Senin, 05 Desember 2011

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI

A.DEFINISI NYERI
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan adanya rasa tidak nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan (Jual, 1998).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Wilkinson, 2002).

Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dimana eksistensinya diketahui jika seseorang pernah mengalaminya (Coffery, 1979)
Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan nyeri yang bisda menimbulkan ketegangan (Firest, 1974).
Nyeri adalah suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul bila mana jaringan yang sedang dirusak dean menyebabkan individu tersebut bereaksi atau menghilangkan rangsang nyeri (Cuvton, 1983).

B.ANATOMI DAN FISIOLOGI NYERI
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
1.Reseptor A delta: Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan
2.Serabut C: Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongarn organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.

C.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI
1.Usia: Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
1.Jenis kelamin: Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
2.Kultur: Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
3.Makna nyeri: Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.
4.Perhatian: Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
5.Ansietas: Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
6.Pengalaman masa lalu: Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
7.Pola koping: Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
8.Support keluarga dan sosial: Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan

D.KLASIFIKASI NYERI
1.Nyeri Akut
a.Awitan: timbulnya mendadak.
b.Tujuan: mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi
c.Intensitas : ringan sampai dengan berat
d.Durasi: durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6 bulan)
2.Nyeri Kronik
a.Awitan: terus menerus atau intermiten
b.Intensitas: ringan sampai dengan berat

E.TANDA DAN GEJALA NYERI
1.Gangguam tidur
2.Posisi menghindari nyeri
3.Gerakan menghindari nyeri
4.Pucat
5.Perubahan nafsu makan

F.ETIOLOGI NYERI
Nyeri dapat disebabkan oleh rangsang mekanis (tusuk, tembak, potong), listrik, termal (panas) atau kimia.

G.SKALA NYERI
1.Tidak nyeri (0)
2.Nyeri ringan: Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik (1-3).
3.Nyeri sedang: Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik (4-6).
4.Nyeri berat: Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi (7-9).
5.Nyeri sangat berat: Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi (10).

H.PENATALAKSANAAN NYERI
1.Akut: terutama pemberian analgesik dan hilangkan penyebab
2.Kronik: (pilih sesuai gejala individual):
a.Medikasi: analgesik, antidepresan, trankuiliser,antikonvulsan, steroid, anestesi lokal.
b.Pembedahan: bedah spinal, operasi eksplorasi, potong saraf, lesi radiofrekuensi.
c.Injeksi: anestesi lokal, steroid, dan fenol.
d.Pompa obat spinal.
e.Fisioterapi: fisioterapi pasif, fisioterapi aktif.
f.Stimulasi: TENS, akupunctur, stimulasi kolumna dorsalis
g.Tx psikologik: hipnosis, relaksasi, tx kognitif / perilaku


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Hidayat ,A. Aziz Alimun. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit chayatin, N. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia: Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC
NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
Priharjo. 1993. Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta: EGC
Shone. 1995. Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta: Arcan
Ramali. 2000. Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta: Djambatan.
Syaifuddin. 1997. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta: EGC
Tamsuri. 2007. Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC
Potter. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar: