Sabtu, 04 Februari 2012

ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 262/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 32/1.000 kelahiran hidup. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan 40-60%, preeklampsi dan eklampsi 20-30%, infeksi 20-30%. Sedangkan penyebab tidak langsung yang mendasar adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan (Yeni, 2009).
Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut ”potensial danger of mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan (Manuaba, 1998).

Di Jawa Tengah telah dibuktikan bahwa anemia menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, bahkan penderita anemia rentan terhadap penyakit. Survei pemetaan anemia di Jawa Tengah menunjukkan prevalensi anemia yang paling tinggi adalah anemia pada ibu hamil, bahkan dibeberapa kabupaten di Jawa Tengah mencapai angka lebih dari 80% (Suara Merdeka, 2007).
Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 10 g/dl. Penurunan kadar Hb pada wanita sehat yang hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan volume sel darah dan hemoglobin. Pada akhir kehamilan, ekspansi plasma menurun sementara hemoglobin terus meningkat. Pada saat nifas, bila tidak terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar, konsentrasi hemoglobin tidak berbeda dengan saat hamil. Biasanya hal ini bertahan selama beberapa hari sebelum akhirnya meningkat ke nilai sebelum hamil (Arif, 1999).
Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inersia uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum (Heptimulyani, 2008).
Selama hamil asupan zat besi harus ditambah sebanyak 20 mg/hari. Hal ini mengingat selama kehamilan, volume darah tubuh ibu meningkat 40-60% untuk memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi selama hamil, ibu harus mengkonsumsi zat besi sekitar 45-50 mg sehari. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging berwarna merah, hati, ikan, kuning telur, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, tempe, roti dan serelia. Zat besi sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan buah-buahan yang mengandung vitamin C (Loecu, 2008).
Pemberian tablet besi pada ibu hamil dapat menurunkan terjadinya anemia. Akan tetapi ibu hamil yang mendapat tablet besi tidak meminumnya secara rutin, yang disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet besi untuk kehamilannya. Disisi lain ibu hamil tidak menyukai tablet besi karena tidak senang dengan baunya, adanya rasa mual, pusing dan warnanya kurang menarik. Sehingga dampak yang diakibatkan dari minum tablet besi yang kurang baik tidak terjadinya peningkatan kadar Hb sesuai yang diharapkan (Heptimulyani, 2008).

Tidak ada komentar: