Sabtu, 04 Februari 2012

KONTRASEPSI SUNTIK DMPA

1.Kontrasepsi
Pengertian kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi berupa salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Syarat dan kontrasepsi adalah aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur sesuai keinginan, tidak mengganggu hubungan persetubuhan, tidak memerlukan kontrol yang tepat, sederhana dan murah dan dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 1998).
Kontrasepsi di klasifikasikan menjadi dua yaitu metode sederhana dan metode modern, metode yang pertama yaitu : metode sederhana dibagi menjadi dua tanpa alat berupa metode kalender, suhu basal, lendir servik dan metode simpto temal juga coitus interuktus sedangkan dengan alat dengan mekanis: kondom dan intro vaginal, secara kimiawi: spermasid. Klasifikasi yang kedua adalah metode modern yaitu kontrasepsi hormonal berupa peroral, injeksi atau suntikan implant selain hormonal juga ada IUD (Intro Uterin Device) atau AKDR dan yang terakhir adalah kontrasepsi mantap pada wanita bisa berupa penyinaran, operasi atau penyumbatan tuba fallopii. Secara mekanis dan kimiawi pada pria berupa operasi, penyumbatan vas deferens secara mekanis dan kimiawi (Hartanto, 2003).

2.Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi Suntik adalah komponen hormonal yang berisi komponen progesterone atau komponen estrogen yang diberikan secara, intramuskuler dalam pada musculus gluteus makrimus dalam waktu tertentu (Muchtar, 1998).
a.Macam Kontrasepsi Suntik
DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) = Depo Pravera
Telah dipakai oleh 90 negara selama kurang lebih 20 tahun. Saat ini, akseptornya sudah mencapai ± 5 juta wanita. DMPA diberikan setup 3 bulan dengan cara disuntikkan intramuskuler (di daerah bokong) yang mengandung 150 mg DMPA (Hartanto, 2003).
b.Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik
Mekanisme kerja komponen progesterone atau derivat testoteron adalah menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pengeluaran ovum. Juga mengentalan lendir servik, sehingga sulit ditembus spermatozoa. Perubahan peristaltic tuba fallopi sehingga konsepsi dihambat juga berfungsi mengubah suasana, endometrium, sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi (Manuaba, 1998).
Komponen estrogen dan progestron yang ada pada setiap KB hormonal mempunyai sifat khas antara lain:
1)Komponen estrogen menyebabkan pengaruh yaitu: mudah tersinggung, retensi air dan garam, berat badan bertambah menimbulkan nyeri kepala, meningkatkan pengeluaran leuchore, menimbulkan perlunakan servke.
2)Komponen progesterone mempunyai pengaruh yaitu: payudara, tegang, jerawat, kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, vagina terasa lebih kering, bertambah nafsu makan (Manuaba, 1998).
c.Keuntungan Kontrasepsi
KB suntik diketahui sangat efektif dalam mencegah kehamilan, pencegahan kehamilan jangka panjang, KB suntik juga tidak mempengaruhi hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. KB suntik dapat digunakan oleh ibu menyusui karena tidak mengganggu produksi ASI.
Ibu akseptor KB suntik tidak perlu menyimpan obat suntik sendiri ibu tinggal datang ke tenaga kesehatan untuk kunjungan ulang, suntik KB dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai premenopause. Komponen yang terkandung didalamnya dapat membantu mencegah kanker endrometrium dan kehamilan ektopik. Mencegah beberapa penyakit radang panggul, di Afrika terbukti menurunkan krisis anemia bulan sabit (sicle cell) suatu penyakit genetika di Afrika. Diketahui efek samping suntik KB sangat sedikit (Prawirohardjo, 2003).
d.Kerugian atau efek samping akibat dari pemakaian suntik antara lain:
Sering ditemukan gangguan haid, seperti : Siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), atau ditemukan akseptor yang tidak haid sama sekali. Kerugian yang lain adalah klien sangat tergantung pada tempat atau saran pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan). Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
Permasalahan berat badan merupakan efek samping yang paling sering dijumpai. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus HIV, tidak seperti kondom yang dapat melindungi pemakainya, terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadi kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntik dari Deponya (tempat suntikan). Terjadi perubahan pada lipit serum pada penggunaan jangka panjang sedangkan dalam penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas). Bila seorang wanita mendapatkan suntikan KB pada depo provera atau depo geston, maka didalam tubuh wanita tersebut akan ditambahkan hormon progesteron sintetis sedang dalam tubuh sendiri progerteron ini sudah ada secara alamiah. Dengan adanya pertambahan hormon sintetis ini maka tubuh akan direspon oleh hipotalamus untuk memerintahkan hipofisis untuk menghambat FSH dan LH sehingga akan mempengaruhi hormon-hormon yang dihasilkan oleh ovarium (Prawirohardjo, 2003 : mk 41). Hormon-¬hormon yang berpengaruh dalam reproduksi adalah Hipotalamus dan kelenjar pituitary yang mengatur hormon-hormon reproduksi terjadilah hipotalamus menghasilkan gonadotropin dan releasing hormon (GnRH), GnRH merangsang kelenjar pituitari memproduksi FSH dan LH, FSH dan LH mempengaruhi hormon-hormon yang dihasilkan oleh ovarium seperti hormone estrogen, progesterone. Pada penggunaan KB suntik yang berisi progesterone sintetis jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala dan jerawat (Mochtar, 1998).
Efek samping KB suntik DMPA Progestin
1)Gangguan menstruasi
a)Amenorea
Suatu keadaan tidak datangnya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut atau 3 siklus menstruasi (Wikyosastro, 1999).
b)Spotting
Pendarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak pada spotting terjadi perdarahan inter menstruasi yang jumlahnya sediki sekali, sehingga tidak memerlukan pemakaian tampon pembalut (Saifuddin, 2003).
c)Oligomenore
Siklus mentruasiyang memanjang lebih dari 35 hari apabila panjang siklus lebih dari 3 bulan disebut amenore
d)Menoralgia
Perdarahan hasil yang lebih banyak dari normal atau lebih lama 8 hari (Wiknjosastro, 1999).
2)Kelainan dalam banyak darah dan lamanya perdarahan haid
a)Hipermonorie
Perdarahan yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari)
b)Hipomenorie
Perdarahan haid yang lebih pendek atau kurang dari biasa
3)Kelainan siklus (gangguan hakmonal)
a)Polimenoria
Siklus haid yang pendek dari biasa kurang dari 21 hari perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari biasanya
b)Oligomenearia
Siklus haid panjang, lebih dari 35 hari
4)Peningkatan berat badan
Perubahan berat badan belum diketahui secara pasti tampak terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, bukan karena retensi cairan, DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan lebih banyak dari biasanya.
5)Keputihan (Leuhorea)
Keputihan disebabkan oleh efek progesterin yang merubah F lara dari PH, sehingga jamur mudah tumbuh
6)Penggunaan jangka panjang
Pada penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan sedikit menurunkan kepadatan tulang, kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala dan jerawat.
Menurunkan kepadatan tulang dan libido, mekanisme :
Karena dengan adanya hormon progesteron maka akan menekan Hy pothelamus, sehingga sekresi hormon FSH dan LH ditekan, falokel primer tidak akan menjadi falilek degraf, padahal falikel degkaf yang nanti akan banyak memproduksi estrogen.
Diketahui bahwa kepadatan tulang wanita dan penurunan libido dipengaruhi oleh hormon estrogen
Estrogen menyebabkan mudah terangsang/gangguan emosi, retensi air, berat badan bertambah, peningkatan luehorea, pelunaan serviks.
Progesteron menyebabkan payudara tegang, jerawat kulit, rambut kuningm menstruasi kurang, kaki dan tangan kram, liang senggama kering, nafsu makan bertambah (Manuaba, 1998).
e.Penggunaan kontrasepsi suntikan progestin
Alat kontrasepsi suntik progestin dapat digunakan oleh perempuan usia reproduksi, perempuan nullipra dan perempuan yang telah memiliki anak. Perempuan yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi, perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, dapat juga digunakan setelah melahirkan dan tidak menyusui, juga bisa digunakan oleh ibu yang mengalami abortus atau keguguran.
Perempuan yang telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi. Perempuan merokok pun dapat menggunakan KB suntik. Perempuan dengan tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau perempuan dengan anemia bulan sabit juga dapat menggunakannya, komponen dalam KB suntik tidak menggangu keefektifan obat epilepsy (fenition dan barbiturat) atau, obat tuberkolusis (rifampisin) sehingga pengguna obat tersebut juga dapat menggunakannya. KB suntik dapat juga digunakan untuk perempuan yang tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen, perempuan yang sering lupa menggunakan kontrasepsi pil, KB suntik dapat digunakan karena penyuntikanya tidak setiap hari, setiap tiga bulan sekali. Perempuan dengan defisiensi besi, juga dapat digunakan oleh perempuan mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. f.Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan Sedangkan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik adalah perempuan hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 10.000 kelahiran), perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya, perempuan yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenore, perempuan yang menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, perempuan dengan diabetes mellitus disertai komplikasi. (Prawirohardjo, 2003). g.Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik Suntik KB dapat dimulai setiap saat selama siklus haid, asal perempuan tersebut tidak hamil, suntik KB dapat dimulai haid pertama sampai hari ke-7 siklus haid, sedangkan pada perempuan yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, tapi harus memastikan bahwa perempuan tidak hamil. Pada suntikan yang pertama akseptor baru boleh hubungan seksual tujuh haid setelah dilakukan penyuntikan. Sedangkan pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan, maka bila perempuan telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar dan dinyatakan tidak hamil, maka suntikan pertarna dapat segera diberikan tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Pada perempuan yang sedang menggunakan kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, misalnya dan depo ke cyclogeston, maka kontrasepsi yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya. Sedangkan pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, tapi harus dipastikan bahwa perempuan tersebut tidak hamil dan pernberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila perempuan setelah disuntik hari ke-7 haid, perempuan tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. Untuk pemakai kontrasepsi AKDR yang ingin ganti dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid. Sedangkan pada perempuan yang tidak haid atau perempuan dengan pendarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, tapi harus dipastikan perempuan tersebut tidak hamil dan selama 7 han setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. (Prawirohardjo, 2003). h.Urutan keluhan Berbagai usaha tetah dilakukan oleh pemerintah untuk memantapkan pelayanan kontrasepsi, salah satu di antaranya adalah upaya, untuk menanggulangi efek samping serta, komplikasi yang dialami oleh para akseptor. Hal ini dirasakan sangat penting mengingat bahwa kelangsungan pengguna kontrasepsi merupakan faktor yang menentukan dalam penurunan angka fertilasi. Keluhan yang dirasakan akseptor KB suntik di antaranya: sakit kepala, gemuk, gangguan haid, keputihan spotting, hamil, mual, badan kurus, gangguan seks, sering kencing, libido menurun, debar-debar, sakit pinggang dan infeksi (Prawirohardjo, 2003). Komplikasi dan efek samping yang mungkin terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pusing dan sakit kepala, perubahan libido yaitu gejala dan keluhan menurun atau meningkatnya libido akseptor. Hal ini bersifat subyektif (Mativalia, 1998).

Tidak ada komentar: