A. DEFINISI
Ulkus Peptikum adalah ulserasi dari mukosa, submukosa sampai dengan lapisan otot (mulkulus Propia) suatu saluran pencernaan yang bermandikan cairan lambung, asam pepsin, dengan batas yang tajam.
Ulkus peptikum(peptic ulcer) mengacu pada rusaknya lapisan mukosa di bagian mana saja di saluran GI, tetapi biasanya di lambung atau duodenum.
Ulkus peptikum adalah hilangnya selaput lendir atau suatu ulkus dengan batas-batas yang jelas.
B. ETIOLOGI
Etiologi belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang berperan diantaranya adalah:
1. Penurunan produksi mukus
2. Kelebihan asam
3. Peningkatan penyaluran asam sebagai penyebab ulkus duodenum
4. Stres emosional
5. Faktor genetik
6. Jenis kelamin
7. Kebiasaan makan yang tidak teratur
8. Kebiasaan merokok dan alkohol
1. Nyeri daerah epigastrik kiri, biasanya seperti terbakar atau tertusuk. Dapat memancar di sekitar tulang iga hingga ke punggung. Sering terjadi malam hari ketika lambung mulai kosong.
2. Rasa tidak enak di perut.
3. Mual dan muntah.
4. Rasa terbakar dan sering disertai regurgitasi asam ke mulut.
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenum karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida. Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa:
1. Sefalik: Fase pertama ini di mulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal.
2. Fase lambung: Pada fase ini asam lambung di lepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor di dinding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
3. Fase Usus: Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (di anggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein yang di sekresikan secara kontinue melalui kelenjar mukosa. Faktor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua faktor:
a. Hipersekresi asam pepsin
b. Kelemahan barier mukosa lambung. Apapun yang menurunkan mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat anti inflamasi non streroid lain, alkohol, dan obat anti inflamasi masuk dalam kategori ini.
E. KOMPLIKASI
1. Pendarahan. Ulkus peptikum merupakan penyebab yang paling sering dari perdarahan hebat gastrointestinal bagian atas. Pada perdarahan ringan gejalanya hanya feses yang berwarna kehitaman dan terjadi defisiensi zat besi.
2. Perforasi adalah suatu erosi dari ulkus peptikum menembus dinding otot, menimbulkan lubang dari saluran gastrointerstinal.
3. Obstruksi Pilorus. Dapat disebabkan oleh edema jaringan disekitar ulkus.
1. Pemeriksaan barium Meal foto. Barium di makan, kemudian di pastikan dengan sinar X.
2. Endoskopi: Digunakan untuk menemukan atau menentukan lokasi, menghitung jumlah dan ukuran, mengavaluasi sifat tukak ganas atau jinak.
G. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring untuk membantu pengobatan
2. Diet lambung :
a. Diet lambung 1: Berupa air susu/ bubur susu, diberikan pada ulkus yang takut dengan atau tanpa perdarahan.
b. Diet lambung 2: Berupa makanan saring, diberikan pada diet lambung 1 dimana fase akut sudah berlalu.
c. Diet lambung 3: Berupa makanan cincang, diberikan pada ulkus yang ringan.
d. Diet lambung 4.
e. Berupa makanan biasa, hanya tidak merangsang atau menambah rasa sakit, diberikan pada fase penyembuhan.
3. Medika Mentosa
a. Antasida
b. Obat-obatan pengurang sekresi asam labung
c. anti kolinergik
4. Obat-Obat Pelindung Mukosa
5. Rontgen therapi: Penyinaran dengan sinar X untuk menekan sekresi lambung pada semua jaringan, tergantung pada banyaknya radiasi dan jaringan sel si penderita.
6. Therapi pembedahan diperlukan untuk:
a. Ulkus dengan perdarahan.
b. Ulkus yang susah di sembuhkan atau gagal di beriakn terapi konservatif.
c. Ulkus yang mengalami perforasi.
Nama:
Tempet/tanggal lahir:
Usia:
Agama:
Suku:
Status perkawinan:
Pendidikan:
Bahasa yang digunakan:
Alamat:
Dx medik:
Nama:
Alamat:
Hubungan dengan klien:
Penyakit yang pernah diderita:
Kebiasaan buruk:
Penyakit keturunan :
Alergi :
Imunisasi:
Operasi:
Alasan masuk:
Tindakan/terapi yang sudah diterima:
Keluhan utama:
1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menjaga kesehatan?
Bagaimana cara menjaga kesehatan?
Saat sakit:
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2. Nutrisi metabolik
Sebelum sakit:
Makan/minu; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
Apakah ada mengkonsumsi obat-obatn seperti vitamin?
Saat sakit:
Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minu: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
3. Eliminasi
Sebelum sakit:
Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
Apakah mengejan saat BAB/BAK sehingga berpengaruh pada pernapasan?
Saat sakit:
Apakah BAB/BAK teratur: frekuensi, waktu, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
4. Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit:
Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Apakah mengalami kelelahan saat aktifvitas?
Apakah mengalami sesak nafas saat beraktivitas?
Saat sakit:
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (penkes, sebagian, total)?
Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)?
5. Tidur dan istirahat
sebelum sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
Saat sakit:
Apakah tidur klien terganggu, penyebab?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/malam) ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6. Kognitif dan persepsi sensori
Sebelum sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)?
Saat sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah merasa pusing?
7. Persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menggambarkan dirinya?
Saat sakit:
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya?
8. Peran dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit:
Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
Saat sakit:
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, n dokter)?
Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9. Reproduksi dan seksualitas
Sebelum sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
Saat sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
10. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Sebelum sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
Saat sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11. Nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit:
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
Saat sakit:
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang dianut?
Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang nilai dan kepercayaan?
1. Keadaan umum:
Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis
Tampak sakit ringan: bedrest ,terpasang infus
Tampak sakit sedang: bedrest, lemah, terpasang infus, alat medis
Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma
2. Kesadaran:
Kuantitatif:
Mata :
Spontan(4)
Atas permintaan(3)
Rangsang nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Verbal:
Orientasi baik(5)
Jawaban kacau(4)
Kata-kata sepatah(3)
Merintis/mengerang(2)
Tidak bersuara(1)
Motorik:
Menurut perintah(6)
Reaksi setempat(5)
Menghindar(4)
Fleksi abnormal(3)
Ekstensi nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Kualitatif: compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporcoma, coma?
3. Tanda-tanda vital:
T: hipertermi?
N: cepat, tidak teratur, frekuensi, irama, volume?
RR: cepat, irama, jenis, frekuensi?
TD:?
SPO
:?
4. Status gizi: TB, BB, BBN, BBI?
5. Pemeriksaan sistemik:
Head to toe:
Abdomen:
Inspeksi?
Palpasi?
Perkusi ?
Auskultasi?
Laboratorium darah?
Endoskopi?
H. TERAPI
Terapi yang didapat: nama oabat, dosis, waktu, rute, indikasi?
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
Intervensi:
1) Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
2) Ajarkan teknik distraksi/relaksasi
R/mengurangi rasa nyeri
3) Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
4) Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5) Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.
Intervensi:
Intervensi:
1) Timbang berat badan
R/mengetahui perubahan berat badan klien
2) Monitor adanya mual dan muntah
R/mengetahui keadaan klien
3) Monitor tonus otot, rambut merah dan mudah patah
R/mengetahui status kesehatan klien
4) Monitor intake makanan/minuman
R/mengetahui nutrisi yang dikonsumsi klien
5) Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
6) Anjurkan makan sedikit dan sering
R/supaya tidak mual dan tidak muntah
7) Anjurkan klien untuk meningkatkan makanan yang mengandung zat besi, Vit B12 & tinggi protein & Vit C
R/mempercepat pemulihan kondisi klien
8) Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Inteervensi:
1) Ukur TTV: TD, N, RR, T
R/mengetahui keadaan klien
2) Monitor tingkat cemas klien
R/mengetahui kecemasan klien
3) Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasan
R/mengetahui maslah yang dialami klien
4) Berikan suport sistem
R/mengurangi kecemasan klien
5) Libatkan keluarga dalam memberika suport system pada klien
R/mengurangi kecemasan klien
6) Kolaborasi/lanjutkan therapi obat penenang: nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan, tidak familiar dengan sumber informasi.
Intervensi:
1) Kontrak waktu dengan klien
R/menetapkan waktu untuk penkes
2) Berikan penkes
R/meningkatkan pengetahuan klien
3) Evaluasi pengetahuan klien
R/mengetahui keberhasilan penkes
4) Anjurkan kepada klien untuk melakukan apa yang telah disampaikan dalam penkes
R/mengingatkan kembali pada klien
5. Nausea berhubungan dengan faktor fisiologi (nyeri).
Intervensi:
1) Monitor TTV: TD, N, RR, T
R/mengetahui keadaan klien
2) Monitor adanya mual
R/mengetahui keadaan klien
3) Ajarkan teknik napas dalam
R/mengurangi nyeri
4) Anjurkan makan sedikit dan sering
R/supaya tidak mual dan tidak muntah
5) Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
6) Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
7) Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat anti emetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat proses penyembuhan
6. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui rute normal (diare), abnormal (perdarahan).
Intrvensi:
1) Ukur TTV: TD, N, RR, T
R/mengetahui keadaan klien
2) Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari
R/memenuhi kebutuhan cairan
3) Hitung BC
R/mengetahui klebihan dan kekurang cairan
4) Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
5) Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi elektrolit; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
6) Kolaborasi/lanjutkan program therapi trasfusi
R/mempercepat pemulihan kesehatan klien
Moeljono. 1998. Buku Pelajaran patologi jilid, Surabaya: FKUR
Tambayong. 1999. Patofisiologi untuk keperawatan, Jakarta: EGC
Henderson. 1997. Ilmu bedah untuk perawat, Yoyakarta: EGC
NANDA. 2006. Nursing Diagnosis Definition and Classification
2 komentar:
Apakah gejala awalnya sama dengan sakit maag?
Dewi: Gejalanya bisa jadi sperti maag. Tapi, bila terasa sampai daerah punggung perlu diperiksa ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mengetahui penyakit yang dialami dan untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Terima kasih, salam SEHAT. GBU.
Posting Komentar