Sabtu, 07 Januari 2012

LAPORAN PENDAHULUAN SOLUTIO PLACENTA

A.DEFINISI
Solutio placenta adalah pelepasan bagian atau seluruh placenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak. Apabila pelepasan placenta sebelum minggu ke 22 disebut abortus ( OBSTETRI PATOLOGI: 120 )
Solutio placenta adalah terlepasnya plasenta yang lepasnya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat menyelundup keluar di bawah selaput ketuban yaitu pada solutio dengan perdarahan keluar; atau tersembunyi di belakang plasenta yaitu dengan solutio placenta dengan perdarahan tersembunyi; atau kedua-duanya; atau perdarahannya menembus selaput ketuban, masuk ke dalam kantong ketuban (ILMU KEBIDANAN: 376 )

Solotio placenta di sebut juga: abrutio placenta, ablatio placenta, accidental haemorrhage dan premature separatio of the normally implated placenta.

B.KLASIFIKASI
1.Solutio placenta ringan
1.Bila plasenta lepas kurang ¼ bagian luasnya
2.Ibu dan janin keadaan masih baik
3.Perdarahan pervaginam, warna kehitaman
4.Perut sakit dan agak tegang
2.Solutio placenta sedang
1.Plasenta terlepas lebih ½, belum mencapai 2/3 bagian
2.Perdarahan dengan rasa sakit
3.Perut terasa tegang
4.Gerak janin berkurang
5.Palpasi janin sulit diraba
6.Auskultasi jantung janin è asfiksia ringan dan sedang
7.VT ketuban menonjol
8.Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
3.Solutio placenta berat
1.Plasenta lepas > 2/3 bagian
2.Terjadi sangat tiba-tiba
3.Ibu syock
4.Janin mati è uterus sangat tegang dan nyeri (ILMU KEBIDANAN: 380 )

C.ETIOLOGI
Sebab primer solutio placentae belum diketahui pasti. Faktot predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus mendadak, anomaly atau tumor uterus, defisiensi gizi, merokok, konsumsi alcohol, penyalahgunaan kokain, serta obstruksi vena cava inferior dan vena ovarika (KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN: 279 .

D.PATOFISIOLOGI
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina; atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karana syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya berakibat fatal.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya Solutio plasenta sampai selesai, makin hebat umumnya komplikasinya ( ILMU KEBIDANAN: 379)

E.TANDA DAN GEJALA
1.Perdarahan yang disertai nyeri, juga di luar his
2.Anemi dan shock ( seringkali tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar )
3.Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plecenta hingga rahim tegang ( uterus en bois )
4.Palpasi sukar karena rahim keras
5.Fundus uteri makin lama makin naik
6.Bunyi jantung biasanya tidak ada
7.Pada toucer teraba ketuban yang tegang terus menerus ( karena isi rahim bertambah ( OBSTETRI PATOLOGI: 123-124)

F.KOMPLIKASI
Tergantung luas palsenta yang lepas dan lamanya solutio placenta berlangsung. Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koagulopati konsumtif ( kadar fibrinogen kurang dari 150 mg% dan produk degradasi fibrinogen meningkat ), oliguria, gagal ginjal, gawat janin, kematian janin dan apoplaksia utero plasenta. Bila janin dapat di selamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, BBLR, syndrom gagal napas.

G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan Labolatorium darah: hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen dan elektrolit plasma.
2.KTG untuk pemerikssan kesejahteraan janin
3.USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi, dan keadaan janin (KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN: 279 )

H.PENATALAKSANAAN MEDIS
1.Umum
a.Pemberian darah yang cukup jika mengalami penurunan HB
b.Pemberian O2
c.Pemberian antibiotika
d.Pada shock yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi
2.Khusus
a.Terhadap hypofibrinogenaemi
1)Sustitusi dengan human fibrinogen 10 gram atau darah segar
2)Menghentikan fibrinolyse dengan trasylol ( protein inhibitor ) 200.000 S i.v selanjutnya kalo perlu 100.000 S/jam dalam infuse
b.Untuk merangsang diurese dengan manitol. Diurese yang baik lebih dari 30-40 cc/jam
3.Obstetris
Pimpinan persalinan pada solutio plasenta bertujuan untuk mempercepat persalinan sedapat-dapatnya terjadi dalam 6 jam.
a.Alasan ialah:
1)Bagian placenta yang terlepas meluas
2)Perdarahan bertambah
3)Hypofibrinogenaemi bertambah
b.Tujuan ini dicapai dengan:
1)Pemecahan ketuban, dilakukan untuk mengurangkan tegangan dinding rahim sehingga mempercepat persalinan
2)Pemberian oxytocin
3)SC dilakukan:
a)Kalau cervik panjang dan tertutup
b)Kalau setelah pemecahan ketuban dan pemberian oxytocin dalam 2 jam belum juga ada his
c)Kalau anak masih hidup
4)Hysterektomi dilakukan kalau ada atonia uteri yang berat yang tak dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim (OBSTETRI PATOLOGI: 127)

ATONIA UTERI
A.DEFINISI
Atonia uteri adalah gagalnya uterus untuk mempertahankan kontraksi dan retraksi normalnya sehingga terjadi perdarahan. ( Kedaruratan Obstetri dan ginekologi: 357 )
B.ETIOLOGI
1.Partus lama
2.Pembesaran uterus yang terlalu berlebihan pada waktu hamil, spt pada hamil kembar, hydramnion atau janin besar
3.Multiparitas
4.Anestesi yang dalam
5.Anastesi lumbal

C.PENATALAKSANAAN
1.Lakukan massase uterus dan suntikan 0,2 mg ergometrin intra vena
2.Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan kompresi bimanual pada uterus
3.Jika 2 tindakan di atas tidak juga menghentikan perdarahan, kemungkinan untuk melakukan ikatan arteri hipogastrika kanan dan kiri atau histerektomi. ( ILMU KEBIDANAN: 653, 655 )
HISTEREKTOMI
Histerektomi adalah pengangkatan uterus. Pengangkatan ini sangat jelas menimbulkan sterilitas, tetapi indikasi histerektomi biasanya tidak merupakan kontrasepsi yang di haruskan.
Indikasi prosedur ini setelah kehamilan meliputi:
1.Rupture atau inversi uterus
2.Tumor fibroid dn malignan
3.Plasenta akserta
4.Hemoragi post partum yang tidak terkontrol
5.Kehamilan abdomen bila organ-organ abdomen dan jaringan penunjang menjadi letak implantasi plasenta
Kelahiran bayi sesarian yang diikuti dengan histerektomi mungkin dilakukan pada waktu yang sama, seperti pada kelahiran sesarian yang terakhir kali (Dasar-dasar Keperawatan Maternitas: 305)
Histerektomi dalam kebidanan dapat dilakukan sesudah: a) seksio sesaria; b) persalinan pervaginan; c) terjadi rupture uteri.
Pemgangkatan uterus sesudah seksio sesaria di selenggarakan pada infeksi intrapartum yang berat, pada perdarahan karena atonia uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain.( Ilmu Kebidanan: 871 )
IUFD (Intra Uterin Fetal Death)
Kematian janin adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna oleh ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Ilmu Kebidanan: 786 )
IUFD sebelumnya disebut stillbirth, berhubungan dengan preeklamsia, eklamsia, plasenta previa, diabetes, infeksi, anomaly congenital dan penyakit iso imun.
Tanda-tanda pertama kematian janin:
1.Kurangnya gerakan janin
2.Diikuti dengan menurunnya secara bertahap tanda-tanda kehamilan
3.Denyut jantung bayi menghilang
4.Sonografi memperlihatkan tidak adanya denyutan jantung
5.Radiografi menunjukkan adanya tonjolan tulang-tulang kepala janin, disebut tanda-tanda spalding

ASUHAN KEPERAWATAN
PASCA OPERASI SC
Perawatan setelah kelahiran sesarea (4 jam sampai 5 hari pasca partum)
1.Pengkajian dasar data klien
Tinjau ulang catatan prenatal dan intra operatif dan adanya indikasi untuk kelahiran searea.
2.Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
3.Integritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan, sampai ketakutan, marah atau menarik diri.
Klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran, mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
4.Eliminasi
Kateter urinaris indweiling mungkin terpasang: urine jernih pucat.
Bising usus tidak ada, samar atau jelas.
5.Makanan/ cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
6.Neurosensasi
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
7.Nyeri/ ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber. Misal: trauma bedah/ insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesia, mulut mungkin kering.
8.Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vaskuler.
9.Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda kering.
Jalur parental bila digunakan paten can sisi bebas eritema, bengkok, nyeri tekan.
10.Seksalitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus saat setelah bayi lahir.
Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan berlebihan/ banyak.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh nyeri
Pasein tidak mengeluh sesak
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui kondisi kesehatan pasien
2)Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
3)Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam
R/mengurangi rasa nyeri
4)Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
5)Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/memenuhi kebutuhan pasien
7)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat proses penyembuhan
8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, golongan
R/mengurangi rasa nyeri
2.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada.
Tujuan: pola napas tidak efektif teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh pusing
Pasien tidak mengeluh sesak napas
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
CRT: <3 detik Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: Tekanan darah, pernapasan, suhu, nadi. R/mengetahui keadaan pasien 2)Monitor kemampuan aktivitas pasien R/mengetahui kemampuan pasien 3)Anjurkan untuk bedrest/cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi 4)Beri posisi semifowler R/mencukupi kebutuhan oksigen Bantu aktivitas pasien secara bertahap R/mengurangi beban kerja pasien 5)Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat pemulihan kondisi 6)Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen R/mencukupi kebutuhan oksigen 3.Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, prosedur invasif, pertahanan sekunder tidak adekuat. Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2x24jam dengan kriteria hasil: Daerah luka operasi dan pada daerah tusukan infus tidak ada tanda peradangan Hasil laboratorium darah normal(Leukosit, Hb) Intervensi: 1)Monitor tanda-tanda peradangan R/untuk melihat tanda-tanda peradangan 2)Monitor pemeriksaan Laboratorium darah R/untuk melihat kandungan darah 3)Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan R/untuk menghindari inos 4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi 5)Batasi pengunjung R/untuk mencegah inos 6)Rawat luka setiap hari dengan teknik steril R/mencegah infeksi 7)Beri nutrisi tinggi zat besi, vitamin C R/untuk membantu proses penyembuhan luka 8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat antibiotik ; nama, dosis, waktu, cara R/mempercepat penyembuhan 4.Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui abnormal (perdarahan). Tujuan: Resiko defisit volume cairan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: BB dalam batas normal Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt Suhu: 36-37C/axila Finger print <3 detik BAK 3-5x/hari Tidak ada perdarahan Intevensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan pasien 2)Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari R/memenuhi kebutuhan cairan 3)Hitung balance cairan R/mengetahui klebihan dan kekurang cairan 4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi 5)Kolaborasi/lanjutkan pemberian terapi elektrolit; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat penyembuhan 6)Kolaborasi/lanjutkan program therapi transfusi R/mempercepat pemulihan kesehatan pasien 5.Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan: cemas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak tampak gelisah Pasien tidak mengeluh takut Pasien tampak tidak gugup Pasien tidak mengeluh cemas BAK 3-5x/hari Nadi 60-100x/mnt Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu R/mengetahui perubahan keadaan kesehatan pasien 2)Monitor/kaji tingkat kecemas pasien R/mengetahui perubahan kecemasan pasien 3)Monitor/kaji tanda-tanda kecemasan Mengetahui perubahan kecemasan pasien 4)Dorong pasien untuk mengungkapkan kecemasan R/mengetahui masalah yang dialami pasien 5)Berikan suport sistem R/mengurangi kecemasan pasien 6)Jelaskan prosedur dan setiap tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien Mengurangi kecemasan pasien. 7)Libatkan keluarga dalam memberikan suport system pada pasien R/mengurangi kecemasan pasien 8)Kolaborasi/lanjutkan terapi obat penenang: nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat penyembuhan pasien 6.Hipertermia berhubungan dengan penyakit.atau trauma Tujuan: Hipertermia teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dengan kriteria hasil: Suhu: 36-37C/axila Pernapasan 12-21x/mnt Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan klien 2)Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari R/memenuhi kebutuhan cairan 3)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi 4)Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis R/mengurangi rasa panas 5)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien R/mencukupi kebutuhan pasien 6)Beri kompres hangat R/vasodilatasi pembuluh darah 7)Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi antipiretik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat penyembuhan 7.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi. Tujuan: Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh lemas Makan habis 1 porsi Pasien tidak mual Pasien tidak muntah Berat badan normal/ideal Konjungtiva merah muda Rambut tidak rontok Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan pasien 2)Timbang berat badan R/mengetahui perubahan berat badan pasien 3)Monitor adanya mual dan muntah R/mengetahui keadaan pasien 4)Monitor tonus otot, rambut merah dan mudah patah R/mengetahui status kesehatan pasien 5)Monitor intake makanan/minuman R/mengetahui nutrisi yang dikonsumsi pasien 6)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi 7)Anjurkan makan sedikit dan sering R/supaya tidak mual dan tidak muntah 8)Anjurkan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung zat besi, Vitamin B12, tinggi protein, dan Vitamin C R/mempercepat pemulihan kondisi pasien 9)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat penyembuhan 8.Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan, tidak familiar dengan sumber informasi. Tujuan: Pengetahuan pasien bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x45 menit dengan kriteria hasil: Pasien bisa menjelaskan pengertian Bisa menyebutkan penyebab Bisa menyebutkan tanda dan gejala Bisa menyebutkan perawatan Bisa menyebutkan pencegahan Intervensi: 1)Kontrak waktu dengan pasien R/menetapkan waktu untuk pendidikan kesehatan 2)Berikan pendidikan kesehatan R/meningkatkan pengetahuan pasien 3)Evaluasi pengetahuan pasien R/mengetahui keberhasilan pendidikan kesehatan 4)Anjurkan kepada klien untuk melakukan apa yang telah disampaikan dalam pendidikan kesehatan R/mengingatkan kembali pada pasien DAFTAR PUSTAKA Obstetric patologi , bagian obstetric dan ginekologi fakultas kedokteran universitas padjdjaran bandung edisi 1984 Buku saku manajemen komplikasi kehamilan dan persalinan cetakan 1 2006 EGC Ilmu kebidanan .yayasan bumi pustaka sarwono prawirohardjo Jakarta 2007 cetakan TRIDASA PRINTER Kapita selekta kedokteran edisi dua tahun terbit1989 cetakan BINA USAHA Jakarta Kapita selekta kedokteran edisi tiga jilid 1 media Aesculapius UI cetakan 2005 Kapita selekta kedaruratan obstetric dan ginekologi “ Ben –Zion Taber, M.dEGC cet 1 1994. Dasar-dasar keperawatan Maternitas “persis mary hamilton terbitan EGC tahun1995 Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4 karya bobak-lowdermilk-jensen terbtan EGC 2005

Tidak ada komentar: