Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.
Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Osteoporosis atau keropos tulang adalah suatu penyakit tulang yang ditandai dengan
adanya penurunan masa tulang dan perubahan struktur pada jaringan mikroarsitektur
tulang, yang menyebabkan kerentanan tulang meningkat disertai kecenderungan
terjadinya fraktur, terutama pada proksimal femur, tulang belakang dan pada tulang
radius. Baik pada laki-laki maupun wanita mempunyai kecenderungan yang sama
terhadap ancaman fraktur tulang tersebut, walaupun demikian penyakit ini dapat
dicegah maupun diobati.
Terdapat beberapa faktor utama sebagai faktor resiko yang berhubungan erat dan
mempunyai kontribusi utama terhadap proses perkembangan osteoporosis. Faktor
resiko tersebut sering ditemukan, tetapi pada beberapa individu dengan osteoporosis
sulit ditentukan dengan jelas faktor resiko osteoporosis tersebut.
Hampir separuh masa kehidupan terjadi mekanisme kerusakan tulang ( resorpsi ) dan
pembentukan tulang ( formasi). Selama masa anak-anak dan dewasa muda,
pembentukan tulang jauh lebih cepat dibandingkan dengan kerusakan tulang. Titik
puncak massa tulang ( Peak bone mass ) tercapai pada sekitar usia 30 tahun, dan
setelah itu mekanisme resopsi tulang menjadi jauh lebih cepat dibandingkan dengan
pembentukan tulang. Penurunan massa tulang yang cepat akan menyebabkan
kerusakan pada mikroarsitektur tulang khususnya pada tulang trabekular.
Osteoporosis dibagi dalam 2 bentuk, yaitu primer dan sekunder. Dikatakan osteoporosis
primer apabila penyebabnya berhubungan dengan usia ( senile osteoporosis) atau
penyebabnya tidak diketahui sama sekali ( idiopathic osteoporosis). Pada laki-laki, istilah
idiopatik digunakan hanya pada usia lebih dari 70 tahun, dengan asumsi penyebabnya
adalah berhubungan dengan usia. Progresifitas resorpsi tulang merupakan kondisi
normal dalam penuaan ( aging process). Mekanisme ini diawali pada antara usia dekade
3 sampai 5 kehidupan, perkembangan resopsi tulang lebih cepat pada tulang trabelukar
dibanding pada tulang kortikal, dan pada wanita akan mengalami percepatan
mekanisme ini menjelang menopause.
Pada Osteoporosis sekunder ; kebiasaan gaya hidup, obat-obatan atau penyakit tertentu
merupakan penyebab utama terjadinya osteoporosis. Penyebab tersering osteoporosis
sekunder adalah terapi dengan glukokortikoid ( sindroma cushing ), tirotoksikosis,
alkoholisme, hiperparatiroid, diabetes melitus, hipogonadisme, perokok, penyakit
gastrointestinal, gangguan nutrisi, hipercalsiuria dan immobilisasi.
ETIOLOGI
Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun.
Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation – Resorption – Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang yang merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.
Selain gangguan pada proses remodelling tulang faktor lainnya adalah pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat. Walaupun terdapat variasi asupan kalsium yang besar, tubuh tetap memelihara konsentrasi kalsium serum pada kadar yang tetap. Pengaturan homeostasis kalsium serum dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan usus melalui pengaturan paratiroid hormon (PTH), hormon kalsitonin, kalsitriol (1,25(OH)2 vitamin D) dan penurunan fosfat serum. Faktor lain yang berperan adalah hormon tiroid, glukokortikoid dan insulin, vitamin C dan inhibitor mineralisasi tulang (pirofosfat dan pH darah). Pertukaran kalsium sebesar 1.000 mg/harinya antara tulang dan cairan ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui fase formasi dan resorpsi tulang yang lambat. Absorpsi kalsium dari gastrointestinal yang efisien tergantung pada asupan kalsium harian, status vitamin D dan umur. Didalam darah absorpsi tergantung kadar protein tubuh, yaitu albumin, karena 50% kalsium yang diserap oleh tubuh terikat oleh albumin, 40% dalam bentuk kompleks sitrat dan 10% terikat fosfat.
KLASIFIKASI
1.Osteoporosis primer: Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia dekade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria dengan perbandingan 6-8: 1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
2.Osteoporosis sekunder: Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar tulang.
3.Osteoporosis idiopatik: Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra menopause dengan faktor etiologik yang tidak diketahui.
PATOFISIOLOGI
Pembentukan ulang tulang adalah suatu proses yang terus menerus. Pada osteoporosis, massa tulang berkurang, yang menunjukkan bahwa laju resorpsi tulang pasti melebihi laju pembentukan tulang. Pembentukan tulang lebih banyak terjadi pada korteks.
PENATALAKSANAAN
Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.
Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban. Pembedahan pada pastie osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.
Selasa, 11 Oktober 2011
OSTEOPOROSIS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar