Minggu, 08 Januari 2012

SIKAP

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi suatu tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka dan sikap timbul sebagai penghayatan terhadap obyek. Sikap terbentuk dari 3 komponen yaitu:

1.Komponen afektif: Komponen ini berhubungan dengan perasaan dan emosi tentang seseorang atau sesuatu.
2.Komponen kognitif: Sikap tentunya mengandung pemikiran atau kepercayaan tentang seseorang atau sesuatu objek.
3.Komponen perilaku: Sikap terbentuk dari tingkah laku seseorang dan perilakunya.
Ketiga komponen ini bersama-sama akan membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
1.Menerima (Receiving): Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memeperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang tua tentang perilaku temper tantrum dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang tua terhadap seminar-seminar tentang autisme khususnya tentang perilaku temper tantrum.
2.Merespons (Responding): Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut.
3.Menghargai (Valuing): Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya orang tua yang mau berbagi cerita dengan sesama orang tua penyandang autisme atau konsultasi dengan terapis tentang perilaku temper tantrum yang dilakukan anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua tersebut memiliki sikap positif.
4.Bertanggung jawab (Responsible): Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya orang tua yang telah mengetahui bahwa glutein dan casein dapat menyebabkan temper tantrum memilih untuk tidak memberikan makanan yang mengandung kedua protein tersebut dengan segala resikonya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Saifudin Azwar (2003) antara lain pengalaman pribadi, kebudayan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama, dan faktor emosi individu. Kesan yang ditimbulkan oleh pengalaman pribadi seseorang merupakan dasar pembentukan sikap. Kecenderungan sikap individu untuk searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting. Kebudayaan menanamkan suatu arahan sikap individu terhadap berbagai masalah. Media massa turut mempengaruhi pembentukan sikap individu melalui informasi yang mengandung pesan-pesan sugestif yang memberi dasar afektif dalam menilai suatu hal. Lembaga pendidikan dan lembaga agama berperan dalam memberikan dasar pengertian dan konsep moral; dalam diri individu. Kadang-kadang sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi untuk menyalurkan emosi atau sebagai mekanisme pertahanan diri. Sikap ini bersifat sementara tetapi tidak menutup kemungkinan ini dapat menjadi sikap yang bertahan lama.

Tidak ada komentar: