Senin, 20 Februari 2012

ASUHAN PADA PASIEN MENINGITIS

A.PENGERTIAN MENINGITIS
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system syaraf pusat. (Suriadi, 2001).
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges dan CSF (Wong, 2003).

B.ETIOLOGI MENINGITIS
1.Bakteri
Pada neonatus, organisme primer penyebab meningitis adalah basil enteric gram negatif, batang gram negatif dan streptokokus grup B. Pada anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun, organisme primer penyebab meningitis adalah haemophilus influenzae tipe B. Meningitis pada anak yang lebih besar umumnya disebabkan oleh infeksi Neisseria meningitidis atau infeksi stafilokokus.
2.Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
3.Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin, anak yang mendapat obat-obat imunosupresi
4.Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan system persarafan.

C.PATOFISIOLOGI MENINGITIS
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan cara hematogen atau limfogen, perkontuinitatum, retrograd melalui saraf perifer atau dapat langsung masuk CSF.
Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel – sel sebagai respon peradangan. Eksudat yang terbentuk terdiri dari bakteri – bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang sub arachnoid. Penambahan eksudat di dalam ruang sub arachnoid dapat menimbulkan respon peradangan lebih lanjut dan meningkatkan tekanan intra cranial. Eksudat akan mengendap di otak, syaraf-syaraf spinal dan spinal. Sel – sel meningeal akan menjadi edema dan membran sel tidak dapat lebih panjang lagi untuk mengatur aliran cairan yang menuju atau keluar dari sel. Vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat terjadi, sehingga dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah. Jaringan otak dapat menjadi infark, sehingga dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial lebih lanjut. Proses ini dapat menimbulkan infeksi sekunder dari otak jika bakteri makin meluas menuju jaringan otak sehingga menyebabkan encephalitis dan ganggguan neurologi lebih lanjut (Wong, 2003 dan Pillitteri, 1999).

D.TANDA DAN GEJALA MENINGITIS
1.Neonatus
a.Demam
b.Letargi
c.Iritabilitas
d.Refleks hisap buruk
e.Kejang
f.Tonus buruk
g.Diare dan muntah
h.Fontanel menonjol
i.Opistotonus
2.Bayi dan anak kecil
a.Letargi
b.Iritabilitas
c.Pucat
d.Anoreksia
e.Mual dan muntah
f.Peningkatan lingkar kepala
g.Fontanel menonjol
h.Kejang
3.Anak lebih besar
a.Sakit kepala
b.Demam
c.Muntah
d.Iritabilitas
e.Fotofobia
f.Kaku kuduk dan tulang belakang
g.Tanda Kernig positif
h.Tanda Burzinski positif
i.Opistotonus
j.Konfusi
k.Kejang

E.PEMERIKSAAN PENUNJANG MENINGITIS
1.Pungsi lumbal dan kultur CSS
a.Jumlah leukosit (CBC) meningkat
b.Kadar glukosa darah menurun
c.Protein meningkat
d.Tekanan cairan meningkat
e.Asam laktat meningkat
f.Glukosa serum meningkat
g.Identifikasi organisme penyebab
2.Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3.Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4.Kultur nasofaring, untuk menetapkan organisme penyebab
5.Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi ; Na+ naik dan K+ turun
6.Osmolaritas urin, meningkat dengan sekresi ADH

F.Komplikasi
1.Hidrosefalus obstruktif
2.Meningococcal septicemia (meningocemia)
3.Sindrom Water-Friderichsen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
4.SIADH (Syndrome Inappropiate AntidiureticHormone)
5.Efusi subdural
6.Kejang
7.Edema dan herniasi serebral
8.Cerebral Palsy
9.Gangguan mental
10.Attention deficit disorder
11.Tuli
12.Buta

G.PENATALAKSANAAN
1.Isolasi
2.Terapi antimikroba : antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur, diberikan dengan dosis tinggi
3.Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema serebral
4.Mencegah dan mengobati komplikasi : aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi heparin pada anak yang mengalami DIC
5.Mengontrol kejang : pemberian anti epilepsi
6.Mempertahankan ventilasi
7.Mengurangi meningkatnya tekanan intra kranial
8.Penatalaksanaan syok bakterial
9.Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
10.Memperbaiki anemia

Tidak ada komentar: