Kamis, 09 Februari 2012

PENILAIAN STATUS GIZI

Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi / individu yang beresiko / dengan status gizi buruk (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Pada pemeriksaan untuk menilai kesehatan gizi perlu diperhatikan adanya gejala atau keadaan yang menjadi gambaran / tanda-tanda suatu penyakit. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya gejala dengan penyakit gizi dapat dilakukan dengan menimbang berat badan, lingkar lengan atas (LILA), mengukur tinggi badan dan secara visual pada struktur tubuh untuk melihat kondisi gizinya (Erna.dkk, 2004)
Tujuan penilaian status gizi adalah memberikan gambaran secara umum, mengenai metode penilaian status gizi, memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada, memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan, dalam implementasi untuk penilaian status gizi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007). Menurut Erna.dkk (2004), penilaian status gizi dapat dikelompokan sebagai berikut:
1.Secara langsung
a.Antropometri: Dari sudut pandang gizi, antropometri berhubungan dengan pengukuran dimensi dan komposisi tubuh pada berbagai tingkat umur. Digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang terlihat. Pada pola penampilan fisik seperti lemak dan otot.
Macam-macam antropometri:
1).Berat Badan: Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan meskipun sering terjadi kesalahan dalam pengukuran.
2).Tinggi Badan: Pengukuran tinggi badan seseorang pada pinsipnya adalah mengukur jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, panggul, tulang belakang dan tulang tengkorak. Tinggi badan yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu.
3).Lingkar Lengan: Mencerminkan cadangan energi sehingga pengukuran ini dapat mencerminkan status kekurangan energi kronis untuk mendeteksi resiko terjadinya kejadian bayi dengan BBLR, cut off point untuk resiko KEK adalah < 23,5cm. b.Klinis Didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan epitel seperti mata, kulit, rambut dan mukosa. Penggunaan metode klinis dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda kekurangan zat gizi, dengan melakukan antara lain pemeriksaan fisik riwayat penyakit. c.Biokimia Pemeriksaan secara laboratorium untuk berbagai macam jaringan tubuh misalnya urin, darah, faces, hati, otot. Banyak gejala klinis yang tidak spesifik sehingga diperlukan pemeriksaan kimia saat yang diharapkan dapat menentukan kekurangan gizi yang lebih tepat. d.Biofisik Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan perubahan struktur jaringan, pada umumnya digunakan pada situasi tertentu. 2.Secara tidak langsung a.Survei konsumsi Merupakan penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan macam zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan pada masyarakat, keluarga melalui gambaran, konsumsi berbagai zat gizi yang dapat mengidentifikasikan lebih atau kurang zat gizi. b.Statistik vital Yaitu dengan menganalisis beberapa data statistik kesehatan seperti angka kesakitan dan kematian karena penyakit tertentu, angka kematian berdasarkan umur / data lain yang berhubungan dengan gizi. c.Faktor ekologi Pengukuran faktor ekologi penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi, keadaan malnutrisi merupakan hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Bahan makanan yang tersedia bergantung pada keadaan ekologi seperti tanah, iklim dan pengairan.

Tidak ada komentar: