Minggu, 08 Januari 2012

DIABETES MELLITUS

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Federasi Diabetes International (IDF) 177 juta penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus, sekitar 80% diantaranya berada di negara berkembang, diperkirakan pada tahun 2025 jika tidak dilakukan upaya untuk memperlambat epidemik penderita diabetes mellitus di dunia akan melonjak menjadi 300 juta. Pada tahun 2003 penduduk Amerika Serikat yang menderita diabetes Mellitus sebanyak 13,8 juta orang. Di Australia prevalensi diabetes mellitus pada penduduk kulit putih kurang dari 5%, sementara pada tahun 2001 dari 20 penduduk Aborigin satu diantaranya dilaporkan menderita diabetes mellitus. Di Asia, prevalensi penduduk Cina daratan yang mengalami diabetes mellitus sebanyak 2,5%, di Taiwan 11% dan untuk Cina Singapura sebanyak 10% penduduk yang mengalami dabetes mellitus.

Pada tahun 2000 penderita diabetes mellitus di Indonesia mencapai 5,6 juta dan diperkirakan pada tahun 2020 8,2 juta dari 178 juta penduduk diatas 20 tahun menderita diabetes mellitus. Prevalensi kejadian diabetes mellitus ini tersebar diberbagai kota di Indonesia. Di Jakarta dan daerah Depok menurut penelitian tahun 2001 jumlah diabetes sudah mencapai 12,8 % dari keseluruhan jumlah penduduk DKI Jakarta. Di Jawa Tengah prevalensi diabetes mellitus pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 2,3%. Di Semarang kasus diabetes mellitus pada tahun 2004 mencapai 13.235 kasus per 100.000 penduduk Kota Semarang.
Diabetes mellitus tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (>90%) dibandingkan dengan DM tipe 1. DM tipe 2 timbul makin sering setelah umur 30 tahun sedangkan DM tipe 1 biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun. Penyakit yang bersifat menahun (kronis) dapat menyerang pria maupun wanita, namun kasus tersebut meningkat pada wanita.
Menurut WHO jika ditinjau dari segi kehidupan manusia, 60% kematian yang terjadi diseluruh dunia diakibatkan oleh penyakit tidak menular salah satunya adalah diabetes mellitus. The Congressionally Established Diabetes Research Working Group melaporkan bahwa Angka kematian karena diabetes naik mendekati 30%. Sedangkan usia harapan hidup penderita diabetes rata-rata 15 tahun lebih pendek dari orang-orang yang tidak menderita. Di Indonesia sekitar 2,5 juta jiwa atau 1,3% dari 210 juta jiwa penduduk Indonesia setiap tahun meninggal dunia karena komplikasi dari penyakit diabetes mellitus.
Penyakit diabetes mellitus dikategorikan sebagai “ibu segala penyakit” dan penyakit maut”, diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan banyak komplikasi yang akan ditimbulkan terutama komplikasi saraf, otak, jantung, mata, ginjal serta kulit, dan komplikasi tertinggi (mencapai 50% keluhan pasien) diabetes mellitus adalah disfungsi ereksi pada pria dan keputihan pada wanita. Di Amerika Serikat, diabetes mellitus merupakan penyebab utama kebutaan diantara penduduk berusia 25 hingga 74 tahun.
Penderita diabetes mellitus harus mengubah gaya hidup mereka dari pengaturan diit, olahraga serta konsumsi obat yang teratur. Namun karena merasa tidak adanya hasil dari obat yang telah dikonsumsi penderita sering memberontak dengan menolak semua obat yang telah dikonsumsi dan menjalani kehidupan seperti orang yang tidak pernah menderita penyakit kencing manis, marah-marah dengan anggota keluarga, putus asa, mengundurkan diri dari pekerjaan, membuat hubungan suami istri tidak harmonis karena komplikasi disfungsi ereksi dari diabetes mellitus, yang membuat penderita merasa terganggu dalam berhubungan seksual dan hal ini memicu pertengkaran diantara pasangan, penderita merasa hidup tidak tenang, cemas dan pada akhirnya memperparah penyakit diabetes mellitus yang ada dalam tubuhnya. Bagi penderita diabetes mellitus yang memiliki koping yang baik mereka melakukan olahraga, konsultasi kepada tenaga medis baik secara langsung maupun tidak langsung serta berusaha mencari alternatif pengobatan untuk mengatasi penyakit diabetes mellitus tersebut.
Menurut Aris faktor emosi sangat menentukan dalam proses pengendalian diabetes mellitus, karena penyakit ini merupakan penyakit seumur hidup yang memerlukan kesiapan mental untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Aris juga mengungkapkan ada pengaruh langsung antara trauma emosional dan kejadian diabetes mellitus serta ada pengaruh tidak langsung antara emosi dengan hasil pemeriksaan dan pengobatan. Penderita diabetes mellitus yang dipengaruhi oleh emosinya cenderung dengan sengaja tidak mematuhi aturan diet, pengobatan serta pemeriksaan penyakit diabetes mellitus yang dialaminya.
Pada keadaan kadar gula darah tidak terlalu tinggi atau belum ada komplikasi biasanya pasien tidak berobat ke rumah sakit, adapula yang sudah didiagnosis sebagai diabetesi tetapi karena kekurangan biaya biasanya pasien tidak berobat lagi sehingga keadaan penderita diabetes mellitus yang berada dimasyarakat kurang tereksplor. Penduduk daerah dengan prevalensi diabetes tinggi cenderung suka makan-makanan yang manis dan berlemak. Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis pada tanggal 20 Maret 2006 - 3 Mei 2006 terdapat 15 orang penderita diabetes mellitus di Kelurahan Sumur Boto dan 7 dari mereka merasa stress dihadapkan pada penyakit diabetes mellitus dan strategi koping yang mereka lakukan beraneka ragam, ada yang olahraga, konsultasi ke dokter, dan adapula yang sengaja makan makanan yang seharusnya tidak boleh dikonsumsi. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui lebih dalam strategi koping penderita diabetes melitus yang ada di kelurahan tersebut.

Tidak ada komentar: