Selasa, 17 Januari 2012

RISIKO BUNUH DIRI

A.DEFINISI
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).

B.JENIS
1.Ancaman bunuh diri (Suicide threats): Merupakan peringatan verbal atau non verbal bahwa seseorang tersebut mempertimbangkan bunuh diri. Individu akan mengatakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi atau mungkin menunjukkan respons non verbal dengan memberikan barang-barang yang dimilikinya. Misalkan dengan mengatakan “tolong jaga anak-anakku karena saya akan pergi jauh” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Perilaku ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan saat ini. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian.

2.Percobaan bunuh diri (Suicide attempts): Klien sudah melakukan percobaan bunuh diri. Semua tindakan terhadap diri sendiriyang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian, jika tidak dilakukan pertolongan segera. Pada kondisi ini klien aktif mencoba bunuh diri dengan berbagai cara seperti gantung diri, minum racun, memotong urat nadi atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
3.Completed Suicide: Terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar mati mungkin akan mati, jika ia tidak ditemukan tepat pada waktunya.

C.TANDA DAN GEJALA
1.Data subyektif:
a.Mengatakan hidupnya tidak berguna lagi
b.Ingin mati
c.Mnyatakan pernah mencoba bunuh diri
d.Mengancam bunuh diri
e.Mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
f.Mengatakan lebih baik mati saja
g.Mengatakan sudah bosa hidup
2.Data obyektif:
a.Ekspresi murung
b.Tidak bergairah
c.Ada bekas percobaan bunuh diri
d.Perubahan kebiasaan hidup
e.Perubahan perangai

D.ETIOLOGI
1.Faktor predisposisi: Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh diri antara lain:
a.Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b.Sifat kepribadian: Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c.Lingkungan psikososial: Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d.Riwayat keluarga: Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.
e.Faktor biokimia: Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.
2.Faktor presipitasi: Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
a.Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
b.Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c.Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
d.Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

E.AKIBAT
Menciderai diri dengan tujuan mengakhiri hidup.

F.DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA
Resiko bunuh diri

G.FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan: resiko bunuh diri
1.Tujuan umum
Klien tidak menciderai diri
2.Tujuan khusus
a.Klien dapat membuna hubungan saling percaya
Intervensi:
1)Perkenalkan diri dengan klien
2)Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal
3)Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur
4)Bersifat hangat dan bersahabat
5)Temani klien saat keinginan menciderai diri meningkat
b.Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Intervensi:
1)Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali kaca dan lain-lain.
2)Tempatkan klien di ruangan yang tenan dan selalu terlihat oleh perawat
3)Awasi klien secara ketat setiap saat
c.Klien dapat mengekpresikan perasaannya
Intervensi:
1)Dengarkan keluhan yang dirasakan
2)Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan, dan keputusasaan
3)Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimanan harpannya
4)Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain-lain.
5)Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjaukan keinginan untuk hidup
d.Klien dapat meningkatkan harga diri
Intervensi:
1)Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
2)Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu
3)Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan ( misalnya: hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan)
e.Klien dapat menggunakan koping yang adaftif
Intervensi:
1)Anjurkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenankan setiap hari (misalnya: berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll)
2)Bantu untuk mengenali hal-hal yang dicintai dan yang disayang, pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
3)Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif
f.Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Intervensi:
1)Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu (orang-orang terdekat, timpelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut)
2)Kaji sistem pendukung kayakinan ( nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan Agama)
3)Lakukan rujukan sesui indikasi (misalnya: konseling pemuka Agama)
g.Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Intervensi:
1)Diskusikan tentang obat (nama, dosis, waktu, cara, indikasi)
2)Bantu menggunakan obat dengan 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, dan waktu)
3)Anjurkan membicarakan efek samping yang dirasakan
4)Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP p I)
Hari/Tanggal:............................

A.PROSES KEPERAWATAN
1.Kondisi klien:
DS: Klien mengatakan,”Saya sudah tidak berguna lagi, ingin cepat mati”.
DO: Ekspresi murung, tidak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri.
2.Diagnosa Keperawatan: Risiko bunuh diri
3.Tujuan: Klien dapat membina hubungan saling percaya dan mengenali masalah bunuh diri.
4.Tindakan Keperawatan ( SP I p)
1)Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
2)Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
3)Melakukan kontrak treatment
4)Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5)Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

B.STRATEGI KOMUNIKASI
1.FASE ORIENTASI
a.Salam terapeutik dan kenalan
”Selamat pagi ......., Perkenalkan nama saya perawat......, Saya suka dipanggil Perawat...... saja, Boleh saya kenalan Nama lengkap Mbak/Mas......., Sukanya dipanggil Apa....? (Saat berkenalan sambil berjabat tangan dan pertahankan kontak mata). Saya adalah perawat yang bertugas membantu Mbak/Mas.... (Selanjutnya panggil nama pasien) agar cepat sembuh, cepat pulang.
b.Evaluasi dan validasi data
Bagaimana perasaan Mbak........ hari ini?
Apakah hari ini Mbak masih merasa tidak bergairah/ mengapa?
c.Kontrak (topik, waktu, dan tempat)
Topik: Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengendalikan dorongan bunuh diri Mbak....?
Tempat: Mbak mau bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau disini?
Waktu: Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja?
2.FASE KERJA
Apakah Mbak membawa barang-barang sperti pisau, silet, tali?
Bisakah saya menyimpan barang yang Mbak bawa ini dulu?
Maukah saya cari cara mengendalikan dorongan bunuh diri?
Membantu Pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol Fisik ( nafas dalam dan relaksasi)
Saya akan berikan contoh, setelah itu Mbak mencobanya ya.... Caranya begini, kita bisa berdiri tegak, tidak bersandar di kursi, lalu tarik nafas panjang melalui hidung sekuatnya, tahan sebentar, lalu hembuskan nafas melalui mulut pelan-pelan, badan rileks, tenang ulangi 3-5 kali atau sampai Mbak..... merasa nyaman.
Mbak mau mencobanya Kan? Mari saya hitung..
Nah sekarang di tulis di buku Mbak.... mau berapa kali latihan.
3.FASE TERMINASI
a.Evaluasi Subyektif:
Bagaimana perasaanya setelah kita bercakap-cakap?
b.Evaluasi Obyektif:
Jadi sperti yang Mbak....... katakan barang sperti pisau, tali, silet bisa berbahaya.
Mulai sekarang untuk mengendalikan dorongan bunuh diri yang harus dilakukan adalah.... .? Bagus.
c.Rencana tindak lanjut:
Bagaimana kalau dorongan bunuh diri muncul lagi, tolong Mbak nanti panggil perawat agar dibantu untuk mengendalikan dorongan bunuh diri yang baik.
Atau Mbak bisa menggunakan cara mengontrol dorongan bunuh diri dengan cara yang sudah kita latih tadi, yaitu tarik nafas dalam.
Bagaimana kalau kita buat jadwal kegiatannya? Baik mari saya bantu.... nanti kalau sudah dijalankan dicek list, nah begini caranya.
d.Kontrak
Topik: nanti siang/besok kita akan berbincang-bincang lagi, apa Mbak mau? Kita akan berbincang-bincang tentang.....?
Tempat: Bagaimana kalau tempat ini lagi?
Waktu: Mungkin kita butuh waktu 15 menit?

C.SIKAP TERAPEUTIK
1.Berhadapan dan mempertahankan kontak mata
2.Membungkuk kearah pasien dengan sikap terbuka dan rileks
3.Mempertahankan jarak terapeutik

D.TEKNIK KOMUNIKASI
1.Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti
2.Menggunakan teknik komunikasi yang tepat

Tidak ada komentar: