Senin, 10 Oktober 2011

RHEUMATOID ARTHRITIS

PENGERTIAN
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang. RA dapat mengakibatkan nyeri, kemerahan, bengkok dan panas di sekitar sendi. Berdasarkan studi, RA lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan rasio kejadian 3 : 1.

Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Gejala yang lain yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala si penderita tidak merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus Rheumatoid Arthritis diderita pada usia di atas 18 tahun.
TANDA DAN GEJALA
Gejala dari RA termasuk kaku sendi, nyeri dan terbatasnya gerakan sendi. Ketika muncul gambaran tertentu pada sendi-sendi kecil di tangan dan kaki, umumnya para ahli reumatologi mengatakan bahwa gejala ini adalah ciri khas dari RA. Kaku sendi dan nyeri biasanya memburuk pada pagi hari.
Gejala lain yang dapat timbul pada RA, termasuk hilangnya nafsu makan, lesu, demam, anemia dan bengkak pada jaringan di bawah kulit yang dikenal sebagai “nodul reumatoid”. Selain menyerang tangan dan kaki, RA juga menyerang pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, lutut dan leher, biasanya menyerang kedua sisi dari tubuh (simteris, kiri dan kanan) pada waktu yang bersamaan. Pada kasus yang lebih berat, RA juga dapat menyerang mata, paru-paru atau pembuluh darah.
ETIOLOGI
Hal ini terjadi karena adanya gangguan pada fungsi normal dari sistem imun yang menyebabkan sistem imun menyerang jaringan sehat. Meski mekanisme pasti yang menjadi dasar terjadinya kerusakan akibat RA belum diketahui, penelitian yang lebih maju telah menemukan faktor penting yang menyebakan terjadinya inflamasi, dan memberikan pengertian yang lebih baik terhadap faktor pencetus yang menjadi penyebab RA. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas sel B sangat penting pada proses penyakit RA.
PATOFISIOLOGI
Membran syinovial pada pasien rheumatoid arthritis mengalami hiperplansia, peningkatan vaskulariasi, dan ilfiltrasi sel-sel pencetus inflamasi, terutama sel T CD4+. Sel T CD4+ ini sangat berperan dalam respon immun. Pada penelitian terbaru di bidang genetik, rheumatoid arthritis sangat berhubungan dengan major-histocompatibility-complex class II antigen HLA-DRB1*0404 dan DRB1*0401. Fungsi utama dari molekul HLA class II adalah untuk mempresentasikan antigenic peptide kepada CD4+ sel T yang menujukkan bahwa rheumatoid arthritis disebabkan oleh arthritogenic yang belim teridentifikasi. Antigen ini bisa berupa antigen eksogen, seperti protein virus atau protein antigen endogen. Baru-baru ini sejumlah ant-[igen endogen telah teridentifikasi, seperti citrullinated protein dan human cartilage glycoprotein 39.
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.
Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis rheumatoid arthritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar rheumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peninkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita rheumatoid arthritis.
FARMAKOLOGI
1.Hydroxychloroquine (Plaquenil) termasuk gangguan lambung, ruam-ruam kulit (skin rashes), kelemahan otot, dan perubahan-perubahan penglihatan. Meskipun perubahan-perubahan penglihatan adalah jarang, pasien-pasien yang mengkonsumsi Plaquenil harus dimonitor leh seorang dokter mata (ophthalmologist).
2.Sulfasalazine (Azulfidine) digunakan untuk merawat rheumatoid arthritis dalam kombinasi dengan obat-obat anti peradangan. Azulfidine umumnya ditolerir dengan baik. Efek-efek sampingan yang umum termasuk ruam (rash) dan gangguan lambung. Karena Azulfidine terbentuk dari senyawa-senyawa sulfa dan salicylate, ia harus dihindari oleh pasien-pasien dengan alergi-alergi sulfa yang diketahui.
3.Gold thioglucose (Solganal), gold thiomalate (Myochrysine), auranofin (Ridaura), diberikan dengan suntikan berfungsi untuk ruam kulit (skin rash), luka-luka mulut, kerusakan ginjal dengan kebocoran protein dalam urin, dan kerusakan sumsum tulang dengan anemia dan jumlah sel putih yang rendah. Pasien-pasien yang menerima perawatan emas dimonitor secara teratur dengan tes-tes darah dan urin.
4.Penicillamine (Depen, Cuprimine) untuk demam, kedinginan, luka-luka mulut, suatu rasa metal/logam dalam mulut, ruam kulit, kerusakan ginjal dan sumsum tulang, gangguan lambung, dan mudah memar. Pasein-pasien pada obat ini memerlukan tes-tes darah dan urin yang rutin.
5.Azathioprine (Imuran), cyclophosphamide (Cytoxan), chlorambucil (Leukeran), dan cyclosporine (Sandimmune).Obat-obat ini adalah jenis penekan imun dan obat-obat ini sangat kuat yang menekan sistim imun tubuh. Sejumlah obat-obat penekan imun digunakan untuk merawat rheumatoid arthritis.
6.Leflunomide (Arava) tersedia untuk menghilangkan gejala-gejala dan menahan kemajuan penyakit. Ia tampaknya bekerja dengan memblokir aksi dari suatu enzim yang penting yang mempunyai suatu peran dalam pengaktifan imun.
7.Etanercept, infliximab, dan adalimumab adalah obat-obat biologi. Obat-obat ini menangkap/mencegat suatu protein dalam sendi-sendi (tumor necrosis factor atau TNF) yang menyebabkan peradangan sebelum ia dapat bertindak pada receptor alaminya untuk "menyalakan" peradangan. Ia secara efektif memblokir kurir peradangan TNF memanggil keluar sel-sel peradangan.
8.Anakinra adalah perawatan biologi lain yang digunakan untuk merawat rheumatoid arthritis yang sedang sampai yang berat. Anakinra bekerja dengan mengikat pada suatu protein kurir sel (IL-1, suatu proinflammation cytokine). Anakinra disuntikan dibawah kulit setiap hari. Anakinra dapat digunakan sendirian atau dengan DMARDs lain. Angka respon dari anakinra tidak nampak setinggi obat-obat biologi lain.
9.Rituxan adalah suatu antibodi yang pertama kali digunakan untuk merawat lymphoma, suatu kanker dari simpul-simpul getah bening. Rituxan dapat efektif dalam merawat penyakit-penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis karena ia menghabiskan sel-sel B, yang adalah sel-sel peradangan yang penting dan dalam memproduksi antibodi-antibodi abnormal yang adalah umu pada kondisi-kondisi ini.
PENATALAKSANAAN
Rheumatoid Factor (RF) merupakan antibodi yang sering digunakan dalam diagnosis RA dan sekitar 75% individu yang mengalami RA juga memiliki nilai RF yang positif. Kelemahan RF antara lain karena nilai RF positif juga terdapat pada kondisi penyakit autoimun lainnya, infeksi kronik, dan bahkan terdapat pada 3-5% populasi sehat (terutama individu usia lanjut).
Oleh karena itu, adanya penanda spesifik dan sensitif yang timbul pada awal penyakit sangat dibutuhkan. Anti-cyclic citrullinated antibody (anti-CCP antibodi) merupakan penanda baru yang berguna dalam diagnosis RA. Walaupun memiliki keterbatasan, RF tetap banyak digunakan sebagai penanda RA dan penggunaan RF bersama-sama anti-CCP antibodi sangat berguna dalam diagnosis RA.
ANTI-CCP IgG
Anti-CCP IgG merupakan penanda RA yang baru dan banyak digunakan dalam diagnosis kondisi RA. Beberapa kelebihan Anti-CCP IgG dalam kondisi RA antara lain:
1.Anti-CCP IgG dapat timbul jauh sebelum gejala klinik RA muncul. Dengan adanya pengertian bahwa pengobatan sedini mungkin sangat penting untuk mencegah kerusakan sendi, maka penggunaan Anti-CCP IgG untuk diagnosis RA sedini mungkin sangat bermanfaat untuk pengobatan sedini mungkin.
2.Anti-CCP IgG sangat spesifik untuk kondisi RA. Antibodi ini terdeteksi pada 80% individu RA dan memiliki spesifisitas 98%. Antibodi ini juga bersifat spesifik karena dapat membedakan kondisi RA dari penyakit artritis lainnya.
3.Anti-CCP IgG dapat menggambarkan risiko kerusakan sendi lebih lanjut. Individu dengan nilai anti-CCP IgG positif umumnya diperkirakan akan mengalami kerusakan radiologis yang lebih buruk bila dibandingkan individu tanpa anti-CCP IgG.
GIZI PADA PASIEN RHEUMATOID ARTHRITIS
Berdasarkan penelitian secara klinis, tulang rawan hiu dinyatakan mampu menjaga pertumbuhan dan penyebaran sel tumor, membantu mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tulang, membantu menghindari penyakit rematik memperkuat dan menjaga fungsi tulang, membantu menghilangkan rasa pegal dan encok, menjaga kesehatan dan fasilitas tubuh serta menghindari kelainan tulang belakang yang bengkok.

Tidak ada komentar: