Senin, 06 Februari 2012

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB SUNTIK DALAM MEMILIH ALAT KONTRASEPSI SUNTIK

Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat tindakan abortus yang tidak aman, serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat. Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut (Saifudin, 2003).

Pemakaian alat kontrasepsi tersebut terbagi dalam 3 fase yaitu fase menunda atau mencegah kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya, fase menjarangkan kehamilan yaitu periode usia istri antara 20-35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun, fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan yaitu periode umur istri di atas 30 tahun terutama di atas 35 tahun dan sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak (Hartanto, 2003).
Kita ketahui bahwa sampai saat ini belumlah tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal atau sempurna. Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafetaria atau supermaket, di mana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya. Berbagai alat kontrasepsi digunakan untuk meningkatkan keberhasilan program keluarga berencana, antara lain kontrasepsi hormonal meliputi pil, susuk, suntik dan kontrasepsi non hormonal seperti IUD dan kondom. Dari berbagai ragam alat kontrasepsi tersebut kontrasepsi suntik merupakan cara KB yang paling diminati oleh akseptor KB. Hal ini sesuai dengan hasil MS-PA (Metode Survei Penelitian Aktif) Puslitbang KB-KR BKKBN tahun 2005 yang menunjukkan bahwa prevalensi peserta KB di Indonesia adalah 66,2 %. Alat atau cara KB yang dominan dipakai adalah suntikan (34 %) dan pil (17 %) sedangkan yang lainnya, IUD 7 %, implant/ susuk KB 4 %, MOW 2,6 %, MOP 0,3 % dan kondom 0,6 % (Iswarati, 2005).

Tidak ada komentar: