Jumat, 10 Februari 2012

PNEUMONIA

A.Definisi
Pneumonia adalah proses inflamatory parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Sudarth dan Brunner, 2001, 571).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru (Mansjoer Arif, 2000, 456).
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan, penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi, iritan kimia, dan terapi radiasi. Rencana perawatan ini sesuai dengan pneumonia bakterial dan virus, misalnya: pneumoccocal pneumonia, pneumocystis carinni, naemofilus influenza, mioplasma, gram –negatif (Doenges, 2000 : 164)
Pneumonia (infeksi dan peradangan parenkim paru) adalah penyebab kematian keenam di Amerika Serikat organisme penyebab termasuk bakteri, virus, lungus dan protozoa (A. Sylvia Price, 2000 : 813).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudut (Somantri, 2009 : 74)
Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh fugus atau organisme protozoa pneumocstis carinil (Saputra, 2002 :331).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bronkopneumonia adalah peradangan saluran nafas bagian bawah yaitu bagian bronkus.

B.Etiologi
1.Bakteri
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut organisme positif seperti streptococcus pneumonia, aures dan pyogenesis bakteri gram negative seperti haemophilus, influenza klebsiella pneumonia dan eruginosa.
2.Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3.Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung dan kompos.
4.Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carinii pneumonia. Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami imunosupresi.
5.Influenza
6.Malnutrisi
7.Penyakit berat (syok, koma dan kelumpuhan). (Muwarni, 2009 : 90)

C.Patofisiologi
Aspirasi mikroorganisme yang mengkolonisasi sekresi orofarinks merupakan rute infeksi yang paling sering. Rute inokulasi lain melipti inhalasi, penyebaran infeksi melalui darah (hematogen) dari area infeksi yang jauh dan penyebaran langsung dari tempat penularan infeksi. Jalan napas atas merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi, tetapi pembersihan mikroorganisme oleh air liur, ekspulsi mukosiliar, dan sekresi Ig A dapat terhambat oleh berbagai penyakit, penurunan imun, merokok, dan intubasi endotrakeal. Pertahanan jalan napas bawah meliputi batuk, refleks muntah, ekspulsi mukosiliar, surfaktan, fagositosis makrofag dan polimorfonukleosit (PMN) dan imunitas selular dan humoral. Pertahanan ini dapat dihambat oleh penurunan kesadaran, merokok, produksi mukus yang abnormal (misal kistik fibrosis atau bronkitis kronis), penurunan imun, intubasi dan tirah baring berkepanjangan. Makrofag alveolar merupakan pertahanan primer terhadap invasi saluran pernapasan bawah dan setiap hari membersihkan jalan napas dari mikroorganisme yang teraspirasi tanpa menyebabkan inflamasi yang bermakna. Bila jumlah atau virulensi mikroorganisme terlalu besar, maka makrofag akan merekrut PMN dan memulai rangkaian inflamasi dengan pelepasan berbagai sitokin termasuk leukotrien, faktor nekrosis tumor (TNF), interleukin, radikal oksigen dan protease. Inflamasi tersebut menyebabkan pengisian alveolus mengalami ketidakcocokan ventilasi / perfusi dan hipoksemia. Terjadi apoptosis sel-sel baru yang meluas, ini membantu mikro organisme intrasel seperti tuberkulosis atau klamida, tetapi juga turut andil dalam proses patologis kerusakan paru. Infeksi dan inflamasi dapat tetap terlokalisir di paru atau dapat menyebabkan bakteremia yang mengakibatkan meningitis atau endokarditis, sindrom respons inflamasi sistemik (systemic inflamatory response syndrome, (SIRS) dan / atau sepsis. Faktor virulensi dari berbagai mikroorganisme dapat patofisiologis dan perjalanan klinis penyakit. Streptococus pneumoniae (pneumococcus) merupakan contoh yang sangat tepat (Brasher, 2008 : 101-102).
Menurut Somantri (2009:75) pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu community-acquired (diperoleh di luar sarana pelayanan kesehatan) dan hospital-acquired) diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya). Streptococcus pneumoniae menjadi penyebab tersering terjadinya pneumonia yang didapat di luar sarana pelayanan kesehatan. Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh penderita untuk melawan infeksi sering kali terganggu. Selain itu, kemungkinan terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik menjadi lebih besar.
Gambaran patologis dalam batas tertentu bergantung pada agen etiologis. Pneumonia bakteri ditandai oleh eksudat intraalveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Jika terjadi pada satu atau lebih lobus disebut dengan pneumonia lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau bronkopneumonia menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang memiliki bercak dengan diameter sekitar 3-4 cm mengelilingi dan mengenai bronkus.
Penting juga diketahui tentang perbedaan antara pneumonia yang didapat dari masyarakat dengan pneumonia yang didapat di rumah sakit. Frekuensi relatif dari agen-agen penyebab pneumonia berbeda pada kedua sumber ini. Infeksi nosokomial lebih sering disebabkan oleh bakteri gram negatif atau staphylococcus aureus.
Stadium dari pneumonia karena pneumococcus adalah sebagai berikut :
1.Kongesti (4-12 jam pertama) : eksudat serosa masuk ke dalam alveolus dari pembuluh darah yang bocor.
2.Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : paru-paru tampak merah dan tampak bergranula karena karena sel darah merah, fibrin dan leukosit PMN mengisi alveolus.
3.Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : paru-paru tampak abu-abu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.
4.Resolusi (7-11 hari) : eksudat mengalami lisis dan direbsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali kepada struktur semula.

D.Faktor Presipitasi
Menurut Corwin (2001 ; 411), sebagian besar pneumonia karena oleh bakteri yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri pasitif gram. Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia stresptokokus, dll. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza sedangkan mikoplasma disebabkan oleh oraganisme yang berdasarkan beberapa aspeknya berada diantara bakteri virus. Individu yang mengidap AIDS sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocytis carini, individu yang terpajan ke aerosal dari air yang lama tergenang misalnya dari AC atau alat pelembab yang kotor dapat mengidap pneumonia logionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau akibat tenggelam dapat mengalami pneumonia aspirasi.

E.Komplikasi
Menurut Mansjoer Arif (2000 : 467), komplikasi dari pneumonia adalah :
1.Abses kulit
2.Abses jaringan lunak
3.Otitis media
4.Sinusitis
5.Meningitis purulenta
6.Perikarditis

F.Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominun PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
2.Pemeriksaan radiologis memberi gambaran bervariasi :
a.Bercak konsilidasi merata pada pneumonia lobaris
b.Gambaran bronkopneumonia difus atau infitrat interstisialis pada pneumonia stafllokok
3.Pemeriksaan cairan
4.Pemeriksaan mikrobiologik, speimen usus tenggorokan sekresi nasofaring, biliasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea fungsi pleurea atau aspirasi paru. Mansjoer, Arif (2000 : 467)

G.Penatalaksanaan
1.Oksigen 1-2 L/ menit
2.IUFD dekstrose 10%: Nacl 0,9 % = 3:1, +Kci 10 ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3.Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
4.Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier
5.Koreksi ganguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
6.Antibiotik sesuai hasil bukan atau berikan.
Untuk kasus pneumonia community base:
Ampisilin 100 mg/ kg/ BB/ hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base:
Sefoktasin 100 mg/ Kg/ BB/ hari dalam 2 kali pemberian. Mansjoer, Arif (2000 : 467)

H.Pengkajian
Menurut Smeltzer (2002 ; 578-579), pengkajian dari pneumonia adalah
Sebagian besar pasien dengan pneumonia tidak dirawat di rumah sakit. Namun demikian, karena banyak pasien yang dirawat dirumah sakit mengalami pneumonia, pengkajian yang cermat oleh perawat merupakan hal penting untuk mendeteksi masalah ini. Adanya demam pada setiap pasien yang dirawat harus mewaspadakan perawat terhadap kemungkinan pneumonia bakterialis. Pengkajian pernapasan lebih jauh mengidentifikasi manifestasi klinis pneumonia ; nyeri takipnea. Panggunaan otot-otot aksesori pernapasan untuk bernapas : nadi cepat, purulan, keparahan, letak, dan penyebab nyeri dan harus diidentifikasi juga hal apa yang dapat menghilangkannya. Segala perubahan dalam suhu dan nadi, jumlah, bau, dan warna sekresi, frekuensi dan keparahan batuk, dan tingkat takipnea.

Tidak ada komentar: