Sabtu, 28 Januari 2012

PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA NON KESEHATAN

1.PENGERTIAN
Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang di kenal dengan istilah dukun bayi. Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah berumur ± 40 tahun ke atas (Prawirohardjo, 2005).
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat yang pada umumnya adalah seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memeiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional. Keterampilan trsebut diperoleh secara turun temurun, belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan serta melalui tenaga kesehatan. Dukun bayi juga merupakan seseorang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pendidikan dukun umumnya adalah Kejar Paket A atau tamat SD, bisa baca tulis dengan kapasitas yang rendah, mereka tidak mendapat ilmu tentang cara pertolongan persalinan secara teori di bangku kuliah, tetapi mereka hanya berdasarkan pengalaman saja. Peralatan yang digunakannya hanya seadanya seperti memotong tali pusat menggunakan bambu, untuk mengikat tali pusat menggunakan tali naken, dan untuk alasnya menggunakan daun pisang.

Seperti diketahui, dukun bayi adalah merupakan sosok yang sangat dipercaya dikalangan masyarakat. Mereka memberikan pelayanan khususnya bagi ibu hamil sampai dengan nifas secara sabar. Apabila pelayanan selesai mereka mempunyai tarif pelayanan yang jauh lebih murah dibandingkan dengan bidan. Umumya masyatrakat merasa nyaman dan tenang bila persalinannya ditolong oleh dukun bayi atau lebih dikenal dengan bidan kampong, akan tetapi ilmu kebidanan yang dimiliki dukun tersebut sangat terbatas karena didapatkan secara turun temurun (tidak berkembang). Dukun bayi ada dua yaitu:
a.Dukun bayi terlatih adalah dukun bayi yang elah mendapatkan latihan dari tenaga kesehatan dan telah dinyatakan lulus.
b.Dukun bayi tidak terlatih adalah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih oleh tenaga kesehatan dan belum dinyatakan lulus.
Pertolongan persalinan oleh dukun bayi diharapkan memenuhi standar minimal “3 bersih” yang meliputi bersih tangan penolong, bersih alat pemotong tali pusat dan bersih alas tempat ibu berbaring serta lingkungannya. Selain itu masih ada penolong persalinan yang berasal dari anggota keluarga dalam masyarakat terpencil, seperti yang banyak ditemukan di Provinsi Irian Jaya. Namun, penolong persalinan seperti ini umumnya tidak tercatat dan sulit untuk diidentifikasi. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan sterilitas, metode pertolongan persalinan yang memenui persyaratan teknis medis dan merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

2.ETIOLOGI
a.Kebiasaan/ perilaku/ adat istiadat yang tidak menunjang
1)Keluarga, yaitu adanya kebiasaan keluarga yang memeutuskan atau memaksa calon orang tua mengenai siapa yang akan menolong persalinan.
2)Masyarakat, yaitu adanya kebiasaan masyarakat yang lebih mempercayai penolong persalinan pada tenaga non medis (dukun).
b.Sarana kesehatan
c.Keadaan sosial ekonomi yang kurang memadai: Tersedianya berbagai jenis pelayanan publik serta persepsi tentang nilai dan mutu pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih kesehatan atau tidak. Biasanya, perempuan memilih berdasakan penyedia layanan tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh masyarakat miskin. Sekitar 65% dari seluruh masyarakat miskin yang diteliti menggunakan penyesia layanan kesehatan rakyat seperti bidan di desa, puskesmas atau puskesmas pembantu(pustu), sementara 35% sisanya menggunakan dukun beranak yang dikenal dengan berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan alasan yang menentukan pilihan masyarakat miskin, ada sejumlah faktor yang membuat mereka lebih memilih layanan yang diberikan oleh dukun. Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa untuk membantu persalinan lebih besar daripada penghasilan RT miskin dalam satu bulan. Disamping itu, biaya tersebut pun harus dibayar tunai. Sebaliknya, pembayaran terhadap dukun lebih lunak secara uang tunai dan ditambah barang. Besarnya tarif dukun hanya sepersepuluh atau seperlima dari tarif bidan desa. Dukun juga bersedia pembayaran mereka ditunda atau dicicil (Suara Merdeka, 2003).
d.Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
e.Status dalam masyarakat
f.Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penyuluhan kesehatan dan petugas kesehatan yang masih rendah
g.Kultur atau budaya: Masyarakat kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun beranak daripada kepada bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit maih melekat pada kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan manusia. Selain itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang tidak membenarkan pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau para medis laki-laki. Dengan sikap budaya dan agama seperti itu, kebanyakan kaum perempuan di padesaan tetap memilih dukun beranak sebagai penolong persalinan meskipun dengan resiko sangat tinggi.

3.PENATALAKSANAAN
Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini ibu hamil beresiko harus lebih digalakakan, baik di fasilitas pelayanan KIA maupun masyarakat. Dalam hal ini, deteksi ibu hamil beresiko perlu difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan dukun bayi. Dengan mengadakan program penempatan Bidan di Desa (BDB) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita, kecuali hal-hal yang berhubungan dengan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat dengan menjalin hubungan kemitraan antara keduanya. Dengan penempatan bidan di desa tersebut diharapkan secara bertahap jangkauan persalinan oleh tenaga profesional terus meningkat dan masyarakat semakin menyadari pentingnya persalinan yang bersih dan aman.

Tidak ada komentar: