A.PENGERTIAN OSTEOMIELITIS
Smeltzer & Bare (2002:2342) mendefinisikan Osteomielitis sebagai infeksi tulang yang dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Osteomielitis adalah suatu infeksi tulang dan diklasifikasikan menurut asalnya sebagai primer atau sekunder, menurut flora mikrobanya, dan menurut perjalanan penyakitnya sebagai akut, sub akut, atau kronik (Schrock, 1996:472).
Osteomielitis juga dapat diartikan sebagai infeksi jaringan tulang yang dapat timbul akut atau kronik (Price A. Sylvia & Wilson, 1995:1200).
Berdasarkan pendapat lain menyatakan bahwa “osteomielitis (Infeksi tulang) merupakan proses peradangan yang dapat terjadi secara mendadak atau perlahan-lahan pada tulang yang disebabkan oleh invasi mikroorganisme (bakteri dan jamur)” .
B.PENYEBAB OSTEOMIELITIS
Faktor penyebab infeksi tulang sangat bervariasi. Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Akut hematogen tersebut menyebar akibat dari bakteri penyakit yang mendasari. Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat dimana terdapat trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tidak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi) atau kontaminasi langsung dari tulang (misalnya : fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang). Trauma minimal atau trauma non-tembus dapat menyebabkan perdarahan atau oklusi pembuluh darah kecil yang dapat menyebabkan necrose tulang. Sedangkan trauma tembus dapat menyebabkan akut osteomyelitis karena adanya kuman yang masuk secara langsung. Kronik osteomyelitis biasanya disebabkan karena salah diagnosa atau penanganan selama fase akut tidak sempurna. Pada keadaan kronik biasanya dijumpai adanya kuman gram negative dan atau gram positif (Smeltzer & Bare, 2002:2343).
Pemasangan implan selalu disertai resiko tinggi terjadi infeksi karena kemungkinan terdapat kuman pada benda asing itu, pemasangan ini tidak menyebabkan infeksi selama antibiotik diberikan. Tetapi infeksi masih dapat muncul beberapa bulan, bahkan 1-2 tahun setelah operasi. Kuman yang sering menyebabkan infeksi pascabedah ortopedi adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan kuman gram negatif seperti pseudomonas dan enterobakter. Dengan kata lain osteomielitis merupakan komplikasi lanjut dari patah tulang (Sjamsuhidajat, 1997:297).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis reumatoid, telah dirawat di rumah sakit, mendapat terapi terapi kortikosteroid jangka panjang pernah mengalami pembedahan sendi dan ortopedi sebelumnya serta mengalami infeksi luka mengeluarkan nanah (pus) (Smeltzer & Bare, 2001:2343).
C.KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS
Schrock (1996:473) mengklasifikasikan osteomielitis menjadi 2 (dua) yaitu:
1.Osteomielitis primer yang disebabkan oleh implantasi mikroorganisme secara langsung ke dalam tulang dan biasanya terbatas pada tempat tersebut. Fraktur terbuka (compound fracture), dan operasi bedah pada tulang merupakan penyebab tersering.
2.Osteomielitis sekunder (hematogen) biasanya disebabkan oleh penyebaran melalui aliran darah. Kadang-kadang, osteomielitis sekunder dapat disebabkan oleh perluasan infeksi secara langsung dari jaringan lunak di dekatnya ke fokus lain. Osteomielitis sekunder dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : Osteomielitis akut dan kronik.
a.Osteomielitis akut disebabkan oleh infeksi bakteri yang meluas (bakteremia) dan semua kuman patogen (Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, Gonococcus, Basil Coil dan Basil Influenza < 4 minggu).
b.Osteomielitis kronik merupakan osteomielitis akut yang lama terjadi dan tidak sembuh-sembuh, bisa terjadi karena adanya infeksi sampingan dari penyakit yang diderita oleh pasien, seperti tubercolosis atau kadang-kadang sifilis (> 4 minggu).
D.PATIFISIOLOGI OSTEOMIELITIS
Adanya invasi satu atau lebih kuman patologis melalui luka yang terinfeksi di saluran pernafasan atas terutama pada anak-anak di tempat vokal infeksi lain, seperti radang telinga dan gusi. Melalui aliran darah akan terjadi bakteremia ke seluruh tubuh. Selanjutnya kuman mengalami multifikasi pada daerah metafisis tulang panjang karena secara anatomis di daerah tersebut aliran darahnya banyak dan berbelok-belok sehingga aliran darah akan menjadi lambat dan memberikan kesempatan kuman untuk multifikasi. Faktor tersebut dapat diperberat dengan adanya status gizi penderita yang buruk atau penderita mendapat obat-obat imuno-supresif.
Invasi kuman tersebut akan masuk ke tulang atau jaringan lunak sekitarnya yang akan menyebabkab inflamasi. Akibatnya terjadi peningkatan vaskularisasi yang menyebabkan pembentukan udema. Dalam beberapa hari trombosis pembuluh darah terbentuk yang menyebabkan iskhemia, atau penurunan aliran darah pada tulang yang terkena dengan konsekuensi kematian jaringan tulang. Adanya jaringan tulang necrotid (sequestrum) memperlambat proses penyembuhan dan memperberat infeksi, bahkan sering dalam bentuk abses.
E.MANIFESTASI KLINIS OSTEOMIELITIS
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam, nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah di atas tulang bisa mengalami luka dan membengkak dan dalam pergerakan akan menimbulkan nyeri.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah di atas tulang dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.
Osteomielitis kronik sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak di atas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah (pus) yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi, jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG OSTEOMIELITIS
1.Tes Laboratorium
a.Darah : Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endapan darah.
b.Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
2.Pemeriksaan Radiologik
a.Sinar-X : Pada fase akut, pemeriksaan sinar-X awal hanya menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. Sedangkan pada fase lesonik terlihat pembengkakan lebih besar, kavitas iregular, peningkatan periosteum, sequaestra (pembentukan tulang padat).
b.MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat membantu diagnosis definitif awal.
G.PENATALAKSANAAN OSTEOMIELITIS
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika IV dengan tujuan untuk mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis.
Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Bila penderita tidak menunjukkan respon terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat (debridement) lalu daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Selanjutnya terapi antibiotika dilanjutkan (Smeltzer & Bare,2002:2344).
H.KOMPLIKASI OSTEOMIELITIS
Terlambatnya diagnosa atau terapi awal yang tidak memadai dapat menimbulkan komplikasi. “ Penyakit infeksi dapat menimbulkan komplikasi dini dan lanjut. Komplikasi dini dapat berupa pembentukan abses jaringan lunak dan arthritis septik, sementara itu komplikasi lanjutnya berupa osteomielitis kronis, fraktur patologis, kontraktur sendi dan gangguan pertumbuhan tulang”. Smeltzer & Bare (2002:2387) menyebutkan bahwa fraktur patologis dapat terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah karena proses penyakit.
I.ASUHAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOMIELITIS
Pengkajian :
1.Riwayat Kesehatan :
a.Usia
b.Penyalahgunaan obat
c.Riwayat infeksi
d.Riwayat DM
e.Trauma
f.Luka tembus maupun trauma tidak tembus
g.Tindakan operasi
h.Penggunaan tube atau kateter
i.Terapi radiasi
2.Pemeriksaan Fisik :
a.Panas (38 oC).
b.Bengkak pada area terinfeksi
c.Kaku / keras jika dipalpasi
d.Kemerahan
e.Panas lokal jika dipalpasi
f.Kaji adanya kelainan sirkulasi pada daerah distal ke daerah yang terinfeksi.
g.Nyeri tulang (menetap, terlokalisir)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC.
Doengoes, Maryln E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa : I Made Karyasa. Jakarta : EGC.
Jong D. W. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Editor: Sjamsuhidajat. Jakarta : EGC
Kumar, Cotran Robbins. (1999). Buku saku Dasar Patologi Penyakit Edisi V. Alih Bahasa Prof. Dr. Achmad Tjarta. Jakarta : EGC
Nealon, F.T. (1996). Ketrampilan Pokok Ilmu Bedah, edisi IV. Alih bahasa Dr. Irene Winata. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi ke 4. Alih bahasa : Peter Anugrah. Jakarta : EGC.
Reksoprojo. (1998). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Schrock, Theodore. (1996). Ilmu Bedah Edisi VII. Alih Bahasa Adji Dharma, Petrus L, Gunawan. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.
Kamis, 22 Maret 2012
OSTEOMIELITIS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Referensi cukup membantu,
Follow blog saya juga ya
Referensi cukup membantu,
Follow blog saya juga ya
Posting Komentar