Senin, 27 Februari 2012

STRIKTUR URETRA

A.PENGERTIAN STRIKTUR URETRA
Striktur Uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan parut dan kontraksi (Brunner & Suddarth, 2002: 1468).

B.ETIOLOGI STRIKTUR URETRA
1.Cidera uretra (akibat insersi peralatan bedah selama operasi transuretral, kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi)
2.Cidera akibat peregangan
3.Cidera yang berhubungan dengan kecelakaan mobil, uretritis gonorheal yang tidak ditangani
4.Abnormalitas congenital

C.TANDA DAN GEJALA SRIKTUR URETRA
1.Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang
2.Infeksi dan retensi urinarius
3.Urin mengalir balik dan mencetuskan sistisis, prostatitis dan pielonefritis
4.Timbulnya nyeri

D.PENATALAKSANAAN STRIKTUR URETRA
Penanganan dapat mencakup didilatasi secara bertahap area yang menyempit (menggunakan logam yang kuat atau bougies) atau secara bedah. Jika striktur menghambat pasase kateter, ahli urology menggunakan beberapa filiform bougies untuk membuka jalan. Ketika salah satu bougie mampu mencapai kandung kemih, maka dilakukan fiksasi, dan urin akan didrainase dari kandung kemih. Jalan yang terbuka tersebut kemudian didilatasi, rendam duduk menggunakan air panas dan analgesik non-narkotik diberikan untuk mengendalikan nyeri. Medikasi antimikrobial diresepkan untuk beberapa hari setelah dilatasi untuk mencecah infeksi. Eksisi bedah atau uretroplasti mungkin diperlukan untuk kasus yang parah. Sistostomi suprapubis mungkin diperlukan untuk beberapa pasien.

E.DIAGNOSA KEPERAWATAN STRIKTUR URETRA
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh nyeri
Pasein tidak mengeluh sesak
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui kondisi pasien
2)Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
3)Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam
R/mengurangi rasa nyeri
4)Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
5)Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/memenuhi kebutuhan pasien
7)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat proses penyembuhan
8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri
2.Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan: cemas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak tampak gelisah
Pasien tidak mengeluh takut
Pasien tampak tidak gugup
Pasien tidak mengeluh cemas
BAK 3-5x/hari
Nadi 60-100x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu R/mengetahui perubahan keadaan kesehatan pasien
2)Monitor/kaji tingkat kecemas pasien
R/mengetahui perubahan kecemasan pasien
3)Monitor/kaji tanda-tanda kecemasan
Mengetahui perubahan kecemasan pasien
4)Dorong pasien untuk mengungkapkan kecemasan
R/mengetahui masalah yang dialami pasien
5)Berikan suport sistem
R/mengurangi kecemasan pasien
6)Jelaskan prosedur dan setiap tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien
Mengurangi kecemasan pasien.
7)Libatkan keluarga dalam memberikan suport system pada pasien
R/mengurangi kecemasan pasien
8)Kolaborasi/lanjutkan terapi obat penenang: nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan pasien
3.Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan penyebab multipel, kerusakan sensori motorik
Tujuan: Kerusakan eliminasi urin teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
BAK 3/5x/hari
Pasien tidak mengeluh saat BAK
Urin: 0,5cc/KgBB/24jam
Warna urin kunig jernih
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan pasien
2)Kaji/monitor urin pasien (warna, frekuensi, keluhan, volume)
Mengetahui lebih jelas fungsi perkemihan pasien
3)Hitung balance cairan
R/mengetahui klebihan dan kekurang cairan
4)Anjurkan untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi
5)Kolaborasi pemeriksaan USG
Mengetahui fungsi perkemihan
6)Kolaborasi/lanjutkan pemberian terapi obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
4.Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, prosedur invasif, pertahanan sekunder tidak adekuat.
Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2x24jam dengan kriteria hasil:
Daerah tusukan infus tidak ada tanda peradangan
Hasil laboratorium darah normal(Leukosit, Hb)
Intervensi:
1)Monitor tanda-tanda peradangan
R/untuk melihat tanda-tanda peradangan
2)Monitor pemeriksaan Laboratorium darah
R/untuk melihat kandungan darah
3)Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/untuk menghindari inos
4)Anjurkan untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi
5)Batasi pengunjung
R/untuk mencegah inos
6)Rawat luka setiap hari dwengan teknik steril
R/mencegah infeksi
7)Beri nutrisi tinggi zat besi, vitamin C
R/untuk membantu proses penyembuhan luka
8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat antibiotik ; nama, dosis, waktu, cara
R/mempercepat penyembuhan


DAFTAR PUSTAKA

Long, Barabara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah 2. Jakarta: EGC

Priharjo, Robert. (1996). Pengkajian fisik Keperawatan. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzane. C dan Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth

Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar: