Senin, 20 Februari 2012

KONSEP TEORI : MENINGITIS

A.PENGERTIAN MENINGITIS
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

B.PENYEBAB MENINGITIS
1.Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
2.Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3.Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4.Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
5.Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6.Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan (Rita & Suriadi, 2001).
C.KLASIFIKASI MENINGITIS
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1.Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2.Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa (Smeltzer, 2001).

C.PATOFISIOLOGI MENGINGITIS
Kuman secara hematogen sampai ke selaput otak misal pada penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronkopneumonia, endokarditis. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ dekat selaput otak misal abses otak, otitis media, mastoiditis. (Ngastiyah, 1997).
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus. (Smeltzer, 2001).

D.TANDA DAN GEJALA MENINGITIS
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1.Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2.Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3.Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a)Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b)Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c)Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4.Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5.Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6.Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7.Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata. (Smeltzer, 2001).

E.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA MENINGITIS
1.Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a.Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b.Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2.Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3.LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4.Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5.Elektrolit darah : Abnormal .
6.ESR/LED : meningkat pada meningitis
7.Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8.MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9.Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial. (Doenges, 1999).

F.KOMPLIKASI MENINGITIS
1.Hidrosefalus obstruktif
2.MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3.Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4.SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5.Efusi subdural
6.Kejang
7.Edema dan herniasi serebral
8.Cerebral palsy
9.Gangguan mental
10.Gangguan belajar
11.Attention deficit disorder (Rita & Suriadi, 2001).

G.PENGKAJIAN MENINGITIS
1.Biodata klien
2.Riwayat kesehatan yang lalu
a.Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
b.Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
c.Pernahkah operasi daerah kepala ?
3.Riwayat kesehatan sekarang
a.Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
b.Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
c.Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d.Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
e.Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
f.Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
g.Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
h.Pernapasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

H.INTERVENSI
1.Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen.
Tujuan : tidak terjadi penyebaran infeksi
Kriteria : mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain
Intervensi :
a.Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
b.Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
c.Pantau suhu secara teratur
d.Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus menerus
e.Auskultasi suara nafas, pantau kecepatan pernafasan dan usaha pernafasan
f.Ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan tarik nafas dalam
g.Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau )
h.Identifikasi kontak yang beresiko terhadap perkembangan proses infeksi serebral
Kolaborasi:
Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.
2.Perubahan perfusi jaringan serebral sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
Tujuan : Klien terhindar atau dapat mempertahankan perfusi dan tidak adanya kejang.
Kriteria : tanda-tanda vital stabil, tak adanya/menurunnya berat sakit kepala, adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK
Intervensi :
a.Tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital
b.Pantau status neurologis.
c.Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
d.Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran.
e.Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah dan mengejan.
Kolaborasi.
f.Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
g.Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
h.Pantau BGA.
i.Berikan obat : steroid, Klorpomasin, asetaminofen
3.Hiperthermi berhubungan dengan respon peradangan pada sistem saraf pusat
Tujuan : klien dapat mempertahankan suhu normal
Kriteria : suhu tubuh 37 derajat Celcius, nadi 80 x/menit, pernafasan 16-20x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, wajah tidak memerah
Intervensi :
a.Pantau suhu setiap 4 sampai 8 jam sesuai indikasi
b.Berikan obat-obatan antipiretik sesuai pesanan
c.Pertahankan suhu ruangan sampai 20 derajat C
d.Lakukan tindakan pendinginan sesuai indikasi : berikan mandi kompres hangat, singkirkan peralatan tenun tempat tidur yang berlebih, gunakan selimut hipotermia
e.Perbanyak msukan cairan
4.Potensial terhadap ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan TIK dan depresi fungsi serebral
Tujuan : pola nafas menjadi lebih efektif
Kriteria : ekspansi dada simetris, Bunyi nafas jelas ketika auskultasi, GDA dan tanda vital dalam batas normal, Tidak terdapat tanda distres pernafasan
Intervensi :
a.Kaji dan pantau pernafasan : frekuensi dan pola nafas
b.Kaji status pernafasan , auskultasi bunyi nafas
c.Pantau GDA sesuai pesanan
d.Berikan bantuan ventilator/oksigen sesuai pesanan
e.Baringkan pasien untuk mendapatkan ventilasi yang optimal
f.Bantu dan instruksikan pasien untuk berbalik dan nafas dalam
g.Pantau TTV
5.Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria : tidak mengalami tanda-tanda melnutrisi, nilai laboratorium dalam rentang normal
Intervensi :
a.Kaji mual muntah dan intake output
b.Auskultasi bising usus
c.Timbang berat badan sesuai indikasi
d.Jaga keamanan saat memberikan makan pad klien
e.Berikan makann dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dan teratur
f.Tingkatkan kenyamanan, lingkugnan yang santai
g.Kolaborasi : pantau pemeriksaan laboratorium : albumin, asam amino, zat besi, ureum kreatinin, glukosa dan elektrolit darah
h.Berikan makan dengan cara yang sesuai (NGT)
6.Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum vertigo.
Tujuan : Klien tidak mengalami injury
Kriteria : tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera yang lain, tidak adanya luka dan dislokasi
Intervensi :
a.Pantau adanya kejang
b.Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan
c.Hindarkan penekanan pada tubuh selama kejang
d.Tirah baring selama fase akut
e.kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.
7.Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
Tujuan : Klien terbebas dari rasa sakit
Kriteria : menunjukkan postur rileks, mampu tidur/istirahat.
Intervensi :
a.Monitor rasa nyeri
b.Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri
c.Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.
d.Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
e.Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
f.Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
Kolaborasi
g.Berikan anal getik, asetaminofen, codein
8.Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
Tujuan : klien tetap terpenuhi mobilitas fisiknya
Kritera :
a.Mempertahankan posisi fungsional dengan tidak adanya kontraktur, footdrop
b.Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum
c.Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus
Intervensi :
a.Kaji derajat imobilisasi pasien.
b.Bantu latihan rentang gerak.
c.Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
d.Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udsra atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
e.Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.
f.Gunakan penahan/footboard selama terjadi paralise kaki
g.Evaluasi pemakaian alat bantu selama paralise
h.Kaji kemampuan klien untuk duduk, kekuatan tangan, kaki dan keseimbangan untuk berdiri
i.Kaji sirkulasi darah yang tidak adekuat seperti perubahan warna kulit dan edema
9.Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis
Tujuan : klien mampu beradaptasi terhadap perubahan sensor persepsi
Kriteria : meningkatkan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi, mendemonstrasikan perubahan perilaku menghadapi defisit.
Inervensi :
a.Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan proses pikir.
b.Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.
c.Observasi respons perilaku.
d.Hilangkan suara bising yang berlebihan.
e.Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
f.Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
g.Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.
10.Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
Tujuan : ansietas berkurang
Kriteria : tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi
Intervensi :
a.Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
b.Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.
c.Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
d.Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.

H.EVALUASI
1.Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
2.Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3.Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4.Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5.Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6.Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7.Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.


DAFTAR PUSTAKA
1.Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

2.Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

3.Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

4.Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.

5.Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994.

6.Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 1996.

7.Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Editor Setiawan. Jakarta : EGC

8.Suriadi & Rita Yuliani. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 1. Jakarta : CV Sagung Seto.

Tidak ada komentar: