dan massa
b.Kepala:
1)Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
2)Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah garis kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan nyeri tekan, kekuatan akar rambut.
c.Mata
1)Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
2)Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan lunak dibawah bidang orbital.
3)Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka kelopak mata. Perhatikan warna, edema, dan lesi.
4)Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri disamping klien dengan menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
5)Inspeksi pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak langsung. Amati kesimetrisan, ukuran, bentuk, dan reflek terhadap cahaya (nervus okulomotorius)
6)Inspeksi iris terhadap bentuk dan warna
7)Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn dan kemerahan.
8)Uji ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan snellen card/jari tangan pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari pasien (nervus optikus).
9)Uji lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm dari pemeriksa.
10)Uji gerakan mata pada delapan arah pandangan dengan menggerakkan jari pemeriksa secara perlahan (nervus okulomotorius, nervus trokhlearis, nervus abduscen)
d.Hidung
1)Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan, adanya deformitas atau lesi, dan cairan yang keluar.
2)Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri, massa dan nyeri, massa dan penyipangan bentuk, serta palpasi sinus-sinus hidung.
3)Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang hidung dan minta pasien bernapas melalui hidung. Bandingkan antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan pasien membau (nervus olfaktorius).
4)Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat kepala kebelakang. Dengan bantuan penlight amati warna, lesi, cairan, massa, dan pembengkakan.
e.Telinga
1)Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
2)Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
3)Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak. Tekan tragus kedalam dan tulang telinga ke bawah daun telinga (bila peradangan akan nyeri).
4)Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
5)Tarik daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada anak-anak daun telinga ditarik ke bawah, kemudian amati liang telinga adanya kotoran, serumen, cairan, dan peradangan.
6)Uji fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/ bisikan dan garpu tala (tes Webber, Rinne, Swabacch). (nervus auditorius).
f.Mulut dan faring
1)Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
2)Minta pasien membuka mulut, jika pasien tidak sadar bantu dengan sudup lidah. Inpeksi keberihan jumlah, dan adanya caries.
3)Minta pasien buka mulut, inpeksi lidah akan kesimetrisan, warna, mukosa, lesi, gerakan lidah (nervus hipoglosus)
4)Inspeksi faring terhadap warna, lesi, peradangan tonsil
5)Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus fasialis)
6)Meminta pasien menelan dan membedakan rasa pada pangkal lidah (nervus glosofaringeal).
7)Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
g.Leher
1)Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembengkakakn, jaringan parut atau massa (muskulus sternokleidomastoideus)
2)Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)
3)Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal (normalnya tidak dapat dilihat)
4)Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
5)Palpasi kelenjar tiroid
h.Thorak dan tulang belakang
1)Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest, funnel chest).
2)Inspeksi kelainan bentuk tulang belakang (skoliasis, kifosis, lordosis).
3)Palpasi adanya krepitus pada kosta
4)Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi payudara: bentuk, ukuran.
i.Paru posterior, lateral, anterior
1)Inspeksi kesimetrisan paru
2)Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka atau huruf yang bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3)Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari tangan ke prosesus xifoideus dan minta pasien bernapas panjang. Ukur pergeseran kedua ibu jari.
4)Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari pundak sampai dengan torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
5)Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler, bronhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
j.Jantung dan pembuluh darah
1)Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.
2)Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada interkosta ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta 5 kiri. Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri (denyut apkal).
3)Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).
4)Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup jantung), dan adanya bunyi jantung tambahan.
5)Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.
k.Abdomen
1)Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran, datar, cekung, kebersihan umbilikus)
2)Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising usus)
3)Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
4)Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
5)Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
6)Mengukur lingkar perut
l.Genitourinari
1)Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan lakukan tindakan rectal touche (khusus laki-laki untuk mengetahui pembesaran prostat).
2)Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa, keputihan, perdarahan, ciran, bau.
3)Inspeksi alat kelamin/genitalia pria: kebersihan, lesi, massa, cairan, bau, pertumbuhan rambut , bentuk dan ukuran penis, keabnormalan prepusium dan gland penis.
4)Palpasi skrotum dan testis sudah turun atau belum
m.Ekstremitas
1)Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
2)Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
3)Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time, danedema
4)Kaji kemampuan pergerakan sendi
5)Kaji reflek fisiologis: bisep, trisep, patela, arcilles
6)Kaji reflek patologis: reflek plantar (babinsky)
G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Laboratorium: Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.
2.Radiologis: Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
H.TERAPI
Terapi yang didapat: nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?
I.DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh nyeri
Pasien tidak mengeluh sesak
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Suhu: 36-37C/axila
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
R/mengetahui keadaan perubahan kesehatan pasien.
2)Kaji nyeri pasien (PQRST).
R/mengetahui perubahan nyeri yang dirasakan pasien.
3)Ajarkan teknik distraksi/relaksasi dengan napas dalam.
R/mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien
4)Beri posisi nyaman (semifowler).
R/memberikan kenyamanan dan untuk mengurangi rasa nyeri
5)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/memenuhi kebutuhan pasien
6)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat proses penyembuhan
7)Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien
2.Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan, tidak familiar dengan sumber informasi.
Tujuan: Pengetahuan pasien bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dengan kriteria hasil:
Pasien bisa menjelaskan pengertian penyakitnya
Bisa menyebutkan dan menjelaskan penyebab
Bisa menyebutkan tanda dan gejala
Bisa menyebutkan cara perawatan/penatalaksanaan penyakitnya
Bisa menyebutkan dan menjelaskan pencegahan penyakitnya
Intervensi:
1)Kontrak waktu dengan pasien
R/menetapkan topik, waktu, dan tempat untuk pendidikan kesehatan
2)Berikan pendidikan kesehatan
R/meningkatkan pengetahuan pasien
3)Evaluasi pengetahuan pasien
R/mengetahui dan memastikan keberhasilan pendidikan kesehatan
4)Anjurkan kepada pasien untuk melakukan apa yang telah disampaikan dalam pendidikan kesehatan
R/mengingatkan kembali pada pasien
3.Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, prosedur invasif, pertahanan sekunder tidak adekuat.
Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2x24jam dengan kriteria hasil:
Daerah tusukan infus tidak ada tanda peradangan
Luka tidak ada tanda peradangan seperti merah, bengkak, panas, nyeri, dan fungsiolaesa.
Hasil laboratorium darah normal (Leukosit, Hb)
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui perubahan keadaan kesehatan pasien
2)Kaji tanda-tanda peradangan
R/untuk melihat tanda-tanda peradangan
3)Monitor pemeriksaan Laboratorium darah (Hb, leukosit)
R/untuk melihat perubahan kandungan darah
4)Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
R/untuk menghindari inos
5)Anjurkan untuk bed rest/cukup istirahat
R/mempercepat pemulihan kondisi
6)Batasi pengunjung
R/untuk mencegah inos
7)Rawat luka setiap hari dengan teknik steril dan bila luka rembes 2x/hari.
R/mencegah infeksi
8)Kalaborasi/lanjutkan nutrisi tinggi zat besi, vitamin C
R/untuk membantu proses penyembuhan luka
9)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat antibiotik ; nama, dosis, waktu, cara/rute, indikasi, efek samping.
R/mempercepat penyembuhan
4.Hipertermia berhubungan dengan penyakit.
Tujuan: Hipertermia teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dengan kriteria hasil:
Suhu: 36-37C/axila
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui perubahan keadaan kesehatan pasien
2)Anjurkan untuk banyak minum 40-50 mL/kgBB/24jam.
R/memenuhi kebutuhan cairan
3)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat pemulihan kondisi
4)Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis
R/ mengurangi rasa panas
5)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/mencukupi kebutuhan pasien
6)Beri kompres hangat
R/vasodilatasi pembuluh darah
7)Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi antipiretik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
5.Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui rute abnormal (perdarahan).
Tujuan: Resiko defisit volume cairan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
BB dalam batas normal
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Suhu: 36-37C/axila
Finger print <3 detik BAK 3-5x/hari Urin 0,5-1 cc/KgBB/24 jam Tidak ada perdarahan Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui perubahan keadaan kesehatan pasien 2)Anjurkan untuk banyak minum (40-50 mL/Kg BB/24 jam) R/memenuhi kebutuhan cairan 3)Hitung balance cairan R/mengetahui kelebihan dan kekurang cairan pasien 4)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien R/mencukupi kebutuhan pasien 5)Anjurkan untuk bed rest/cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi 6)Kolaborasi/lanjutkan pemberian terapi elektrolit; nama, dosis, waktu, cara, indikasi, efek samping. R/mempercepat penyembuhan 7)Kolaborasi/lanjutkan program therapi transfusi darah R/mempercepat pemulihan kesehatan pasien 6.Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan penyebab multipel Tujuan: Kerusakan eliminasi urin teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: BAK 3-5x/hari Pasien tidak mengeluh nyeri saat BAK Urin: 0,5cc/KgBB/24jam Warna urin kuning jernih Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt Suhu: 36-37C/axila Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui perubahan keadaan kesehatan pasien 2)Kaji/monitor urin pasien (warna, frekuensi, keluhan, volume) R/mengetahui lebih jelas fungsi perkemihan pasien 3)Hitung balance cairan R/mengetahui kelebihan dan kekurang cairan pasien 4)Anjurkan untuk bed rest/cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi pasien 5)Kolaborasi/lanjutkan pemeriksaan USG R/mengetahui fungsi perkemihan 6)Kolaborasi/lanjutkan pemberian terapi obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi, efek samping R/mempercepat penyembuhan 7.Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif. Tujuan: defisit volume cairan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: BAK 3-5x/hari Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt Suhu: 36-37C/axila Finger print <3 detik Tidak ada perdarahan Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu R/mengetahuiperubahan keadaan kesehatan pasien 2)Kaji finger print R/mengetahui tanda kekurangan cairan pasien 3)Anjurkan untuk banyak minum (40-50 mL/Kg BB/24 jam) R/memenuhi kebutuhan cairan 4)Hitung balance cairan R/mengetahui klebihan dan kekurang cairan 5)Anjurkan untuk bed rest/cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi 6)Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi cairan; nama, dosis, waktu, cara, indikasi, efek samping. R/mempercepat penyembuhan 7)Kolaborasi/lanjutkan program terapi transfusi darah R/mempercepat pemulihan kesehatan pasien 8.Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan: cemas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak tampak gelisah Pasien tidak mengeluh takut Pasien tampak tidak gugup Pasien tidak mengeluh cemas BAK 3-5x/hari Nadi 60-100x/mnt Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu R/mengetahui perubahan keadaan kesehatan pasien 2)Monitor/kaji tingkat kecemas pasien R/mengetahui perubahan kecemasan pasien 3)Monitor/kaji tanda-tanda kecemasan Mengetahui perubahan kecemasan pasien 4)Dorong pasien untuk mengungkapkan kecemasan R/mengetahui masalah yang dialami pasien 5)Berikan suport sistem R/mengurangi kecemasan pasien 6)Jelaskan prosedur dan setiap tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien Mengurangi kecemasan pasien. 7)Libatkan keluarga dalam memberikan suport system pada pasien R/mengurangi kecemasan pasien 8)Kolaborasi/lanjutkan terapi obat penenang: nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat penyembuhan pasien DAFTAR PUSTAKA Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice. 2000. Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. UPF Ilmu Bedah. 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo. Hardjowidjoto. 1999. Benigna Prostat Hiperplasia. Surabaya: Universitas Airlangga Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: FKUI Nanda. 2005. Definisi dan klasifikasi, Jakarta: Prima Medika

Tidak ada komentar: