Selasa, 17 Januari 2012

OBAT-OBAT ANTIBAKTERIAL

Obat-Obat antibakterial kini dikelompokkan ke dalam sembilan kelompok: penisilin, sefa¬losporin, makrolid, tetrasiklin, linkosamid, aminoglikosida, kloramfenikol, peptida, dan vankomisin. Penisilin dan sefalosporin, mes¬kipun sangat mirip secara struktur kimiawi, akan dibicarakan terpisah. Kloramfenikol dan vankomisin akan dibicarakan bersama seba¬gai obat-obat antibakterial yang lain. Kebanyakan dari antibiotik kini diproduk¬si semisintetik atau sintetik.
Mekanisme Kerja Antibakterial: Empat mekanisme kerja antibakterial yang menghambat pertumbuhan atau . penghan¬curan mikroorganisme adalah:
1.Pengham¬batan sintesis dinding sel bakteri.
2.Pengubahan permeabilitas kapiler.
3.Penghambatan sintesis protein, dan
4.Menganggu metabolisme di dalam sel. Obat-Obat antibakterial yang dipakai un¬tuk mencapai konsentrasi penghambatan minimum (MIC = minimum inhibitory concentration) yang diperlukan untuk menghen¬tikan pertumbuhan mikroorganisme-konsen¬trasi yang tergantung dari farmakokinetik obat (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi). Tetapi, jika ingin mencapai kon¬sentrasi bakterisidal minimum (MBC= mini¬mum bactericidal concentration), biasanya diperlukan konsentrasi obat dalam jumlah yang cukup jauh lebih tinggi, sehingga klien perlu dipantau dan dinilai untuk mengetahui apakah terjadi toksisitas obat.

A.MEKANISME KERJA OBAT ANTIBAKTERIAL
Pertahanan tubuh dan obat-obat antibakte¬rial bekerja lama untuk menghentikan proses infeksi. Efek obat antibakterial pada infeksi tidak hanya tergantung pada obat tersebut, tetapi juga pada mekanisme pertahanan tu¬buh orang tersebut. Faktor-Faktor seperti umur, gizi, imunoglubulin, sel darah putih, fungsi organ, dan sirkulasi mempengaruhi ke¬mampuan tubuh mengatasi infeksi. Jika me¬kanisme pertahanan tubuh alami dari orang tersebut tidak memadai, maka terapi obat mungkin tidak akan seefektif semestinya. Akibatnya, terapi obat mungkin perlu dipan¬tau ketat atau diubah. Jika sirkulasi tergang¬gu, obat antibakterial mungkin tidak didis¬tribusi sebagaimana mestinya. Selain itu, imunoglobulin seperti IgG, IgM (suatu pro¬tein dengan aktivitas antibodi; bagian dari sis¬tem respons kekebalan), dan sel darah putih ang diperlukan untuk mengatasi infeksi da¬pat berkurang pad amereka dengan status gizi yang buruk.

B.RESISTENSI TERHADAP ANTIBAKTERIAL
Bakteri dapat menjadi sensitif atau resisten terhadap antibakterial tertentu. Jika suatu bakteri sensistif terhadap suatu obat, maka organisme itu akan dihambat atau dimusnah¬kan. Jika suatu bakteri resisten terhadap suatu antibakterial, maka organisme itu akan terus bertumbuh meskipun telah dilakukan pemberian obat antibakterial.
Resistensi bakteri dapat timbul secara alami (inheren), atau didapat. Resistensi alami, atau inheren terjadi tanpa didahului paparan terhadap obat antibakterial. Contoh¬nya, bakteri gram negatif (pewarnaan Gram), Pseudomonas aeruginosa, resisten terhadap penisilin G. Resistensi didapat disebabkan oleh pemajanan terhadap antibakterial. Con¬tohnya, meskipun Staphylococcus aureus dulu pernah sensitif terhadap penisilin, pemajanan sebelumnya telah membuat organisme ini menjadi resisten terhadap penisilin G. Peni¬silinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh mi¬kroorganisme, merupakan penyebab dari re¬sistensi penisilin. Enzim ini memetabolisme penisilin G, sehingga obat menjadi tidak efek¬tif. Kini tersedia penisilin yang resisten ter¬hadap penisilinase yang efektif melawan Staphylococcus aureus.

C.REAKSI MERUGIKAN YANG SERING PADA OBAT-OBAT ANTIBAKTERIAL
Pada institusi pelayanan, kesehatan yang besar, ada kecenderungan lebih banyak obat yang resisters terhadap bakteri. Strain mutan dari organisme telah berkembang, sehingga menambah, resistensi terhadap antibiotik yang dulu pernah efektif. Infeksi yang didapat ketika klien dirawat di rumah sakit disebut sebagai infeksi nosokomial. Infeksi ini memperpanjang tinggalnya klien di rumah sakit dan memakan biaya lebih besar.
Resistensi silang dapat juga terjadi an¬tara obat-obat antibakterial yang mempunyai keija yang serupa, seperti penisilin dan sefalosporin: Untuk menentukan efek obat, an¬tibakterial pada mikroorganisme tertentu di¬lakukan pembiakan dan sensitiftas (C & S-¬culture and sensitivity), atau pengujian kepekaan antibiotik. Kepekaan atau resistensi suatu mikroorganisme terhadap beberapa an¬tibakterial dapat diketahui dengan metode ini. Terapi multiantibiotik (pemakaian bebera¬pa antibakterial setiap hari) menghambat per¬kembangan resistensi mikroorganisme.
Reaksi Merugikan Yang Sering pada Antibakterial: Tiga reaksi merugikan utama pada pemberian obat-obat antibakterial adalah. Reaksi alergi (hipersensitifitas), superinfeksi, dan toksisitas organ.
Antibiotik Spektrum Sempit dan Spektrum Luas
Obat-Obat antibakterial dapat mempunyai spektrum sempit atau spektrum luas. Anti¬biotik berspektrum sempit terutama-efek¬of untuk melawan. satu jenis organisme. Contohnya, penisilin dan eritromisin dipakai untuk mengobati Infeksi yang disebabkan oleh bakteria gram positif. Antibiotik. spektrum luas, seperti tetrasiklin dan sefalosporin, efektif terhadap organisme baik gram positif maupun gram negatif Karena antibiotiki ber¬spektrum sempit bersifat selektif, maka obat¬-obat ini lebih aktif dalam melawan organisme tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum luas. Antubiotik spektrum luas sering¬kali dipakai untuk mengobati infeksi dimana mikroorganisme yang menyerang belum di¬identifikasi dengan pembiakan dan sensi¬tifitas.

D.PENISILIN
Penisilin, suatu agen antibakterial alami yang dihasilkan dari jamur genus Penicillium, diperkenalkan pada militer selama perang du¬nia II dan dianggap telah menyelamatkan banyak nyawa tentara. Penisilin menjadi luas dipakai pada tahun 1945 dan diberi nama obat "ajaib". Dengan hadirnya penisilin, ba¬nyak klien yang selamat yang sebelumnya mungkin,akammeninggal akibat luka dan in¬feksi pernapasan yang berat.
Struktur beta laktam penisilin mengham¬bat sintesis dinding sel bakteri dengan meng¬hambat enzim bakteri yang diperlukan untuk, pemecahan, sel dan sintesis selular. Bakteria akan mati akibat lisis sel (pemecahan sel). Pe¬nisilin dapat bersifat bakteriostatik maupun bakterisidal tergantung dari obat dan dosisnya. Penisilin G, terutama bersifat bakterisidal.
Penisilin G adalah penisilin pertama yang diberikan per oral dan injeksi. Dengan pem¬berian oral, hanya kira-kira sepertiga dari dosis diabsorpsi. Karena absorpsinya yang buruk maka, penisilin G yang diberikan per injeksi (intramuskular dan intravena) lebih efektif dalam mencapai kadar penisilin serum terapeutik. Penisilin G mempunyai masa ker¬ja yang singkat, dan injeksi intramuskularnya menimbulkan rasa nyeri akibat larutan obat dalam air. Oleh karena itu, penisilin dengan masa kerja yang lebih panjang, prokain peni¬silin (berwarna seperti susu) dihasilkan untuk memperpanjang aktivitasnya. Prokain dalam penisilin mengurangi nyeri akibat injeksi dari pengobatan ini.¬
Penisilin V merupakan tipe penisilin yang diproduksi selanjutnya. Meskipun dua pertiga dari dosis oralnya diabsorpsi oleh saluran gas¬trointestinal, tetapi obat ini merupakan an¬tibakterial yang sedikit: kurang kuat diban¬dingkan dengan penisilin G, Penislin V-efektif melawan infeksi yang ringan sampai sedang.
Mula-Mula, penisilin dipakai secara berlebihan. Obat ini pertama kali diperkenalkan untuk.pengobatan infeksi stafilokokus, tetapi beberapa tahun kemudian, berkembang starin mutan dari stafilokokus yang resisten terhadap, penisilin G dan V. Selain itu, stafilokokus mensekresi enzim bakteri, penisilinase, yang merusak penisilin; sehingga menjadi tidak efektif. Ini mendorong dikembangkannya an¬tibiotik baru yang berspektrum luas dengan struktur serupa dengan penisilin untuk me¬ngatasi infeksi. Yang resisten, terhadap penisilin G dan V.
1.Penisilin Spektrum Luas: Penisilin spektrum luas dipakai baik untuk mengobati bakteria gram positif maupun gram negatif Tetapi obat ini tidak efektif "se¬cara luas" dalam melawan semua mikroor¬ganisme seperti yang diduga sebelumnya. Kelompok obat ini lebih mahal daripada pe¬nisilin dan karena itu tidak boleh dipakai jika penisilin biasa, seperti penisilin G masih efektif. Penisilin spektrum luas efektif melawan beberapa.organisme gram negatif, seperti Escherichia coli, Haemophillus, influenzae, Shi¬gella dysenteriae, Proteus mirabilis, dan Salmonella species, tetapi obat-obat ini tidak bersifat resisten terhadap penisilinase. Contoh-contoh dari kelompok ini adalah ampisilin, amoksisilin bakampisilin, dan siklasi¬lin. Amoksisilin adalah derivat penisilin yang paling sering diresepkan untuk orang dewasa dan anak-anak.
2.Penisilin Resisters Penisilinase: Penisilin resisten penisilinase (penisilin antis¬tafilokokus) dipakai untuk mengobati Staphy¬lococcus aureus yang menghasilkan penisili¬nase. Kloksasilin dan dikloksasilin adalah: preparat oral dari antibiotik ini; metisiln, nafsilin, dan oksasilin adalah preparat in¬tramuskular dan intravena. Kelompok obat ini tidak efektif dalam melawan organisme gram negatif dan kurang efektif daripada penisilin-G dalam melawan organisme gram positif
3.Farmakokinetik: Amoksisilin diabsorpsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal, di-mana kloksasilin hanya sebagian diabsorpsi. Kekuatan pengi¬katan pada protein dari dua obat ini berbe¬da-amoksisilin 20% berikatan pada protein, dan kloksasilin tinggi berikatan pada protein >90%. Toksisitas obat dapat terjadi jika obat¬obat lain yang tinggi berikatan pada' protein dipakai bersamaan dengan kloksasilin. Kedua obat ini mempunyai waktu paruh. yang singkat. Tujuh puluh persen dari amoksisilin diekskresikan ke dalam urin; kloksasilin di¬ekskresikan ke dalam empedu dan urin.
4.Farmakodinamik: Baik amoksisilin dan kloksasilin adalah deri¬vat penisilin dan bersifat bakterisidal. Obat¬obat ini niengganggu sintesis dinding sel bakteri, sehingga menyebabkan sel menjadi lisis. Amoksisilin dapat diproduksi dengan atau tanpa asam klavulanat, suatu agen yang mencegah pemecahan amoksisilin dengan menurunkan resistensi terhadap obat antibak¬terial. Penambahan asam klavulanat menambah efek amoksisilin. Preparat amoksisilin asam klavulanat (Augmentin) dan amoksisilin trihidrat (Amoxil) mempunyai farmakokinetik dan farmakodinamik yang serupa, dan demi¬kian pula efek samping dan reaksi merugikannya. Jika memakai aspirin dan probenesid ber¬sama amoksisilin atau kloksasilin, maka ka¬dar antibakterial serum dapat meningkat. Efek.amoksisilin dan kloksasilin berkurang jika dipakai bersama eritromisin dan tetrasiklin. Mula kerja, waktu untuk mencapai kadar puncak, dan lama kerja dari amoksisilin dan kloksasilin sangat serupa.
5.Penisilin Antipseudomonas: Penisilin antipseudomonas merupakan kelom¬pok obat baru dari penisilin spektrum luas. Kelompok obat ini efektif dalam melawan Pseudomonas aeruginosa, suatu basilus gram negatif yang sulit dibasmi. Obat-Obat ini juga berguna dalam melawan banyak organisme gram negatif seperti Proteus spp., Serratia spp., Klebsiella pneumoniae, dan Acinetobacter spp. Penisilin antipseudomonas bukan meru¬pakan resisten penisilinase. Kerja farmakologiknya mirip dengan aminoglikosida, tetapi kurang toksik dibandingkan dengan amino¬glikosida.
6.Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan: Reaksi merugikan yang sering dari pemberian penisilin adalah hipersensitifitas dan super¬infeksi (timbulnya infeksi sekunder jika flora tubuh terganggu). Mual, muntah atau diare merupakan gangguan gas¬trointestinal yang sering. Ruam kulit merupa¬kan indikator dari adanya reaksi alergi yang ringan sampai sedang. Reaksi alergi yang berat dapat. menjadi syok anafilaksis. Efek alergi terjadi pada 5-10% orang yang meneri¬ma senyawa penisilin; oleh karena itu, pernantauan ketat sewaktu pemberian dosis peni¬silin pertama dan dosis selanjutnya perlu dilakukan.

E.SEFALOSPORIN
Pada tahun 1948, suatu jamur yang disebut dengan Cepahalosporium acremonium, dite¬mukan pada pipa pembuangan di tepi pantai Sardinia. Jamur ini ternyata aktif melawan bakteri gram positif dan gram negatif dan resisten terhadap latamase beta (enzim yang bekerja melawan struktur laktam beta dari penisilin). Pada awal 1960-an, sefalosporin di¬manfaatkann efektifitasnya dalam klinis. Su¬paya sefalosporin dapat efektif melawan ba¬nyak organisme, maka molekulnya diubah se¬cara. kimiawi dan diproduksilah sefalosporin semisintetik. Seperti juga penisilin, sefalos¬porin mempunyai struktur laktam beta dan bekerja dengan menghambat enzim bakteri yang diperlukan untuk mensistesis dinding sel. Terjadilah lisis sel, dan sel bakteripun - mati.
1.Sefalosporin Generasi Pertama, Kedua dan,Ketiga: Tiga kelompok sefalosporin telah dikembang¬kan dan diberi nama sebagai generasi. Gene¬rasi pertama dari sefalosporin efektif mela¬wan organisme gram positif dan gram negatif. Sekitar 10% orang yang alergi terhadap penisilin juga alergi terhadap sefalosporin karena kedua kelompok antibakterial ini mempunyai struktur molekul yang serupa. Jika se¬orang klien alergi terhadap penisilin dan me¬makai sefalosporin, maka perawat harus mengawasi adanya kemungkinan reaksi aler¬gi meskipun kemungkinan terjadinya reaksi kecil. Hanya sedikit dari sefalosporin yang diberikan per oral. Yang termasuk diantaranya adalah sefaleksin (Keflex), sefadroksil (Duri¬cef), sefradin (Velosef), sefaklor.(Ceclor), sefu roksim asetoksietil ester .(Ceftin) atau sefu roksim sodium (Zinacef), dan sefiksim (Suprax). Sefalosporin yang lainnya diberikan intramuskular dan intravena.
2.Farmakokinetik: Sefazolin dan sefamandol diberikan intramus¬kular dan intravena. Kekuatan pengikatan pada protein lebih besar daripada sefamandol. Waktu paruh dari masing-masing obat pendek, dan keduanya diekskresikan tanpa peru¬bahan ke dalam urin.
3.Farmakodinamik: Sefazolin dan sefamandol menghambat sin¬tesis dinding sel bakteri dan menghasilkan kerja bakterisidal. Pada pemakaian intramuskular dan intravena dari sefazolin dan sefamandol, mula kerjanya hampir segera dan waktu untuk mencapai konsentrasi pun¬cak dari ke dua obat ini juga sama. Jika probenesid diberikan dengan salah satu dari obat-obat ini, maka ekskresi se¬fazolin atau sefamandol dalam urin akan ber¬kurang, yang akan meningkatkan kerja obat. Obat-Obat ini dapat menimbulkan hasil posi¬tif palsu untuk pemeriksaan laboratorium proteinuria dan glukosuria, terutama, jika diberikan dalam dosis besar.
4.Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan: Efek samping dan reaksi yang merugikan dari sefalosporin adalah gangguan gastrointestinal (mual muntah dan diare) perubahan dalam pembekuan darah (menambah perdarahan) pada pemberian dosis besar dan nefrotok sisitas (toksisitas pada sel-sel ginjal), pada orang-orang yang memang telah. menderita kelainan ginjal.
5.Interaksi Obat: Interaksi obat terjadi pada sefalosporin ter¬tentu dan minum alkohol. Contohnya, dengan minum alkohol sewaktu memakai sefamandol, sefoperazon atau moksalaktam, dapat menim¬bulkan flushing, pusing, sakit kepala, mual dan muntah dan kram otot. Obat-obat urikosurik yang dipakai bersamaan dapat menu¬runkan ekskresi sefalosporin dalam urin, sehingga sangat meningkatkan kadar serum.

F.MAKROLID, LINKOSAMID DAN VANKOMISIN
Ketiga kelompok obat ini akan dibahas seka¬ligus, karena meskipun strukturnya berbeda, tetapi. mereka mempunyai spektrum efekti¬fitas antibiotik yang sama dengan penisilin. Obat-Obat.dari ketiga kelompok ini dipakai sebagai pengganti penisilin, terutama bagi mereka yang alergi terhadap penisilin. Eri¬tromisin adalah obat yang sering diresepkan jika pasien memiliki hipersensitivitas terhadap penisilin.

G.MAKROLID: ERITROMISIN
Eritromisin, turunan dari bakteri seperti ja¬mur, Streptomyces erythrateus, pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1950an. Eri¬tromisin menghambat sintesis protein. Dalam dosis rendah sampai sedang, obat ini mempu¬nyai efek bakteriostatik, dan dengan dosis tinggi, efeknya bakterisidal. Eritromisin dapat diberikan melalui oral atau intravena. Karena asam lambung merusak obat, berbagai garam eritromisin (contoh etilsuksinat, stearat, dan estolat) dipakai untuk mengurangi disolusi (pecah menjadi partikel-partikel kecil) di dalam lambung dan memungkinkan absorpsi terjadi pada usus halus. Untuk pemakaian in¬travena, senyawa, eritromisin laktobionat dan eritromisin gluseptat, dipakai untuk meningkatkan absorpsi obat.
Eritromisin aktif melawan hampir semua bakteri gram positif, kecuali Staphylococcus aureus, dan cukup aktif melawan beberapa bakteri gram negatif. Obat ini sering diresep¬kan sebagai pengganti penisilin. Obat ini me¬rupakan obat pilihan untuk pneumonia akibat mikoplasma, dan penyakit Legionnaire.
1.Farmakokinetik: Preparat eritormisin oral diabsorpsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat ini tersedia untuk pemberian intravena, tetapi harus diencerkan dalam 100 mL salin atau dekstrosa 5% dalam larutan air untuk mencegah flebitis atau rasa terbakar pada tempat suntikan. Obat ini mempunyai waktu paruh yang singkat dan efek pengikatan pada proteinnya sedang. Obat ini diekskresikan ke dalam empedu, feses dan sebagian kecil dalam urin. Karena jumlah yang diekresikan ke dalam urin sedikit, maka insufisiensi ginjal bukan merupakan kontraindikasi bagi pema¬kaian eritromisin.
2.Farmakodinamik: Eritromisin menekan sintesis protein bakteri. Mula kerja dari preparat oral adalah 1 jam, waktu untuk mencapai puncak adalah 4 jam, dan lama kerjanya adalah 6 jam.
3.Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan: Efek samping dan Reaksi yang merugikan dari eritromisin adalah gangguan gastrointestinal, seperti mual dan muntah, diare, dan kejang abdomen. Reaksi alergi terhadap eritromisin jarang terjadi. Hepatotoksisitas (toksisitas hati) dapat terjadi jika obat dipakai bersama obat-obat hepatotoksik lainnya,. seperti asetaminofen (dosis tinggi), fenotiazin dan sul¬fonamid. Eritromisin estolat (Ilosone), nam¬paknya lebih mempunyai efek -toksik pada liver dibandingkan dengan eritormisin lain¬nya. Kerusakan hati biasanya bersifat revers¬ibel jika obat dihentikan. Eritromisin; tidak boleh dipakai bersama klindamisin atau lin¬omisin karena mereka bersaing untuk men¬dapatkan tempat reseptor.

H.LINKOSAMID
Klindamisin dan linkomisin merupakan contoh-contoh dari linkosamid. Seperti eritor¬misin, obat-obat ini juga menghambat sintesis protein bakteri dan mempunyai efek kerja bakteriostatik dan bakterisidal, tergantung dari dosis obatnya. Klindamisin lebih banyak dire sepkan daripada, linkmisin karena klindamisin aktif melawan kebanyakan dari or¬ganisme gram positiff, termasuk. Staphylo¬coccus aureus dan organisme anaerobik. Obat ini tidak efektif melawan bakteri gram nega¬tif, seperti Escherichia coli, Proteus, dan Pseu¬domonas. Klindamisin diabsorpsi lebih baik daripada linkomisin melalui saluran gastrointestinal dan kadar obat dalam serum diper¬tahankan lebih tinggi. Klindamisin dianggap lebih efektif daripada linkomisin dan mempunyai lebih sedikit efek toksik.
1.Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan: Efek samping dan reaksi yang merugikan dari klindamisin dan linkomisin adalah iritasi gas¬trointestinal, seperti mual, muntah dan sto¬matitis. Selain itu, juga dapat terjadi ruam kulit. Reaksi merugikan yang berat adalah kolitis dan syok anafilaktik.
2.Interaksi Obat: Klindamisin dan linkomisin bersifat inkompa¬tibel dengan aminofilin, fenitoin (Dilantin), barbiturat, dan ampisilin.

I.VANKOMISI
Vankomisin, antibiotik bakterisidal glikopeptida, dipakai secara luas pada tahun 1950an untuk mengobati infeksi stafilokokus. Pema¬kaian obat ini hampir saja ditinggalkan akibat banyaknya laporan terjadinya nefrotoksisitas dan ototoksisitas. Ototoksistas mengakibat¬kan kerusakan cabang auditorius atau vesti¬bularis dari saraf kranial kedelapan.. Kerusakan yang demikian dapat menimbulkan hilang¬nya pendengaran yang permanen (cabang au¬ditorius) atau hilangnya keseimbangan yang permanen (cabang vestibularis). Vankomisin masih dipakai untuk melawan Staphylococcus aureus yang resisten terhadap obat dan dalam profilaksis pembedahan jantung untuk mereka yang alergi terhadap penisilin. Kadar van¬komisin dalam serum biasanya diperiksa,pada klien yang menerima obat ini.

J.TETRASIKLIN
Tetrasiklin, diisolasi dari Streptomyces aureo¬faciens pada tahun 1948, merupakan anti¬biotik spektrum luas pertama yang efektif melawan bakteri gram postif dan gram negatif dan banyak organisme lainnya, seperti miko¬bakterium, riketsia, spirokaeta, dan klainidia.
Tetrasiklin bekerja dengan menghambat sin¬tesis protein bakteri dan mempunyai efek bakteriostatik. Tetrasiklin tidak efektif untuk melawan Staphylococcus aureus (kecuali un¬tuk tetrasiklin yang lebih baru), pseudomo¬nas, atau proteua. Obat ini dapat dipakai un¬tuk melawan Mycoplasma pneumoniae.
Tetrasiklin seringkali diresepkan untuk pemakaian oral meskipun obat ini juga ter¬sedia untuk pemakaian intramuskular dan in¬travena. Karena pemberian tetrasiklin intra¬muskular menimbulkan nyeri pada tempat in¬jeksi dan iritasi pada jaringan, maka rute pemberian ini jarang dipakai. Rute intravena dipakai untuk mengobati infeksi yang berat. Preparat oral tetrasiklin yang lebih baru, doksisiklin dan minosiklin, lebih cepat dan lebih lengkap diabsorpsi. Tetrasiklin tidak boleh diminum bersama preparat magnesium dan alumunium (antasid), produk susu yang me¬ngandung kalsium, atau obat yang mengan¬dung besi, karena semua substansi ini ber¬ikatan dengan tetrasiklin dan mencegah absorpsi obat. Disarankan agar tetrasiklin, ke¬cuali doksisiklin dan minosiklin, diminum dalam keadaan lambung kososng 1 jam sebe¬lum atau 2 jam setelah makan. Tabel 21-7 menjelaskan preparat tetrasiklin, dosis, pema¬kaian, dan pertimbangan pemakaiannya.
Meskipun tetrasiklin luas dipakai, obat ini mempunyai banyak efek samping, reaksi yang merugikan, toksisitas, dan interaksi obat.
1.Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan: Gangguan gastrointestinal, seperti mual, muntah, dan diare merupakan efek samping dari tetrasiklin. Fotosensitifitas (reaksi ter¬bakar sinar matahari) dapat terjadi jika me¬makai tetrasiklin, khususnya demeklosiklin. Wanita hamil tidak boleh memakai tetrasiklin selama trimester pertama kehamilan karena adanya kemungkinan efek teratogenik. Wani¬ta dalam trimester terakhir kehamilan dan anak-anak yang berusia kurang dari 8 tahun tidak boleh memakai tetrasiklin karena peru¬bahan warna yang menetap pada gigi tetap. Minosiklin dapat menyebabkan kerusakan pada bagian vestibular dari telinga dalam, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam menjaga keseimbangan. Tetrasiklin harus diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah ma¬kan karena makanan, terutama produk susu, menghambat absorpsi. Tetrasiklin yang ka¬daluwarsa harus selalu dimusnahkan karena obat berubah menjadi produk sampingan yang toksik. Nefrotoksisitas terjadi jika tetrasiklin diberikan dalam dosis tinggi dengan obat-obat nefrotoksik lainnya. Superinfeksi merupakan masalah-lain yang mungkin terjadi karena tetrasiklin-dapat-mengganggu 'flora' mikroba dari tubuh.

K.AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosid bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri. Antibiotik aminogli¬kosida dipakai untuk melawan bakteri gram negatif, seperti Escherichid coli, Proteus spp., dan Pseudomonas spp. Beberapa kokus gram positif resisten terhadap aminoglikosid, se¬hingga penisilin atau sefalosporin dapat dipakai.
Streptomisin sulfat, diturunkan dari bak¬teri Streptomyces griseus pada tahun 1944, merupakan aminoglikosida pertama yang ter sedia untuk pemakaian klinik dan dipakai untuk mengobati tuberkulosis: Karena sifat ototoksisitasnya dan terjadinya resistensi bak¬teri, maka obat ini kini jarang dipakai. Aminoglikosida yang sekarang dipakai untuk mengobati infeksi Pseudomonas aeruginosa a¬dalah gentamisin (1963), tobramisin (1970), amikasin (l970an), dan netilmisin (1980an). Netilmisin merupakan satu dari aminogliko¬sida terbaru, dan kejadian toksisitas dari obat ini tidak sesering atau seberat obat-obat aminoglikosida yang lain.
1.Farmakokinetik: Netilmisin diberikan intramuskular atau in¬travena. Persentase pengikatan pada protein¬nya sebesar 10%, dan mempunyai waktu paruh yang singkat yaitu 2-3 . jam. Sembilan puluh persen dari obat diekskresi tanpa mengalami perubahan ke dalam urin.
2.Farmakodinamik: Netilmisin menghambat sintesis protein bak¬teri dan mempunyai efek bakterisidal. Kategori kehamilan dari aminoglikosid adalah D. Mula kerja untuk pemakaian intramuskular atau intravena adalah segera. Waktiu untuk, mencapai konsentrasi puncak dalam serum serupa dengan untuk pemberian IM atau IV, yaitu 0,5-1,5 jam. Aminoglikosida tidak dengan cepat diab¬sorpsi melalui saluran gastrointestinal o1eh karena itu obat ini diberikan intramuskular ¬dan intravena. Untuk memastikan tercapainya kadar darah yang dinginkan, maka obat ini biasanya diberikan intravena. Aminoglikosida dapat diberikan bersama penisilin dan sefalosporin, tetapi tidak diberikan ber¬sama-sama dalam satu kemasan. Jika mem¬berikan kombinasi antibiotik secara intra¬vena, maka jalur IV harus dibilas setiap kali satu macam antibiotik selesai diberikan untuk memastikan bahwa antibiotik tersebut leng¬kap diberikan.
3.Efek Samping dan Reaksi Yang Merugikan: Reaksi merugikan yang serius dari amino¬glikosida adalah ototoksistas dan nefrotoksi¬sitas. Nefrotoksisitas dapat terjadi, tergan¬tung dari fungsi ginjal, dosis obat, dan usia (muda dan lanjut usia). Pemberian dosis yang hati-hati sangat perlu diperhatikan pada klien yang muda atau lanjut usia. Perawat harus menilai perubahan pendengaran, keseimbangan dan keluaran urin klien. Pemakaian aminoglikosida yang berkepanjangan dapat menimbulkan superinfeksi.


L.QUINOLON
Mekanisme kerja quinolon., adalah dengan menghambat enzim girase DNA, yang diperlu¬kan untuk sintesis DNA bakteri. Spektrum antibakterialnya mencakup baik organisme gram positif maupun gram negatif. Obat ini bersifat bakterisidal. Asam nalidiksat dan. sinosaksin merupakan derivat kelompok quinolon pertama, yang diresepkan terutama untuk infeksi saluran kemih akibat organisme; gram negatif yang seperti, seperti Escherichia - coli.
Siprofloksasin dan norfloksasm merupakan antibakterial sintetik darn asam nalidiksat. Kedua quinolon mi mempunyai spektrum kerja yang luas pada organisme gram positif dan gram negatif, termasuk : Pseudomonas aeruginosa Norfloksasin diindikasikan untuk infeksi saluran kemih, dan sprofloksasin, telah disetujui oleh FDA (badan pengawasan obat dan makanan di Amerika) untuk infeksi saluran kemih; infeksi saluran pernapasan bagian bawah dan infeksi kulit, jaringan lunak, tulang dan sendi. Pemakaian siprofloksasin tidak hanya terbatas untuk saluran kemih tetapi juga sama efektifnya untuk mengobati in¬feksi tulang, sendi, dan jaringan lunak.
1.Farmakokinetik: Sekitar 70% dari siprofloksasin hidroklorida (Cipro) diabsorpsi melalui saluran gastrointes¬tinal. Obat ini mempunyai efek pengikatan pada protein yang rendah dan mempunyai waktu paruh yang cukup singkat yaitu, 3-4 jam. Sekitar setengah dari obat ini diekskresikan tanpa mengalami perubahan ke dalam urin.
2.Farmakodinamik: Siprofloksasin menghambat sintesis DNA bakteri dengan menghambat enzim, girase DNA. Obat ini mempunyai distribusi jaringan yang tinggi. Jika memungkinkan, obat ini di¬pakai sebelum makan karena makanan memperlambat laju absorpsi. Jika memakai pro¬benesid bersama siprofloksasin, maka kerja obat siprofloksasin meningkat. Siprofloksasin memperpanjang kerja obat dari teofilin. Siprofloksasin mempunyai mula kerja ra¬ta-rata sekitar 0,5-1,0 jam, dan waktu untuk mencapai konsentrasi puncak adalah 1-2 jam. Lama kerja obat ini tidak diketahui.



Tidak ada komentar: