Senin, 20 Februari 2012

KONSEP TEORI : EFUSI PLEURA

A.PENGERTIAN EFUSI PLEURA
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dirongga pleura (Price and Wilson, 1995).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura bukanlah suatu disease entity tapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita. Terjadinya efusi pleura disebabkan oleh 2 faktor yaitu :
1.Infeksi :
-Tuberkulosis
-Abses paru
-Pneumonitis
-Abses subfrenik
2.Non infeksi :
-Karsinoma paru
-Gagal ginjal
-Gagal hati
-Hipotiroidisme
-Karsinoma mediastinum
-Kilotoraks
-Tumor ovarium
-Emboli paru
-Karsinoma pleura : primer dan sekunder
-Bendungan jantung : gagal jantung, perikarditis konstruktiva.

B.PENYEBAB EFUSI PLEURA
Menurut jenis cairan yang terakumulasi etiologi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :
1.Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh ).
Penyakit yang menyertai transudat :
-Gagal jantung kiri.
-Asites pada serosis hati.
-Sindrom nefrotik.
-Sindrom meig’s (asites dengan tumor ovarium).
-Obstruksi vena kava superior.
2.Eksudat ( ekstravasasi cairan kedalam jaringan ).
Cairan ini dapat terjadi karena adanya :
-Infeksi
-Infark paru
-Neoplasma/tumor

C.PATOFISIOLOGI EFUSI PLEURA
Di dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5-15 ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20 %) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan di sini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura (efusi pleura) terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorpsi terganggu misalnya pada hiperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotik, (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatik tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
Infeksi tuberkulosis pleura biasanya disebabkan oleh efek primer sehingga berkembang pleuritis eksudativa tuberkulosa. Pergeseran antara kedua pleura yang meradang akan menyebabkan nyeri. Suhu badan mungkin hanya sub febril, kadang ada demam. Diagnosis pleuritis tuberkulosa eksudativa ditegakkan dengan pungsi untuk pemeriksaan kuman basil tahan asam dan jika perlu torakskopi untuk biopsi pleura.
Pada penanganannya, selain diperlukan tuberkulostatik, diperlukan juga istrahat dan kalau perlu pemberian analgesik. Pungsi dilakukan bila cairan demikian banyak dan menimbulkan sesak napas dan pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat. Penanganan yang baik akan memberikan prognosis yang baik, pada fungsi paru-paru maupun pada penyakitnya.

D.PENGKAJIAN EFUSI PLEURA
Anamnesis
Pada umumnya tidak bergejala . Makin banyak cairan yang tertimbun makin cepat dan jelas timbulnya keluhan karena menyebabkan sesak, disertai demam sub febril pada kondisi tuberkulosis.
1.Kebutuhan istrahat dan aktifitas
-Klien mengeluh lemah, napas pendek dengan usaha sekuat-kuatnya, kesulitan tidur, demam pada sore atau malam hari disertai keringat banyak.
-Ditemukan adanya tachicardia, tachypnea/dyspnea dengan usaha bernapas sekuat-kuatnya, perubahan kesadaran (pada tahap lanjut), kelemahan otot,nyeri dan stiffness (kekakuan).
2.Kebutuhan integritas pribadi
-Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang panjang, dan kebutuhan akan pertolongan dan harapan.
-Dapat ditemukan perilaku denial (terutama pada tahap awal) dan kecemasan.
3.Kebutuhan Kenyamanan/ Nyeri
-Klien melaporkan adanya nyeri dada karena batuk.
-Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian yang nyeri, distraksi, dan kurang istrahat/kelelahan.
4.Kebutuhan Respirasi
-Klien melaporkan batuk, baik produktif maupun non produktif, napas pendek, nyeri dada.
-Dapat ditemukan peningkatan respiratory rate karena penyakit lanjut dan fibrosis paru (parenkim) dan pleura, serta ekspansi dada yang asimetris, fremitus vokal menurun, pekak pada perkusi suara nafas menurun atau tidak terdengan pada sisi yang mengalami efusi pleura. Bunyi nafas tubular disertai pectoriloguy yang lembut dapat ditemukan pada bagian paru yang terjadi lesi. Crackles dapat ditemukan di apex paru pada ekspirasi pendek setelah batuk.
-Karakteristik sputum : hijau/purulen, mucoid kuning atau bercak darah.
-Dapat pula ditemukan deviasi trakea.
5.Kebutuha Keamanan
-Klien mengungkapkan keadaaan imunosupresi misalnya kanker, AIDS , demam sub febris.
-Dapat ditemukan keadaan demam akut sub febris.
6.Kebutuhan Interaksi sosial
-Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena penyakit yang diderita, perubahan pola peran.

PEMERIKSAAN FISIK EFUSI PLEURA
Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi pekak, fremitus vokal menurun atau asimetris bahkan menghilang, bising napas juga menurun atau hilang. Gerakan pernapasan menurun atau asimetris, lenih rendah terjadi pada sisi paru yang mengalami efusi pleura. Pemeriksaan fisik sangat terbantu oleh pemeriksaan radiologi yang memperlihatkan jelas frenikus kostalis yang menghilang dan gambaran batas cairan melengkung.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK EFUSI PLEURA
-Kultur sputum : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis
-Apusan darah asam Zehl-Neelsen : positif basil tahan asam
-Skin test : positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48 –72 jam setelah injeksi.
-Foto thorax : pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru, deposit kalsium pada lesi primer, dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang menghilang, serta gambaran batas cairan yang melengkung.
-Biakan kultur : positif Mycobacterium tuberculosis
-Biopsi paru : adanya giant cells berindikasi nekrosi (tuberkulosis)
-Elektrolit : tergantung lokasi dan derajat penyakit, hyponatremia disebabkan oleh retensi air yang abnormal pada tuberkulosis lanjut yang kronis
-ABGs : Abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-paru
-Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan rasio residual udara ke total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronik tahap lanjut.

DIAGNOSA
1.Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan primer dan sekresi yang statis
2.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi sekret jalan napas
3.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran alveolar kapiler
4.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan keinginan makan sekunder akibat dyspnea
5.Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall .2000. Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall .1995. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn .1989. Nursing Care Plans Second Edition. Philadelphia: FA Davis Company
Long, Barbara C .1989. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran
Luckmann’s Sorensen .1996. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: WB Saunders
Soeparman .1996. Ilmu Penyakit Dalam jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Sjamsuhidajat, R .1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar: