Kamis, 09 Februari 2012

PERSALINAN NORMAL

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab.

Data dari dinas kesehatan (Dinkes) kabupaten semarang, AKI pada tahun 2006 mencapai 126,6 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu dari yang terbanyak adalah karena perdarahan, eklampsia, perdarahan sebelum persalinan, dan infeksi masa nifas. Untuk angka kematian bayi pada tahun 2006 mencapai 8,3 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi secara langsung adalah karena infeksi, tetapi penyebab mendasar pada 45% kematian bayi adalah karena gizi kurang.

Jumlah angka kematian ibu merupakan salah satu indikator pelayanan kesehatan disuatu wilayah. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan kurang optimalnya pelayanan kesehatan. Menurut Staf Ahli Kesehatan Rahmi Untoro menjelaskan, data AKI berdasarkan SDKI tahun 2003 adalah 307 per 100 ribu kelahiran hidup. Tahun 2005 mencapai 255 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2007 mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup. “Penyebab kematian ibu yang paling besar adalah perdarahan 28 %, keracunan kehamila/eklamsi (kaki bengkak dan darah tinggi) sebanyak 24 %, dan infeksi sebanyak 11 %”. Pembangunan kesehatan yang telah dicapai sampai tahun 2007 yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) telah dapat diturunkan pada tahun 2004 sebanyak 30,8 per 1000 kelahiran hidup (KH) tahun 2005 tejadi 29,4 per 1000 KH, tahun 2006 menjadi 28,1 per 1000 KH, tahun 2007 diperoleh 26,9 per 1000 KH. Angka Kematian Ibu (AKI) berhasil diturunkan pada tahun 2004 sebanyak 270 per 100.000 KH tahun 2005 terdapat 262 per 100.000 KH tahun 2006 diperoleh 255 per 100.000 KH dan pada tahun 2007 menjadi 248 per 100.000 KH (Depkes, 2007).
Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2009.

Penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan (28%), eklamsia (13%), aborsi (11%), sepsis (10%) dan partus macet (9%). Upaya untuk menurunkan AKI di Indonesia mencanangkan Making Pregnacy Safer yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terampil. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal ditangani secara adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanggulangankomplikasi keguguran tidak aman (POGI, 2005).

Kaitannya AKI dengan persalinan yaitu kurangnya akses ibu bersalin terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, yaitu disebabkan penyebaran tempat pelayanan kesehatan yang belum optimal, kualitas dan efektifitas pelayanan kesehatan ibu belum memadai, sistem rujukan kesehatan maternal
belum mantap, dan lemahnya manajemen kesehatan di berbagai tingkat. Sedangkan kaitan APN dengan AKI yaitu apabila tidak menerapkan APN dengan benar maka dapat meningkatkan AKI (Astuti, 2007).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR/POGI, 2007).

Tidak ada komentar: