Kamis, 09 Februari 2012

MENGENAL TABLET BESI

1.Pengertian Tablet Fe
Tablet Fe merupakan unsur kelumit (trace element) terpenting bagi manusia. Besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah, yaitu sebagai bagian dari molekul hemoglobin yang menyangkut oksigen dari paru–paru. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke sel–sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi (ATP). Besi juga merupakan bagian dari sistem enzim dan mioglobin, yaitu molekul yang mirip Hemoglobin yang terdapat di dalam sel–sel otot. Mioglobin akan berkaitan dengan oksigen dan mengangkutnya melalui darah ke sel–sel otot. Mioglobin yang berkaitan dengan oksigen inilah menyebabkan daging dan otot–otot menjadi berwarna merah. Di samping sebagai komponen Hemoglobin dan mioglobin, besi juga merupakan komponen dari enzim oksidase pemindah energi, yaitu: sitokrom paksidase, xanthine oksidase, suksinat dan dehidrogenase, katalase dan peroksidas (NN, 2008).
Tablet Fe adalah sebuah nutrient esensial yang diperlukan oleh setiap manusia. Sebagai logam transisi (nomor atom 26, berat atom 55,85), dapat berperan sebagai pembawa oksigen dan electron serta katalisator untuk oksigenasi, hidroksilasi dan proses metabolik lainnya, melalui kemampuannya berubah bentuk abtara Fero (Fe2+) dan fase oksidasi Fe3+ ( NN, 2008).
Tablet Fe adalah elemen biokatalitik yang paling penting dalam enzymologi manusia, dengan peran utamanya dalam metabolism oksidatif, proliferasi dan pertumbuhan sel serta penyimpanan dan transportasi oksigen ( NN, 2008).
2.Tujuan Pemberian Tablet Fe
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memperbaiki status besi ibu (NN, 2008).
3.Indikasi Pemberian Tablet Fe
Indikasi pemberian tablet Fe adalah ibu hamil, balita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur termasuk remaja putri dan pekerja wanita dengan kurangnya asupan zat besi.
4.Kontraindikasi Pemberian Tablet Fe
Kontraindikasi pemberian tablet Fe adalah jangan diberiakn pada pasien yang mengalami tranfusi darah yang berulang atau anemia yang tidak disebabkan oleh kekurangan besi, pasien dengan ulcus peptikum, hemokromatosis, colitis ulseratif, enteritis, serta penderita yang hipersensitif terhadap salah satu atau kedua zat aktif.
5.Efek Samping Pemberian Tablet Fe
Efek samping dari pemberian tablet Fe adalah gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah, kembung, konstipasi atau diare.
6.Konsumsi dan manfaat pemberian tablet Fe pada ibu hamil
Pemberian suplementasi besi untuk memperbaiki status gizi ibu yaitu dalam peningkatan Hb, hematokrit, feriti serum dan saturasi transferin biasanya terjadi dalam 3 bulan. Tablet besi diberikan 30 mg besi perhari berlaku untuk semua wanita hamil tanpa memandang status besi oleh karena manfaatnya bagi ibu dan anak. Dosis 30 mg perhari diberikan karena alasan efisiensi absorbs besi menurun pada dosis yang lebih tinggi. Dengan dosis tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan besi 6 mg yang terabsorbsi perhari . Pada dosis yang lebih tinggi dapat menimbulkan efek samping seperti diare, konstipasi, mual, nyeri dada seperti terbakar dan nyeri abdomen. Suplementasi tablet Fe harus diberikan kepada trimester ke 2 dan 3, saat efisiensi absorbsi meningkat dan resiko terjadinya mual muntah berkurang. Untuk di Indonesia, Depkes menyarankan pemberian tablet Fe pada semua wabita hamil sekitar 60 mg per hari selama 90 hari.
Tablet Fe diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai factor penggiat. Tablet fe yang terdapat dalam enzim juga bermanfaat untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase) (Ulhaq, 2008).
Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga , volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35 %, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengankut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300-350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.
Mengingat dampak anemia dapat menurunkan kualitas sumber Daya manusia di Indonesia, maka perlu penanggulangan kekurangan zat besi pada ibu hamil dengan segera. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia mulai menerapkan suatu program penambahan zat besi sekitar dua puluh tahun yang lalu. Program ini didasarkan dengan harapan setiap ibu hamil secara teratur memeriksakan diri ke Puskesmas atau Posyandu selama masa kehamilannya. Tablet Besi dibagikan oleh petugas kesehatan kepada ibu hamil secara gratis ( Depkes, 2003).
Upaya penanggulangan anemia gizi diprioritaskan kepada kelompok rawan yaitu ibu hamil, balita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur termasuk remaja putri dan pekerja wanita. Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi difokuskan kepada sasaran ibu hamil dengan suplementasi tablet besi folat (200 mg FeSO4 dan 0,25 mg asam folat) dengan memberikan setiap hari 1 tablet selama minimal 90 hari berturut-turut ( Depkes, 2002).
Upaya-upaya dalam penanggulangan anemia gizi terutama pada wanita hamil telah dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu caranya adalah melalui suplementasi tablet besi. Suplementasi tablet besi dianggap merupakan cara yang efektif karena kandungan besinya padat dan dilengkapi dengan asam folat yang sekaligus dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan asam folat. Cara ini juga efisien karena tablet besi harganya relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat kelas bawah serta mudah didapat (Depkes, 2002).
Menurut World Health Organization (2004), cara mengkonsumsi zat besi (Fe) adalah dalam mengkonsumsi atau minum suplement zat besi (Fe) baik dalam hal waktu, frekuensi meminum tablet Fe dan cara meminum suplement zat besi (Fe) yaitu sehari sekali dan diminum pada saat malam hari karena efek dari meminum tablet Fe dapat menimbulkan rasa mual dan diminum dengan menggunakan air jeruk agar penyerapan lebih maksimal serta dianjurkan untuk menghindarkan makan dan minum yang menghambat penyerapan besi misalnya kopi serta teh. Suatu penelitian menunjukan bahwa wanita hamil yang tidak minum pil besi mengalami penurunan ferritin (cadangan besi) cukup tajam sejak minggu ke 12 usia kehamilan (Khomsan, 2003).
7.Zat Besi dalam Tubuh
Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu yang fungsional dan yang reserve (simpanan). Zat besi yang fungsional sebagian besar dalam bentuk Hemoglobin (Hb), sebagian kecil dalam bentuk myoglobin, dan jumlah yang sangat kecil.
Zat besi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi fisiologi selain daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk kompartemen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka kebutuhan kan eritropoiesis (pembentukan sel darah merah) dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi. Dalam keadaan normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve ini adalah kurang lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat besi yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan hemosiderin, terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah banyak,misalnya pada anak yang sedang tumbuh (balita), wanita menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya rendah.
Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan, maka kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal.
Dalam memenuhi kebutuhan akan zat gizi, dikenal dua istilah kecukupan (allowance) dan kebutuhan gizi (requirement). Kecukupan menunjukkan kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan kebutuhan gizi menunjukkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan masing-masing individu untuk hidup sehat. Dalam kecukupan sudah dihitung faktor variasi kebutuhan antar individu, sehingga kecukupan kecuali energi, setingkat dengan kebutuhan ditambah dua kali simpangan baku. Dengan demikian kecukupan sudah mencakup lebih dari 97,5% populasi (Muhilal et al, 1993).
8.Zat besi dalam makanan
Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme dan besi non hem. Besi non hem merupakan sumber utama zat besi dalam makanannya. Terdapat dalam semua jenis sayuran misalnya sayuran hijau, kacang-kacangan, kentang dan sebagian dalam makanan hewani. Sedangkan besi hem hampir semua terdapat dalam makanan hewani antara lain daging, ikan, ayam, hati dan organ-organ lain.
9.Metabolisme zat besi
Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka keseimbangan zat besi di dalam badan perlu dipertahankan. Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlah zat besi yang dikeluarkan dari badan sama dengan jumlah besi yang diperoleh badan dari makanan. Suatu skema proses metabolisme zat besi untuk mempertahankan keseimbangan zat besi di dalam badan. Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak semuanya harus didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg didapat dari penghancuran sel – sel darah merah tua, yang kemudian disaring oleh tubuh untuk dapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk pembentukan sel-sel darah merah baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel-sel darah merah tua yang dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan air kencing. Jumlah zat besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai kehilangan basal (iron basal losses).
Total besi normal dalam tubuh, pada perempuan 2 g dan mencapai 6 g pada laki-laki. Jumlah tersebut dibagi kedalam dua kelompok besar yaitu bagian fungsional dan cadangan. Kira-kira 80% besi fungsional terdapat dalam hemoglobin; sisanya terdapat dalam mioglobin dan enzim yang mengandung besi seperti katalase dan sitokrom. Cadangan besi berupa hemosiderin dan feritin mengandung kira-kira 15-20% total besi tubuh. Wanita muda yang sehat memiliki cadangan besi sedikit lebih rendah dibandingkan laki-laki. Oleh karena itu, perempuan tersebut lebih sering terjadi ganguan keseimbangan besi dan lebih rentan kehilangan besi atau peningkatan kebutuhan karena menstruasi dan kehamilan (Andrew, 1999).
Semua besi disimpan dalam bentuk feritin atau hemosiderin. Feritin merupakan kompleks besi-protein yang esensial dan terdapat pada hampir semua jaringan terutama dalam hepar, limfa, sumsum tulang, dan otot skletal. Dalam hepar, kebanyakan feritin disimpan dalam sel parenkim; sedangkan dalam jaringan lain seperti limfa dan sumsum tulang, terutama disimpan dalam sel fagosit mononuklear. Besi yang ada dalam hepatosit berasal dari transferin plasma, sedangakan besi yang berada dalam sel fagosit mononuklear, termasuk sel Kupffer diperoleh dari pemecahan eritrosit. Didalam sel, feritin terletak dalam sitoplasma dan lisosome, yang mana selaput protein feritin mengalami degradasi dan besi beragregasi menjadi granul hemosiderin. Dengan pewarnaan sel yang biasa, hemosiderin tampak sebagai granul berwarna kuning keemasan. Besi cepat bereaksi terhadap zat kimia sehingga ketika hemosiderin dalam jaringan ditetesi dengan potassium ferrocyanide (prussian blue reaction), granula berubah menjadi biru-hitam. Dengan cadangan besi normal, hanya sedikit hemosiderin yang ada dalam tubuh, khususnya sel retikuloendotelial dalam sumsum tulang, limfa, dan hepar. Dalam sel dengan jumlah besi berlebihan, kebanyakan besi disimpan dalam bentuk hemosiderin. (Hoffman, 2000; Cuningam et al., 2001).
Feritin berada dalam sirkulasi dalam jumlah yang sangat kecil. Feritin plasma berasal dari cadangan besi tubuh sehingga kadar feritin dapat dipakai sebagai indikator kecukupan cadangan besi tubuh. Dalam keadaan defisiensi besi, kadar feritin serum selalu berada dibawah 12 mug/L, sebaliknya pada kondisi besi yang berlebihan, nilai tertinggi mencapai 5000mug/L. Fungsi fisiologis yang penting dari cadangan besi adalah siap dimobilisasi dalam keadaan kebutuhan besi meningkat, seperti pada keadaan setelah perdarahan (Gary et al.,2000).
Besi diangkut dalam plasma oleh transferin yaitu suatu glikoprotein pengikat besi yang disintesis dalam hepar. Pada orang normal, sekitar 33% transferin tersaturasi dengan besi dan kadarnya dalam serum mencapai 120 mug/dl pada pria dan 100 mg/dl pada wanita. Dengan demikian, total kapasitas pengikatan besi dalam serum berkisar antara 300-350 mg/dl. Fungsi utama transferin plasma ialah menghantarkan besi kedalam sel, termasuk prekursor eritroid, dimana besi diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Eritrosit imatur memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor transferin dan besi dihantarkan ke eritroblast melalui endositosis yang diperantarai reseptor (Andrew, 1999; Gary et al., 2000).
10.Faktor – faktor yang mempengaruhi Penyerapan zat besi
Absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu:
a.Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan. Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.
b.Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan penyerapan Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah diserap oleh mukosa usus
c.Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat meningkatkan absorbsi karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri menjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi dari makanan melalui pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi 200 mg asam askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar 25 – 50 persen.
d.Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentuknya kompleks besi fosfat yang tidak dapat diserap.
e.Adanya filtrat juga akan menurunkan ketersediaan Fe
f.Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe
g.Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan Fe.
h.Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe
11.Proses Penyerapan zat besi
a.Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe3+ atau Fe2+ mula-mula mengalami proses pencernaan.
b.Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat oleh gastroferin dan direduksi menjadi Fe2+
c.Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ selanjutnya berikatan dengan apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi feritin, membebaskan Fe2+ ke dalam plasma darah.
d.Di dalam plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan transferitin Transferitin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang untuk bergabung membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma ada dalam keseimbangan.
e.Transferrin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat penyimpanan besi di dalam tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial), kemudian dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini bergabung dengan apoferritin membentuk ferritin yang kemudian disimpan, besi yang terdapat pada plasma seimbang dengan bentuk yang disimpan (NN, 2008).
Terdapat beberapa jenis makanan yang dapat mempengaruhi bioavailabilitas besi yang dikatagorikan sebagai pelancar dan penghambat zat besi. Golongan pelancar absorbsi antara lain hati sapi, daging sapi, ayam, udang segar, kerang, telur ayam ras, kuning telur, susu sapi, kedele, tempe, tahu, daun kelor, sawi kol, bayam, kangkung, pepaya, jeruk manis. Adapun golongan penghambat absorbsi antara lain Beras ketan hitam tumbuk, jagung, katuk, daun singkong, daun pakis, buncis , jambu, teh, kopi.
Asupan normal zat besi biasanya tidak dapat menggantikan kehilangan zat besi karena perdarahan kronik dan tubuh hanya memiliki sejumlah kecil cadangan zat besi sebagai akibatnya, kehilangan zat besi harus digantikan dengan tambahan zat besi.
Janin yang sedang berkembang menggunakan zat besi, karena itu wanita hamil juga memerlukan tambahan zat besi.
Makanan rata-rata mengandung sekitar 6 mgram zat besi setiap 1.000 kalori, sehingga rata-rata orang mengkonsumsi zat besi sekitar 10-12 mgram/hari.
Sumber yang paling baik adalah daging, serat sayuran, fosfat, kulit padi (bekatul) dan antasid mengurangi penyerapan zat besi dengan cara mengikatnya. Vitamin C merupakan satu-satunya unsur makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Tubuh menyerap sekitar 1-2 mgram zat besi dari makanan setiap harinya, yang secara kasar sama degnan jumlah zat besi yang dibuang dari tubuh setiap harinya.