Sabtu, 04 Februari 2012

PERILAKU SEKSUAL

1.Pengertian
Seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Sedangkan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual dapat juga terjadi karena dorongan oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis, objek seksual biasanya berupa orang lain, orang dalam hayalan atau diri sendiri (Mutadin, 2002).
Sedangkan menurut Sarlito (2006), perilaku seksual adalah tingkah laku yang timbul dalam diri individu sebagai akibat dari rangsangan sensasi reseptor-reseptor yang memunculkan dorongan seksual pada remaja yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku yang bermacam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku seperti berkencan, bercumbu dan bersenggama.
Menurut Soetjiningsih (2007), menyebutkan berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :

a.Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
b.Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
2.Dampak Perilaku Seksual
Menurut Mutadin (2002), obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikososial maupun dampak psikologis yang sangat serius.
a.Dampak Psikososial
Dampak psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebigungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks.
b.Dampak psikologis
1)Rasa bersalah: Seseorang yang melakukan hubungan seksual pranikah secara psikologis akan memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil.
2)Depresi: Salah satu dampak secara psikologis yang disebabkan oleh hubungan seksual pranikah adalah hilangnya harga diri, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat. Terlebih lagi mereka harus putus sekolah, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah.
3)Marah dan agresi: Sebagian perilaku seksual yang dilakukan oleh seseorang akan menimbulakan dampak seperti rasa marah dan agresi, hal ini disebabkan karena dampak dan akibat yang mereka tanggung yang mungkin terjadi pada diri mereka. Kehamilan di luar nikah misalnya, hal ini mengkibatkan terjadinnya perubahan peran dan status yang mendadak bagi diri mereka serta dengan adanya suatu penolakan terhadap dirinya. Terlebih sebagai seorang remaja mereka belum siap untuk membina suatu keluarga, serta kesiapan salah satu dari mereka yang dapat menimbulkan perbedaan dan perselisihan sehingga memicu rasa marah yang ujungnya akan mengakibatkan perilaku agresi.
3.Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja: Menurut Tamara (2007), menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pada remaja antara lain:
1)Faktor Internal: Pengaruh yang berasal dari dalam diri kita. Bagaimana kita mengekspresikan perasaan, keinginan, dan pendapat tentang berbagai macam masalah. Menentukan pilihan ataupun mengambil keputusan bukan hal yang gampang. Dalam memutuskan sesuatu, kita harus punya dasar, pertimbangan, wawasan dan prinsip yang matang.
2)Faktor Eksternal: Perilaku seks di antara kita juga dipengaruhi oleh faktor- faktor dari luar, yaitu:
a)Pola asuh orang tua
Kemampuan orang tua mendidik kita akan mempengaruhi pemahaman kita mengenai suatu hal, terutama masalah seks. Ketidaktahuan orang tua maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
b)Agama
Agama mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk. Pemahaman terhadap apa yang diajarkan agama akan mempengaruhi perilaku kita dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.
c)Teman Sebaya
Remaja cenderung banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya sehingga tingkah laku dan nilai-nilai yang kita pegang banyak dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan kita.
d)Teknologi informasi
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih seperti VCD, majalah, internet, dan media yang lainnya akan menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
Menurut Soetjiningsih (2007) perkembanngan perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan sosiokultural. Demikian pula hubungan seksual yang pertama dialami oleh remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
1)Waktu atau saat mengalami pubertas.
Saat itu mereka tidak pernah memahami tentang apa yang akan dialaminya, serta denagn terjadinya peningkatan hormone pada saat ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.
2)Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar.
Dengan kontrol sosial yang terlalu ketat akan mengakibatkan remaja itu sendiri mengalami pemberontakan serta terlebih lagi apabila kontrolnya yang terlalu longgar, hal ini akan menyebabkan remaja semakin mudah untuk melakukan apa yang mereka inginkan.
3)Frekuensi pertemuan dengan pacarnya.
Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik, sehingga hubungan akan semakin mendalam.
4)Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja yang baik.
5)Kurangnya kontrol dari orang tua. Orang tua terlalu sibuk sehingga perhatian terhadap anak kurang baik.
6)Status ekonomi.
Mereka yang hidup dengan fasilitas berkecukupan akan mudah melakukan pesiar ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaliknya kelompok ekonomi lemah tetapi banyak kebutuhan atau tuntutan, mereka mencari kesempatan untuk memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu.
7)Tekanan dari teman sebaya.
Kelompok sebaya kadang-kadang saling ingin menunjukkan penampilan diri yang salah untuk menunjukkan kematangannya.
8)Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol. Peningkatan penggunaan obat terlarang dan alkohol makin lama makin meningkat.
9)Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon reproduksi atau seksual.
Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja terdiri dari faktor di luar individu dan faktor di dalam individu. Faktor di luar individu adalah faktor lingkungan di mana remaja tersebut berada; baik itu di lingkungan keluarga, budaya, media komunikasi, kelompok sebaya ( peer group ), dan desa. Sedang faktor di dalam individu yaitu sikap permisif, wawasan dan kepribadian remaja tentang perilaku tersebut. Namun diantara faktor internal tersebut yang cukup menonjol adalah sikap permisif dari individu yang bersangkutan. Sementara sikap permisif ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam suatu kelompok yang tidak permisif terhadap perilaku reproduksi sebelum menikah akan menekan anggotanya yang bersifat permisif. Dengan demikian kontrol sosial akan mempengaruhi sikap pemisif terhadap kelompok tersebut (Reiss and Miller (1979) dalam Laksmiwati (2008)
4.Jenis-jenis perilaku seksual
Aktifitas seksual dapat juga terdiri dari berciuman, petting, intercourse dan oral seks. Perilaku seksual yang dilakukan remaja mulanya berawal dari berpegangan tangan, saling berpelukan, berciuman, saling membelai dengan tangan didalam baju yang lain (Pratiwi, 2004). Menurut Mutadin (2002), mengatakan bahwa pada awal berpacaran biasanya remaja bisa menahan diri, tetapi setelah itu mulai dilakukan percobaan pegangan tangan, cium pipi (dry kissing), cium bibir (wet kissing), setelah itu dilanjutkan dengan saling meraba alat kelamin, meraba payudara, memasukkan jari kedalam alat kelamin, onani atau masturbasi dengan cara oral seks, petting dengan baju lengkap (saling tindih). Apabila belum puas dilanjutkan dengan membuka seluruh pakaian dengan hanya meninggalkan celana dalam dan apabila masih belum puas juga dilakukan petting tanpa pakaian sama sekali dengan cara mengerak-gerakkan penis dibibir vagina hingga intercourse penuh.
Jenis perilaku seksual sering disederhanakan sebagai hubungan seksual berupa penetrasi alat kelamin dan ejakulasi (Pratiwi, 2004). Menurut Spanier dalam Duvall & Miller (1985) yang dikutip oleh Ariyanto (2009) dalam berpacaran, perilaku seksual dapat dikategorikan menjadi 10 perilaku, yaitu:
1)Pegangan tangan
2)Berangkulan
3)Berpelukan
4)Berciuman pipi
5)Berciuman bibir
6)Meraba-raba dada
7)Meraba-raba alat kelamin
8)Menggesek-gesekan alat kelamin,
9)Oral seks
10)Sexual intercourse.
Berdasarkan skala study of values karya All Port dan Vernan yang dikutip oleh Wahyurini (2001), jenis perilaku seksual remaja dikategorikan menjadi 4 jenis yaitu:
1)Rendah: Apabila melakukan berpegangan tangan, berpelukan, berciuman dengan pasangan, baik ciuman kening, mata, pipi ataupun berciuman bibir.
2)Sedang: Jika melakukan ciuman, bermesraan dan juga mengeksplorasi daerah genital dan melakukan perabaan antara lain di daerah leher payudara maupun alat kelamin.
3)Tinggi: Jika melakukan ciuman, bermesraan, mengeksplorasi daerah genital dan juga melakukan petting yaitu onani atau masturbasi dan menjilat alat kelamin.
4)Sangat tinggi: Melakukan ciuman, bermesraan, mengeksplorasi daerah genital petting sampai dengan sexual intercourse.

Tidak ada komentar: