Selasa, 28 Februari 2012

HIFEMA

A.DEFINISIS HIFEMA
Hifema adalah adanya darah di dalam kamera anterior (Smeltzer,2001). Hifema atau adanya darah dalam bilik mata depan dapat terjadi karena trauma tumpul (Sidarta,1998). Bila pasien duduk hifema akan terlihat mengumpul di bagian bawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Darah dalam cairan aqueus humor dapat membentuk lapisan yang terlihat. Jenis trauma ini tidak perlu menyebabkan perforasi bola mata.

B.ETIOLOGI HIFEMA
Hifema biasanya disebabkan trauma pada mata, yang menimbulkan perdarahan atau perforasi (Douglas, 2002). Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan pada bilik depan mata. Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli anterior. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam kamera anterior, mengotori permukaan dalam kornea.

C.TANDA DAN GEJALA HIFEMA
1.Pandangan mata kabur
2.Penglihatan sangat menurun
3.Kadang – kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis
4.Pasien mengeluh sakit atau nyeri
5.Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme
6.Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra
7.Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen
8.Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan
9.Pupil tetap dilatasi (midriasis)
10.Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma.
11.Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea
12.Kenaikan TIO (glukoma sekunder )
13.Sukar melihat dekat
14.Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil
15.Anisokor pupil
16.Penglihatan ganda (iridodialisis)

D.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HIFEMA
1.Kartu mata snellen (tes ketajaman pengelihatan) : mungkin terganggu akibat kerusakan kornea, aqueus humor, iris dan retina.
2.Lapang pengelihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh patologi vaskuler okuler,glukoma.
3.Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler ( TIO ) normal 12-25mmHg.
4.Tes provokatif : digunakan untuk menentukan adanya glukoma bila TIO normal atau meningkat ringan.
5.Pemerikasaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, edema retine, bentuk pupil dan kornea.
6.Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
7.Tes toleransi glokosa : menentukan adanya /kontrol diabetes.

E.PENATALAKSANAAN HIFEMA
1.Pasien tetap istirahat ditempat tidur (4-7 hari ) sampai hifema diserap.
2.Diberi tetes mata antibiotika pada mata yang sakit dan diberi bebat tekan.
3.Pasien tidur dengan posisi kepala miring 60ยบ diberi koagulasi.
4.Kenaikan TIO diobati dengan penghambat anhidrase karbonat. (asetasolamida).
5.Di beri tetes mata steroid dan siklopegik selama 5 hari.
6.Pada anak-anak yang gelisah diberi obat penenang
7.Parasentesis tindakan atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan bila ada tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.
8.Asam aminokaproat oral untuk bekuan darah.
9.Evakuasi bedah jika TIO lebih 35 mmHg selama 7 hari atau lebih 50 mmH selama 5 hari.
10.Vitrektomi dilakukan bila terdapat bekuan sentral dan lavase kamar anterior.
11.Viskoelastik dilakukan dengan membuat insisi pada bagian limbus.


F.PENGKAJIAN HIFEMA
1.Data subyektif
a.Pandangan kabur atau ganda
b.Penglihatan silau
c.Penglihatan berkurang atau tidak ada
d.Kesukaran melihat dekat
e.Kelelahan dan ketegangan mata
f.Nyeri
g.Peningkatan air mata (epifora)

2.Data obyektif
a.Tanda-tanda vital
b.Drainase
c.Hemoragi
d.Anisokor pupil
e.Pupil tidak bereaksi terhdap sinar
f.Perubahan kelopak mata, edema, kekakuan, kemerahan
g.Ketajaman penglihatan
h.Pembengkakan kelopak mata
i.Edema kornea kontusio orbita kelopak mata

3.Kondisi / penyakit yang menyertai
a.Diabetes melitus
b.Masalah-masalah sinus
c.Hipertensi
d.Glaukoma
e.Penyakit, trauma atau tumr yang berhubungan dengan serebral
f.Robekan retina
g.Penyakit autoimun
4.Pembedahan atau penyakit sebelumnya
a.Pembedahan atau penanganan mata
b.Trauma kepala atau muka
c.Koma hipertensi
d.Degenerasi retina
e.Ketergantungan zat

5.Riwayat keluarga
a.Glaukoma
b.Diabetes melitus
c.Katarak
d.Pigmentosa retinitis

6.Riwayat sosial
a.Bahaya pekerjaan atau rekreasi
b.Kewaspadaan keamanan yang digunakan
c.Ketergantungan obat atau alkohol
d.Kerja fisik yang berat

G.DIAGNOSA HIFEMA
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh nyeri
Pasein tidak mengeluh sesak
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui kondisi pasien
2)Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
3)Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam
R/mengurangi rasa nyeri
4)Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
5)Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/memenuhi kebutuhan pasien
7)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat proses penyembuhan
8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri
2.Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan, tidak familiar dengan sumber informasi.
Tujuan: Pengetahuan pasien bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x45 menit dengan kriteria hasil:
Pasien bisa menjelaskan pengertian
Bisa menyebutkan penyebab
Bisa menyebutkan tanda dan gejala
Bisa menyebutkan perawatan
Bisa menyebutkan pencegahan
Intervensi:
1)Kontrak waktu, tempat, dan topik dengan pasien
R/menetapkan waktu, tempat, dan topik untuk pendidikan kesehatan
2)Berikan pendidikan kesehatan
R/meningkatkan pengetahuan pasien
3)Evaluasi pengetahuan pasien
R/mengetahui keberhasilan pendidikan kesehatan
4)Anjurkan kepada klien untuk melakukan apa yang telah disampaikan dalam pendidikan kesehatan
R/mengingatkan kembali pada pasien
3.Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan: cemas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak tampak gelisah
Pasien tidak mengeluh takut
Pasien tampak tidak gugup
Pasien tidak mengeluh cemas
BAK 3-5x/hari
Nadi 60-100x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu R/mengetahui perubahan keadaan kesehatan pasien
2)Monitor/kaji tingkat kecemas pasien
R/mengetahui perubahan kecemasan pasien
3)Monitor/kaji tanda-tanda kecemasan
Mengetahui perubahan kecemasan pasien
4)Dorong pasien untuk mengungkapkan kecemasan
R/mengetahui masalah yang dialami pasien
5)Berikan suport sistem
R/mengurangi kecemasan pasien
6)Jelaskan prosedur dan setiap tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien
Mengurangi kecemasan pasien.
7)Libatkan keluarga dalam memberikan suport system pada pasien
R/mengurangi kecemasan pasien
8)Kolaborasi/lanjutkan terapi obat penenang: nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan pasien


DAFTAR PUSTAKA
1.Vaughan, Dale. Oftalmologi Umum. Alih bahasa Jan Tambajong dan Brahm U. Ed. 14. Jakarta : Widya Medika ; 2000.
2.Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1998.
3.Tucker, Susan Martin et al. Standar Perawatan Pasien : proses keperawatan, diagnosis dan evaluasi. Alih bahasa Yasmin Asih dkk. Ed. 5. Jakarta : Egc ; 1998
4.Darling, Vera H & Thorpe Margaret R. Perawatan Mata. Yogyakarta : Penerbit Andi; 1995.
5.Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
6.Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999
7.Douglas, Raymond S. Hifema. Departement of Ophthalmology, UCLA Menical Center, Los Angeles, CA. 2002

Tidak ada komentar: