Sabtu, 28 Januari 2012

MELAKUKAN PENDOKUMENTASIAN ASKEB KEHAMILAN

Dokumentasi berasal dari bahasa Inggris yaitu document yang berarti satu atau lebih lembar kertas resmi dengan tulisan diatasnya. Dokumentasi adalah sekumpulan catatan, penyimpanan dan desiminasi dari catatan informasi dalam sistem terintergrasi untuk penggunaan yang efisien dan mudah diterima. Dalam pelayanan kebidanan, dokumentasi merupakan bagian dari kegiatan bidan setelah memberikan asukan kebidanan.
A.Model-model Dokumentasi Asuhan
1.Model Naratif
Naratif adalah paragraf sederhana menggambarkan status pasien, intervensi dan pengobatan serta respon pasien terhadap intervensi. Pencatatn naratif adalah catatan harian atau format cerita yang digunakan untuk mendokumentasikan peristiwa asuhan kebidanan pada pasien yang terjadi selama jam dinas.
Contoh pendokumentasian naratif:
Tanggal Jam
23/3/10 09.00
Ny. D G1P0A0 hamil 8 minggu umur 24 tahun dengan keluhan mual. TD=120/80 mmHg, S= 36°C, N=80 kali/ menit, RR=20 kali/menit. Terapi diberikan B6, Fe, Vitamin C

2.Model Orientasi Masalah
a.POR (Problem Orientasi Record)
Diperkenalkan oleh dr. Lowrence (1969). Berisi dokumen masalah pasien dan intervensi pemecahannya. Digunakan oleh para dokter dikembangkan di dunia keperawatan/kebidanan dalam bentuk POR yang merupakan dokumentasi multidisuplimer. Setelah 20 tahun sistem ini dikembangkan langsung menjadi sistem SOAP Nakes.
Pada awalnya, pencatatan SOAP memang tidak mengarahkan aspek implementasi dan dan evaluasi, sehingga beberapa tahun kemudian pencatatan SOAP dimodifikasi agar mencerminkan seluruh aspek asuhan kebidanan/ keperawatan secara lebih akurat. Bentuk modifikasi pencatatan metode SOAP adalah pencatatan dengan metode SOAPIER (Subjektif Informations, Objectif Informations, Assesment, Planning, Implementation of plan, Evaluation dan Reassessment of client’s needs). Bentuk lain modifikasi pencatatan SOAP adalah tetap dengan SOAP, hanya saja pada Planning, tidak hanya berisi tentang rencana asuhan, namun juga mengandung implentasi dan evaluasi.
b.Source Oriented Record
Source Oriented Record (SOR) adalah catatan pasien yang berorientasi pada sumber, karena setiap sumber data mempunyai catatan tersendiri dan terpisah satu dengan yang lain. Catatan yang digunakan dalam model ini umumnya berbentuk naratif dan masih bersifat tradisional.
Pada umumnya, catatan model Source Orient Record ini mempunyai 6 bagian yaitu catatan khusus, lembar catatan dokter, lembar riwayat medik, lembar identitas, catatan keperawatan/ kebidanan, dan laporan khusus lainnya.
c.Charthing By Exception (CBE)
Dimulai sejak tahun 1983 di St. Luke’ Hospital di Midwaukee, Wisconsin. Merupakan metode pencatatan singkat dan berbeda dari dokumen pada umumnya. Dianggap dapat mengatasi masalah pendokumentasian dengan membuat catatan tentang pasien menjadi lebih nyata, hemat waktu, dan mengakomodasikan adanya informasi baru. CBE mempunyai elemen inti yaitu: lembar alur, standar praktek, protokol dan instruksi insidental, data dasar keperawatan, rencana perawatan berdasarkan diagnosis keperawatan, catatan perkembangan SOAP.
d.Kardeks
Merupakan pendokumentasian tradisional dipergunakan diberbagai sumber mengenai informasi pasien yang disusun dalam suatu buku. Informasi yang terdapat dalam kardeks:
1.Data pasien, meliputi nama, alamat, status perkawinan, tanggal lahir, pekerjaan, agama, dan kepercayaan
2.Diagnosa kebidanan, daftar prioritas masalah
3.Pengobatan sekarang/yang sedang dilakukan
4.Tes diagnostik, tanggal dan hasil
5.Kegiatan atau aktivitas yang boleh dilakukan pasien sehari-hari
e.Komputerisasi
Teknik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah sistem komputer yang berperan menyimpulkan, menyimpan proses, memberikan informasi yang diperlukan dalam kegiatan pelayanan kebidanan, penelitian dan pendidikan.

B.Prinsip Dokumentasi
Catatan pasien merupakan dokumen yang legal dan bermanfaat bagi dirinya sendiri juga bagi tenaga kesehatan yang mengandung arti penting dan perlu memperhatikan prinsip dokumentasi yang dapat ditinjau dari dua segi :
1.Ditinjau dari isi
a.Mempunyai nilai administratif
Suatu berkas pencatatan mempunyai nilai medis, karena cacatan tersebut dapat digunakan sebagai dasar merencanakan tindakan yang harus diberikan kepada klien
b.Mempunyai nilai hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi kebidanan, di mana bidan sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi dapat digunakan sewaktu-waktu, sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus di identifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan
c.Mempunyai nilai ekonomi
Dokumentasi mempunyai nilai ekonomi, semua tindakan kebidanan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan biaya kebidanan bagi klien.
d.Mempunyai nilai edukasi
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isi menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan kebidanan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi kesehatan lainnya.
e.Mempunyai nilai penelitian
Dokumentasi kebidanan mempunyai nilai penelitian, data yang terdapat didalamnya dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi kebidanan.
2.Ditinjau dari teknik pencatatan
a.Mencantumkan nama pasien pada setiap lembaran catatan
b.Menulis dengan tinta (idealnya tinta hitam)
c.Menulis/menggunakan dengan symbol yang telah disepakati oleh institusi untuk mempercepat proses pencatatan
d.Menulis catatan selalu menggunakan tanggal, jam tindakan atau observasi yang dilakukan sesuai dengan kenyataan dan bukan interpretasi.
e.Hindarkan kata-kata yang mempunyai unsur penilaian; misalnya: tampaknya, rupanya dan yang bersifat umum
f.Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, pada catatan observasi dan pemeriksaan oleh orang yang melakukan
g.Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk keadaan, tanda, gejala, warna, jumlah dan besar dengan ukuran yang lazim dipakai. Interpretasi data objektif harus didukung oleh observasi
h.Kolom jangan dibiarkan kosong, beri tanda bila tidak ada yang perlu ditulis
i.Coretan harus disertai paraf disampingnya

C.Aspek Legal Dokumentasi
Dokumentasi asuhan kebidanan harus mudah dibaca, berisi data akurat dan dapat mengkomunikasikan informasi penting tentang seorang pasien yang ditangani oleh bidan ke beberapa profesional. Dalam kasus hukum, dokumentasi asuhan kebidanan bisa menjadi landasan berbagai kasus gugatan dan menjadi alat pembela diri bagi bidan dan institusi pelayanan kesehatan yang bersangkutan. Dokumentasi asuhan kebidanan dapat digunakan sebagai bukti penting dalam mengevaluasi asuhan yang telah diberikan oleh bidan,akan terlihat apakah bidan telah melakukan asuhan tetapi tidak didokumentasikan atau bidan tidak memberikan asuhan semestinya.
Agar pendokumentasian yang dibuat, diakui dan legal secara hukum, ada beberapa pedoman yang harus diikuti oleh bidan. Pedoman pencatatan yang legal menurut hukum tersebut antara lain:
1.Bidan harus mampu memahami dasar hukum dari tuntutan malpraktek yang mungkin akan melibatkan para bidan. Untuk itu setiap selesai melakukan asuhan bidan harus mencatat hasil tindakan dan adanya kebutuhan asuhan kebidanan minimal satu kali setiap giliran jaga. Kemudian membuat catatan singkat tentang komunikasi yang dilakukan bidan dengan dokter dan tindakan yang telah dilakukan.
2.Bidan harus memberikan informasi tentang kondisi pasien yang tepat
3.Bidan harus memperlihatkan semua fakta mengenai proses asuhan yang telah diberikan secara tepat dan akurat
4.Bidan harus mampu memperhatikan kondisi pasien dan melakukan pencatatan secara rinci. Situasi perawatan pasien mungkin dikaitkan dengan tuntutan atau gugatan hukum kepada bidan karena kelalaiannya.

D.Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Metode SOAP
Menurut Thomas (1994 cit. Mufdlillah, dkk,2001) dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang diberikan. Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dilakukan pada seorang pasien di dalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis dalam menghadapi seorang pasien sesuai langlah-langkah manajemen kebidanan.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP (S adalah Data Subyektif, O adalah Data Obyektif, A adalah Assesment dan P adalah Planning). Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
1.S = SUBYEKTIF
Data subyektif merupakan data yang didapat dari hasil anamnesis kepada pasien. Catatan ini berhubungan masalah dengan sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sehingga kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa (data primer). Pada bayi/anak kecil data subjektif ini dapat diperoleh dari orang tuanya (data sekunder). Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Data subyektif dari ibu hamil yang harus dikumpulkan meliputi :
a.Biodata ibu dan suami (penanggungjawab)
b.Riwayat perkawinan, terdiri atas: status perkawinan, perkawinan ke, umur ibu saat perkawinan dan lama perkawinan
c.Riwayat menstruasi, meliputi: HPHT, siklus haid, perdarahan pervaginamn dan flour albus
d.Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: riwayat ANC, gerakan janin, tanda-tanda bahaya atau penyulit, keluhan utama, obat yang dikonsumsi termasuk jamu, kekhawatiran ibu
e.Riwayat obstetri (Gravida/G... Para/P... Abortus/A... Anak hidup,/Ah...), meliputi perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, BB lahir bayi < 2500 gram atau >4000 gram serta masalah selama kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
f.Riwayat Keluarga Berencana, meliputi: jenis metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat pemasangan dan berhenti, keluhan/ alasan berhenti.
g.Riwayat Kesehatan/ penyakit ibu dan keluarga, meliputi: penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, asma, epilepsi, hati, malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS
h.Riwayat kecelakaan, operasi, alergi obat/ makanan
i.Imunisasi TT
j.Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, meliputi: pola nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), personal hygiene, aktivitas dan istirahat
k.Riwayat psikososial, meliputi: pengetahuan dan respon ibu terhadap kehamilan dan kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga di rumah, respon keluarga terhadap kehamilan, dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan ibu.

2.O = OBYEKTIF
Data obyektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan fisik pasien. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau oranglain dapat dimaksukkan dalam data obyektif ini sebagai data penunjang. Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa.
Data obyektif dari ibu hamil yang harus dikumpulkan adalah :
a.Pemeriksaan fisik ibu hamil:
1)Keadaan umum, meliputi: tingkat energi, keadaan emosi dan postur badan ibu selama pemeriksaan, TB dan BB
2)Tanda-tanda vital, meliputi: tekanan darah, suhu badan, frekuensi denyut nadi dan pernapasan
3)Kepala dan leher, meliputi edeme wajah, cloasma gravidarum, mata (kelopak mata pucat, warna sklera), mulut (radang pucat, kebersihan, keadaan gigi (karies, karang, tonsil), leher : pembesaran kelenjar tyroid, pembuluh limfe
4)Payudara, meliputi : bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola, keadaan puting susu, kolostrum atau cairan lain, retraksi, massa dan pembesaran limfe
5)Abdomen, meliputi: adanya bekas luka, hiperpigmentasi (linea nigra, strie gravidarum,). Tinggi Fundus Uteri (TFU) dengan tangan jika kehamilan lebih dari 12 minggu dan dengan pita ukuran jika usia kehamilan lebih dari 22 minggu. Palpasi abdomen untuk mengetahui letak, presentasi, posisi (usia kehamilan lebih dari 28 minggu) dan penurunan kepala janin (usia kehamilan lebih dari 36 minggu), DJJ janin dengan fetoskop jika usia kehamilan lebih dari 18 minggu
6)Ekstremitas, meliputi edema tangan dan kaki, pucat pada kuku jari, varises dan reflek patella
7)Genetalia, meliputi: luka, varises, kondiloma, cairan (warna, konsistensi, jumlah, bau), keadaan kelenjar bartholini (pembengkakan, cairan, kista), nyeri tekan, hemoroid dan kelainan lain
8)Inspekulo, meliputi keadaan serviks (cairan/ darah, luka)
9)Pemeriksaan bimanual untuk mencari letak serviks, adalah dilatasi dan nyeri tekan/ goyang. Palpasi uterus untuk menentukan ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, nyeri, adanya masa (pada trimester 1)
10)Punggung, adanya kelainan bentuk atau tidak
11)Kebersihan kulit
b.Palpasi abdomen (Leopold)
1)Leopold
Leopold I, untuk menentukan umur kehamilan dengan cara menentukan TFU dan menentukan bagian janin yang ada pada fundus
Leopold II, untuk menentukan letak janin apakah memanjang atau melintang, serta menentukan bagian janin yang ada di sebelah kanan dan kiri uterus
Leopold III, untuk menentukan bagian terendah (presentasi) janin dan menentukan apakah presentasi janin sudah masuk Pintu Atas Panggul (PAP).
Leopold IV, untuk menentukan seberapa jauh masuknya presentasi janin ke PAP.
2)Osborn Test
Untuk mengetahui adanya DKP (Disporposi Kepala Panggul) pada ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 36 minggu.
c.Pemeriksaan panggul: Indikasi dilakukan pemeriksaan panggul adalah ibu-ibu hamil yang diduga panggul sempit, yaitu pada primigravida kepala belum masuk panggul pada 4 minggu terakhir dan pada multipara dengan riwayat obstetri jelek, pada ibu hamil dengan kelainan letak pada 4 minggu terakhir dan pada ibu hamil dengan kiposis, skoliosis, kaki pincang dan cebol.
d.Pemeriksaan laboratorium: Pemerikasaan yang harus dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan urine (PP Test, warna urine, bau, kejernihan, protein urine, dan glukose urine) maupun sampel darah (hemoglobin, golongan darah, hematokrit darah, faktor resus, rubella, VDRL/RPR dan HIV).
e.Pengkajian data fetus
1)Gerakan janin: Bisa dilakukan dengan cara dilihat, dirasakan atau diraba. Gerakan janin mulai dirasakan ibu hamil primigravida pada usia kehamilan 18 minggu dan usia 16 minggu pada multigravida. Pada usia 20 minggu gerakan janin bisa diraba oleh pemeriksa.
2)Denyut Jantung Janin (DJJ): Merupakan tanda pastikehamilan dan kehidupan janin. DJJ mulai terdengar usia kehamilan 16 minggu, dengan Doppler usia kehamilan 12 minggu dan dengan stetoskop Laenec pada usia kehamilan 18-20 minggu.. Ciri- ciri DJJ adalah ketukan lebih cepat dari denyut nadi, dengan frekuensi normalnya 120-160 kali per menit. Cara mengitung DJJ adalah sebagai berikut:
a)Pastikan yang terdengar adalah DJJ
b)Dengarkan DJJ pada tempat yang paling jelas terdengar DJJ (punctum maximum)
c)Satu tangan memegang monoskop Leanec, tangan yang lain memegang denyut nadi radialis ibu, mata melihat jam
d)Hitung 5 detik pertama, 5 detik ketiga dan 5 detik kelima
e)Pada 5 detik kedua dan 5 detik keempat DJJ tidak dihitung, tetapi tetap mendengarkan dan memperhatikan DJJ
f)Hasilnya dijumlah dikalikan empat ditulis dengan ”.... kali per menit, dijelaskan juga keteraturan dan kejelasannya.
3)Non Stress Test (NST): Jika janin sehat maka pada saat janin bergerak aktif DJJ akan meningkat. Jika janin kurang baik pergerakan tidak diikuti dengan peningkatan DJJ.
4)Amniosentesis: Adalah tindakan aspirasi cairan amnion dengan pungsi melalui dinding abdomen (transabdominal) atau melalui serviks uteri (transervikal). Untuk mendeteksi kelainan genetik dan metabolik serta kelainan janin.
3.A = ASSESMENT/ ANALYSIS
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif. Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami dan akan ditemukan informasi baru dalam data subyektif maupun data obyektif. Analisis data adalah melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencangkup: diagnosa/ masalah kebidanan, diagnosa / masalah potensial serta perlunya antisipasi diagnosis/ masalah potensial dan tindakan segera.
a.Diagnosa Kebidanan
Ny. ... umur ... tahun, G...P...A... hamil...minggu, anak tunggal/ganda, hidup intra uterin, letak memanjang/sungsang/lintang, presentasi, puka/puki, divergen/konvergen
Dasar:
-DS
-DO
b.Diagnosa Masalah (sesuai dengan apa yang diungkapkan/ dikeluhkan klien)
Dasar :
-DS :
-DO:
-Kebutuhan : (sesuai dengan kebutuhan klien)
c.Identifikasi diagnosis atau masalah potensial (Diagnosa Potensial)
Diagnosis atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan masalah atau diagnosis yang sudah teridentifikasi
d.Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera (Antisipasi Penanganan Segera)
Diperlukan untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien.
4.P = PLANNING/ PERENCANAAN
Planning/ Perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan datang. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan terdiri dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatannya harus sesuai proses pslnnya dan harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi/rujukan.
Meskipun secara istilah, P adalah Planning/ Perencanaan saja, namun P adalah metode SOAP juga mengandung Implementasi dan Evaluasi. Sebanyak mungkin pasien harus berubah, analisis juga berubah maka rencana auhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan. Dalam planning juga mencantumkan evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas asuhan/ hasil pelaksanaan asuhan.

Tidak ada komentar: