PENGERTIAN DEMENSIA
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.( Harold I. Kaplan, MD,dkk, 1997, hal.512). Demensia adalah gangguan kronis dengan awitan lambat dan biasanya berprognosis buruk. (Issacs,Ann, 2004, hal. 260). Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya ingat dan daya pikir dan kemampuan kemampun tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Demensia dikenal sebagai keadaan organik kronika atau sindroma otak kronika atau kegagalan otak. ( I.M. ingram G.C. timbury. R.M. mowbray, 1993, hal.29 ). Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit atau gangguan otak yang biasanya bersifat kronik, progresif, dimana terdapat gannguan fungsi luhur kortikal yang multipel (multiple higher cortical function) termasuk didalamnya : daya ingat, daya pikir, orientasi , daya tangkap ( comprehension ), berhitung, kemampun belajar, berbahasa dan daya nilai judgment, umumnya disertai, danada kalanya diawali dengan kemerosotan ( deterioration ) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup.
ETIOLOGI DEMENSIA
1.Menurut Umur
a.Demensia senilis (>65th)
b.Demensia prasenilis (<65th)
2.Menurut perjalanan penyakit:
a.Reversibel
b.Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.
3.Menurut kerusakan struktur otak
4.Tipe Alzheimer
a.Tipe non-Alzheimer
b.Demensia vaskular
c.Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
d.Demensia Lobus frontal-temporal
e.Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
f.Morbus Parkinson
g.Morbus Huntington
h.Morbus Pick
i.Morbus Jakob-Creutzfeldt
j.Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
k.Prion disease
l.Palsi Supranuklear progresif
m.Multiple sklerosis
n.Neurosifilis
o.Tipe campuran
5.Menurut sifat klinis : Demensia proprius dan Pseudo-demensia
TAHAPAN DEMENSIA
1.Tahapan Awal : Pada kondisi awal, demensia memiliki awitan gejala tersembunyi dan membahayakan, pada kondisi ini terjadi demensia vaskuler dengan perubahan-perubahan kognisi yang tiba-tiba. Pada tahapan ini, klien dapat menunjukan pola penilaian yang buruk, terutama jika berada pada situasi yang baru atau menimbulkan stress, terjadi perubahan-perubahan kepribadian. Klien mulai menunjukan ledakan emosi dan menjadi cemas dan gelisah, terdapat kebingungan antara orientasi waktu dan jarak. Adapun gejala spesifiknya :
a.Perubahan alam perasaan atau kepribadian.
b.Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah.
c.Konfusi tentang waktu dan tempat.
d.Kesulitan dengan angka, uang dan tagihan.
e.Anomia ringan.
f.Menarik diri atau depresi.
2.Tahapan Pertengahan : Pada kondisi ini, ingatan klien pada masa ini dan masa lampau memburuk dan kurangnya penilaian menyebabkan kekhawatiran tentang keselamatan berkurang. Tahapan ini merupakan tahap yang sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari klien. Adapun gejala spesifiknya yang ditunjukan pada tahapan ini :
a.Gangguan memori masa kini dan masa lalu.
b.Anomia, agnosia, apraksia, afasia.
c.Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah yang parah.
d.Konfusi tentang waktu dan tempat semakin memburuk.
e.Gangguan persepsi.
f.Kehilangan pengendalian impuls.
g.Ansietas, gelisah, mengeluyur, dan berkeras.
h.Hiperoralitas.
i.Kemungkinan kecurigaan, delusi, dan halusinasi.
j.Konfabulasi.
k.Gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar.
l.Mudah terjadi inkontinensia.
m.Gangguan siklus tidur-bangun.
3.Tahapan Akhir : Pada demensia tahap akhir, klien menjadi kekakuan otot, dapatr terjadi konterktur dan reflek primitife juga muncul. Adapun gejalanya adalah :
a.Gangguan yang parah pada semua kemampuan kognitif.
b.Ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan teman.
c.Gangguan komunikasi yang parah (dapat menggerutu, mengeluh atau menggumam).
d.Sedikitnya kapasitas perawatan diri.
e.Inkontinensia kandung kemih dan usus.
f.Kemungkinan terjadi hiperoral dan memiliki tangan yang aktif.
g.Penurunan nafsu makan, dispasia, dan resiko aspirasi.
h.Depresi sistem imun yang menyebabkan meningkatnya resiko infeksi.
i.Gangguan mobilitas dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan, kaku otot, dan paratonia.
j.Reflek menghisap dan menggenggam.
k.Menarik diri.
l.Gangguan siklus tidur-bangun, dengan peningkatan waktu tidur.
TANDA DAN GEJALA DEMENSIA
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
1.Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2.Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada
3.Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
4.Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5.Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
PATOFISIOLOGI DEMENSIA
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai
dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,mmereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama focus pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia.
TERAPI
Pertama perlu diperhatikan keselamatan pasien, lingkungan dibuat senyaman mungkin, dan bantuan pengasuh bila perlu.
1.Koridor tempat jalan, tangga, meja kursi tempat barang keperkuannya
2.Tidak diperbolehkan memindahkan mobil dsb.
3.Diberi keperluan yang mudah dilihat, penerangan lampu terang, jam dinding besar, tanggalan yang angkanya besar
4.Obat : Nootropika:
a.Pyritinol (Encephabol) 1 x 100 – 3 x 200 mg
b.Piracetam (Nootropil) 1 x 400 – 3 x 1200 mg
c.Sabeluzole (Reminyl)
d.Ca-antagonist:
e.Nimodipine(Nimotop 1- 3 x 30 mg)
f.Citicholine (Nicholin) 1 – 2 x 100 – 300 mg i.v./i.m.
g.Cinnanzine (Stugeron) 1 – 3 x 25 mg
h.Pentoxifylline (Trental) 2 – 3 x 400 mg (oral), 200 – 300 mg infuse
i.Pantoyl-GABA, Acetylcholinesterase inhibitors :
j.Tacnne 10 mg dinaikkan lambatlaun hingga 80 mg. Hepatotoxik
k.Donepezil (Aricept) centrally active reversible cholinesterase inhibitor, 5 mg 1x /hari
l.Galantamine (Riminil) 1 – 3 x 5 mg
m.Rivastigmin (Exelon) 1,5, 3, 4, 5, 6 mg
n.Memantine 2 x 5 mg 10 mg
PENCEGAHAN
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, sepeti:
1.Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkhohol dan zat aditif yang berlebihan.
2.Memebaca buku yang merangsang otak untuk berfikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3.Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif.
4.Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
5.Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi.
6.Menguranggi setress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis psikistri. Jakarta: Bina rupa aksara.
Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan kesehatan jiwadan psikiatrik. Jakarta: EGC.
Hudak, Carolyn M. 1997. Keparawatan kritis : pendekatan holistic. Jakarta: EGC
Kamis, 22 Maret 2012
MENGENAL DEMENSIA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar