Kamis, 09 Februari 2012

TEKNIK PERAWATAN LUKA

Definisi
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau
jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit.

Nursing Management
Dressing/Pembalutan
Tujuan:
1.Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2.Absorbsi drainase
3.Menekan dan imobilisasi luka
4.Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
5.Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6.Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
7.Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

Alat dan Bahan
Persiapan alat
1.Set steril yang terdiri atas :
a.Pembungkus
b.Kapas atau kasa untuk membersihkan luka
c.Larutan anti septic
d.2 pasang pinset
e.Gaas untuk menutup luka
2.Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf
3.Gunting
4.Kantong tahan air untuk tempat balutan lama
5.Plester atau alat pengaman balutan
6.Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien
7.Bensin untuk mengeluarkan bekas plester

Cara kerja
1.Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab pertanyaan pasien.
2.Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil
3.Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar
4.Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan hanya pada daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien jika perlu.
5.Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa dipasang pada sisi tempat tidur.
6.Angkat plester atau pembalut.
7.Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan hati-hati kearah luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu.
8.Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau menggunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi pasien.
9.Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.
10.Buka set steril
11.Tempatkan pembungkus steril di samping luka
12.Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk memegang drain.
13.Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.
14.Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset dijauhkan dari daerah steril.
15.Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah daripada pegangannya.Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain:
a.Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar
b.Jika ada drain bersihakan sesudah insisi
c.Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari tengah luka
kearah luar, gunakan pergerakan melingkar.
16.Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.
17.Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat steril.
18.Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut
19.Amnkan balutan dengan plester atau pembalut
20.Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.
21.Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor. Bersihkan alat dan buang sampah dengan baik.
22.Cuci tangan
23.Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang bertanggung jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon pasien.
Membersihkan daerah drain dibersihkan sesudah insisi. Prinsip membersihkan dari daerah bersih ke daerah yang terkontaminasi karena drainnya yang basah memudahkan pertumbuhan bakteri dan daerah daerah drain paling banyak mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka insisi dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1.Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2.Respon stres simpatis
3.Perdarahan dan pembekuan darah
4.Kontaminasi bakteri
5.Kematian sel

Mekanisme terjadinya luka:
1.Luka insisi (Incised wounds)
Terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2.Luka memar (Contusion Wound)
Terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3.Luka lecet (Abraded Wound)
Terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4.Luka tusuk (Punctured Wound)
Terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

5.Luka gores (Lacerated Wound)
Terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6.Luka tembus (Penetrating Wound)
Yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7.Luka Bakar (Combustio)

Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :
1.Clean Wounds (Luka bersih)
Yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
2.lean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi)
Merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
3.Contamined Wounds (Luka terkontaminasi)
Termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
4.Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi)
Yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi:
Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema)
Yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
Stadium II: Luka “Partial Thickness”
Yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
Stadium III: Luka “Full Thickness”
Yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
Stadium IV: Luka “Full Thickness”
Yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Menurut waktu penyembuhan luka dibagi menjadi:
1.Luka akut
yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
2.Luka kronis
yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

Tidak ada komentar: