Sabtu, 28 Januari 2012

MOLA HIDATIDOSA

A.PENGERTIAN
Mola hidatidasa yaitu suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik

B.ETIOLOGI
Mola hidatidosa berasal dari plasenta atau jaringan janin sehingga hanya mungkin terjadi pada awal kehamilan, massa biasanya terdiri dari bahan-bahan plasenta yang tumbuh tak terkendali, sering tidak ditemukan janin sama sekali. Penyebab terjadinya mola belum diketahui.
Penyebab yang paling mungkin adalah kelainan pada sel telur, rahim atau kekurangan gizi, resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun atau diatas 40 tahun. Faktor resiko terjadinya mola adalah status sosial-ekonomi yang rendah, diet rendah protein, asam folat dan karotin.

C.GEJALA
Gejalanya bisa berupa:
1.Perdarahan dari vagina pada wanita hamil (trimester I)
2.Mual dan muntah berat
3.Pembesaran perut melebihi usia kehamilan
4.Gejala-gejala hipertiroidisme ditemukan pada 10% kasus (denyut jantung yang cepat, gelisah, cemas, tidak tahan panas, penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, tinja encer, tangan gemetar, kulit lebih hangat dan basah)
5.Gejala-gejala pre-eklamsi yang terjadi pada trimester I atau awal trimester II (tekanan darah tinggi, pembengkakan kaki-pergelangan kaki-tungkai, proteinuria).

D.DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan panggul akan ditemukan tanda-tanda yang menyerupai kehamilan normal tetapi ukuran rahim abnormal dan terjadi perdarahan.
Tinggi fundus rahim tidak sesuai dengan umur kehamilan dan tidak terdengar denyut jantung bayi.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:
Serum HCG untuk memastikan kehamilan, lalu HCG serial (diulang pada interval waktu tertentu)
USG panggul
Rontgen dada dan CT scan/MRI perut.

E.PENGOBATAN
Mola harus dibuang seluruhnya, biasanya jika tidak terjadi aborsi spontan dan diagnosisnya sudah pasti, dilakukan aborsi terapeutik melalui prosedur dilatasi & kuretase.
Setelah prosedur tersebut, dilakukan pengukuran kadar HCG untuk mengetahui apakah seluruh mola telah terbuang.
Jika seluruh mola telah terbuang, maka dalam waktu 8 minggu kadar HCG akan kembali normal.
Wanita yang pernah menjalani pengobatan untuk mola sebaiknya tidak hamil dulu dalam waktu 1 tahun dan dianjurkan kontrasepsi pil.
2-3% kasus mola bisa berkembang menjadi keganasan (koriokarsinoma).
Pada koriokarsinoma diberikan kemoterapi yaitu metotreksat, daktinomisin atau kombinasi kedua obat tersebut.
Jadwal pemeriksaa ulang selama 2-3 tahun:
Setiap minggu pada tiwulan pertama
Setiap 2 minggu pada triwulan kedua
Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya dan selanjutnya setiap 3 bulan

F.KOMPLIKASI
Bisa disertai preeklampsia pada usia kehamilan yang lebih muda
Tirotoksikosis, prognosis lebih buruk, biasanya meninggal akibat krisis tiroid
Emboli sel trofoblas ke paru
Sering disertai kista lutein, baik unilateral maupun bilateral, kista menghilang jika mola sudah dievakuasi
Mola dengan kista lutein mempunyai resiko 4x lebih besar berdegenerasi

ASUHAN DENGAN MOLA HIDATIDOSA
1.Pengkajian
Pada pengkajian masalah pertama yang dikaji adalah masalah identitas karena didalam identitas yang terkait dengan kasus mola adalah umur karena kasus mola banyak terjadi pada usia < 20 - > 40 tahun hal ini sesuai dengan buku kapita selekta kedokteran edisi ketiga tahun 2001 jilid 1.
Pada kasus mola keluhan utama yang biasanya dirasakan pada klien adalah mual muntah yang berlebihan kadang kala ada tanda toksemia gravidarum,terdapat perdarahan yang sedikit hingga banyak serta tidak teratur dan kadar HCG meningkat hal ini sesuai dengan teori Prof.Dr.Rustam Mochtar,MPH pada buku sinopsis Obstetri edisi kedua.
Pada riwayat hidup dan riwayat lainnya pada kasus mola ini hampir sama dengan penyakit atau kasus lainya sedangkan pada riwayat kehamilan sekarang terjadi pembesaran uterus yang abnormal,pembesaran perut tidak sesuai dengan usia kehamilan serta perdarahan yang tidak teratur hal ini sesuai dengan teori Prof.Dr.Rustam Mochtar.MPH pada buku sinopsis obstetri edisi kedua
2.Pemeriksaan
Keadaan umum pada kehamilan mola hidatidosa pada dasarnya masih dalam keadaan normal.untuk pemeriksaan fisiknya inpeksi muka kelihatan pucat kekuningan pada palpasi uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan,tidak teraba bagian janin dan balothemen dan fundus uteri turun.pada auskultasi tidak terdengar DJJ,pada pemeriksaan dalam rahim terasa lembek dan tidak ada bagian – bagian janin.
Pada pemeriksaan laboraturium USG akan kelihatan bayangan dan tidak terlihat janin hal ini sesuai dengan teori Prof.Dr.Rustam Mochtar.MPH pada buku sinopsis obstetri edisi kedua.
3.Interprestasi data dasar
Pada data subyetif klien mendapatkan gejala – gejala pada kehamilan muda adanya mual muntah yang berlebihan serta adanya perdarahan sedikit hingga banyak dan tidak teratur. pada data objektif palpasi tidak teraba bagian janin dan DJJ negatif, perut bagian bawah sedikit mengembung dan tegang, pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan hal ini sesuai dengan teori Prof.Dr.Rustam Mochtar.MPH pada buku sinopsis obstetri edisi kedua.
4.Diagnosa dan masalah potensial
Adanya diagnosa banding,terjadi kehamilan dengan mioma,abortus,hidramniaon dan gemeli hal ini sesuai dengan buku kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1
5.Identifikasi kebutuhan terhadap tindakan
Rujuk pasien dan kolaborasi dengan dokter


6.Rencana
Jika kehamilan mola telah ditegakan,melakukan evakuasi uterus.jika dibutuhkan dilatasi servik gunakan blok paraservikal kemudian melakukan pengosongan dengan AVM yang lebih aman dari kuretase tajam,jika sumber vakum adalah tabung manual maka siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian setelah semuanya selesai segera melakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V( NaCL atau Ringer Laktat ).Kemudian kenali dan tangani komplikai penyerta seperti tiritoksikosis atau krisis tiroid baik sebelum,selama dan setelah evakuasi, jika anemia sedang pasien mengalami anemia sedang cukup diberikan sulfas fosus 600 mg perhari,untuk anemia berat lakukan tranfusi darah.jika kadar HCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko tinggi untuk perubahan kearah ganas,pertimbangkan untuk memberikan methotrexate ( MTX ) 3-5 mg/kg BB atau 25 mg IM dosis tunggal kemudian lakukan pemantauan kadar HCG minimal 1 tahun pasca evakuasi dan selama pemantauan pasien dianjurkan untuk menggunakan kontraepsi hormonal ( jika masih ingin memiliki anak ) jika tidak maka dianjurkan untuk melakukan tubektomi. Hal ini sesuai dengan rencana dan penanganan awal mola di buku paduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal tahun 2002 dan buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal YBP-SP 2002.
7.Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan perencanaan
8.Evaluasi
Ibu tetap melakukan pemeriksaan ulang atau follow up selama 2-3 tahun dan tidak hamil dulu selama 1 tahun selama masih dalam pengobatan.dan ibu mau memakai kontrasepsi hormonal selama masih dalam pengobatan

Tidak ada komentar: