Kamis, 22 Maret 2012

MENGENAL LIPOSARKOMA

A.PENGERTIAN LIPOSARKOMA
Sarcoma adalah pertumbuhan maligna jaringan mesodermal (misal jaringan ikat, otot, tulang) (Hinscliff, 1999 : 192).
Liposarkoma adalah tumor ganas atau kanker pada jaringan lemak, yang biasanya dicirikan oleh adanya diferensiasi abortif sel – sel menjadi liposit (Behrman, 1992 : 30).
Liposarkoma dapat ditemukan dimana – mana, umpamanya di retroperitonium. Tumor ini memang sudah ganas dari awalnya dan hampir tidak pernah berasal dari perubahan keganasan suatu lipoma (Sjamsuhidajat, 1997: 1262).
Liposarkoma jarang terjadi dan cenderung lebih membentuk tonjolan. Terjadi dari sel – sel mesenkim primitif, beberapa diantaranya membawa vakuola – vakuola lipid yang harus ada paling sedikit beberapa sel. Sesungguhnya liposarkoma dapat timbul dimana saja pada tubuh diluar jaringan adiposa. Sebagian besar terjadi di jaringan – jaringan lunak dalam dan meneruskan perjalanan penyakit yang sangat tergantung pada gambaran sistologiknya. Liposarkoma miksoid cenderung merupakan tumor – tumor derajat rendah, yang sering kambuh, mempunyai perjalanan penyakit yang sulit diobat dan metastasis lambat. Sebaliknya, liposarkoma sel bulat dan liposarkoma pleomorfik adalah sarkoma – sarkoma derajat tinggi dan agresif (85% sampai 90% bermetastase) (Robbins, 1999 : 758 – 759).
Liposarkoma merupakan tipe yang paling umum dari sarkoma jaringan lunak. Sarkoma jaringan lunak merupakan tumor yang jarang, yang tumbuh dan berkembang dalam jaringan yang diturunkan dari embrionik mesoderm. Sarkoma ini mungkin terjadi dimana – mana tetapi paling sering terjadi pada daerah paha
(Gale, 1999 : 245).

B.PENYEBAB LIPOSARKOMA
Etiologi secara umum dari kanker yaitu : virus, agens fisik, agens kimia, faktor – faktor genetik, faktor makanan dan hormonal.
1.Virus : Virus sebagai penyebab kanker pada tubuh manusia sulit untuk dipastikan karena virus sulit untuk diisolasi. Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga mengganggu generasi mendatang dari populasi sel tersebut dan ini barang kali mengarah pada kanker (Smeltzer, 2001 : 321).
2.Agens Fisik : Faktor – faktor fisik yang mengarah pada karsinogenesis mencakup pemanjanan terhadap sinar matahari atau pada radiasi. Pemajanan berlebih terhadap sinar ultraviolet terutama pada orang yang berkulit putih atau terang, bermata hijau atau biru dapat meningkatkan resiko terkena kanker. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi berulang atau ketika terapi radiasi diberikan saat mengobati penyakit. Pemajanan terhadap medan elektromagnetik dari kabel listrik, mikrowave, dan telepon seluler dapat meningkatkan resiko kanker (Smeltzer, 2001 : 321).
3.Agens Kimia : Sekitar 85 % dari semua kanker diperkirakan berhubungan dengan lingkungan. Karsinogen kimia mencakup zat warna amino aromatik dan anilin, arsenik, jelaga dan tar, asbeston, pinang dan kapus sirih, debu kayu, senyawaan berilium, dan polivinil klorida (Smeltzer, 2001 : 322)
4.Faktor Genetik dan Keturunan : Faktor genetik juga memainkan peranan dalam pembentukan sel kanker. Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal, dapat terbentuk sel - sel mutan. Pola kromosom yang abnormal dari kanker berhubungan dengan kromosom ekstra, terlalu sedikit kromosom, atau translokasi kromosom. Beberapa kanker pada masa dewasa dan anak – anak menunjukkan predisposisi keturunan. Pada kanker dengan predisposisi herediter, umumnya saudara dekat dan sedarah dan tipe kankernya sama (Smeltzer, 2001 : 322).
5.Faktor – Faktor Makanan : Faktor – faktor makanan diduga berkaitan dengan 40% sampai 60% dari semua kanker lingkungan. Substansi makanan dapat proakif, karsinogenik atau ko – karsinogenik. Resiko kanker meningkat sejalan dengan ingesti jangka panjang karsinogenik atau ko-karsinogenik atau tidak adanya substansi proaktif dalam diet. Substansi diet berkaitan dengan peningkatan resiko kanker mencakup lemak, alkohol, daging diasinkan atau diasap, makanan yang mengandung nitrat atau nitrit, dan masukan diet dengan kalori tinggi (Smeltzer, 2001 : 322).
6.Agens Hormonal : Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan dalam keseimbangan hormon baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri atau pemberian hormon eksogenus (Smeltzer, 2001 : 321).

C.PATOFISIOLOGI LIPOSARKOMA
Pada sarkoma belum dikenal adanya kanker insitu, sehingga sukar sekali untuk mengetahui kapan sarkoma itu muncul. Secara umum terjadinya kanker dimulai dari tumbuhnya satu sel kanker yang besarnya 10 mU. Kanker itu tumbuh terus tanpa batas, mengadakan invasi kejaringan sekitar dan menyebar sampai akhirnya penderita meninggal. Perjalanan penyakit kanker sampai penderita meninggal dapat dibagi menurut luas penyakit atau stadium penyakit. Stadium penyakit kanker dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1.Stadium Pra Klinik : Yaitu stadium pada saat kanker belum dapat diketahui adanya dengan pemeriksaan klinik yang ada. Pada saat ini tumor yang lebih kecil dari 0,5 cm hampir tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan klinik maupun penunjang klinik. Diperkirakan lama stadium pra klinik itu 2/3 dari lama perjalanan hidup kanker dan hanya 1/3 dari lama hidupnya berada dalam stadium klinik.
2.Stadium Klinik : Yaitu stadium pada saat kanker itu telah cukup besar atau telah memberikan keluhan sehingga dapat diketahui adanya dengan pemeriksaan klinik dan / atau penunjang klinik. Selanjutnya stadium klinik dibagi menjadi beberapa stadium berdasarkan :
a.Kemungkinan Sembuh
1).Stadium Dini ( Early Stage ) : Dimana kanker itu belum lama diketahui adanya, masih kecil, letaknya masih lokal terbatas pada organ tempat asalnya tumbuh, belum menimbulkan kerusakan yang berarti pada organ yang ditumbuhinya dengan kemungkinan sembuh besar.
2).Stadium Lanjut ( Advance Stage ) : Stadium dimana kanker itu telah lama ada, telah besar, telah menimbulkan kerusakan yang besar pada daerah yang ditumbuhinya, telah mengadakan infiltrasi pada jaringan atau organ disekitarnya dan umumnya juga telah mengadakan metastase regional. Kemungkinan sembuh kecil.
3).Stadium Sangat Lanjut ( Far Advance Stage ) : Stadium dimana kanker telah lama ada, telah besar dan keadaanya sama dengan stadium lanjut dan disertai metastase luas diseluruh tubuh. Kemungkinan sembuh sangat kecil atau tak dapat sembuh lagi (Sukardja, 2000 : 146 – 148).
b.Topografi Penyakit : Stadium penyakit berdasarkan letak topografi tumor beserta ekstensi dan metastasenya dalam organ. Berdasarkan topografinya stadium kanker dibagi menjadi :
1).Stadium Lokal : Pertumbuhan kanker masih terbatas pada organ tempatnya semula tumbuh.
2).Stadium Metastase Regional : Kanker telah mengadakan metastase di kelenjar lymfe yang berdekatan yaitu kelenjar lymfe regional. Pada kasus liposarkoma dikaki pembesaran kelenjar limfe dapat dilihat pada kelenjar limfe inguinalis.
3).Stadium Metastase Jauh atau Diseminasi : Kanker telah mengadakan metastase di organ yang letaknya jauh dari tumor primer.


D.TANDA DAN GEJALA LIPOSARKOMA
Tumor ganas ini umumnya memberikan gejala dan tanda benjolan tanpa nyeri atau tanda radang dan biasanya mempunyai simpai atau batas yang cukup jelas dengan jaringan sekitarnya, sehingga kebanyakan tidak dianggap sebagai tumor ganas. Benjolan tanpa gejala dan keluhan apapun karena tumbuh dalam jaringan lunak yang mudah didesak dan sering kali jauh dari organ vital. Keluhan baru timbul setelah ukuran sudah besar atau terjadi tarikan atau tekanan pada otot atau saraf (Sjamsuhidajat, 1997 : 1261).
Gejala dan tanda kanker jaringan lemak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit, hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit. Rasa sakit muncul akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor dan bisa juga karena penekanan pada saraf – saraf tepi. Kanker yang sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan kulit (http : // www. Pontianak Post. Com. 2005).

E.PEMERIKSAAN PENUNJANG LIPOSARKOMA
Untuk menentukan ganas atau jinak dari semua benjolan pada jaringan lunak yang menetap perlu dilakukan biopsi. Benjolan yang mudah digerakkan dari jaringan sekitarnya dan disangka lipoma dapat memberi hasil patologi yang mengejutkan. Secara klinis diagnosis ditentukan dengan palpasi untuk memperkirakan ukuran kelainan dan perlekatan dengan struktur dangkal maupun dalam.
Pemeriksaan pencitraan seperti radiografi, ultrasonografi, limfangiografi, payaran CT, atau MRI sebaiknya digunakan dengan selektif. Angiografi bermanfaat karena dapat menilai hubungan anatomi tumor dengan jaringan sekitarnya. Dalam perencanaan pembedahan, angiografi menentukan jarak tumor dengan pembuluh darah utama.
Pemeriksaan pencitraan paru dilakukan karena kebanyakan tumor ganas jaringan lunak lebih dulu beranak sebar ke paru – paru. Foto Rontgen dilakukan karena kanker ini bisa menginvasi tulang, setelah foto Rongten dapat direncanakan untuk reseksi tulang (Sjamsuhidajat, 1997 : 1261).

F.PENATALAKSANAAN LIPOSARKOMA
Sebelum kita memberikan terapi pada penderita kanker, terlebih dahulu perlu diketahui bagaimana prinsip – prinsip pengelolaan kanker. Pastikan dulu diagnosa klinis dan patologi, stadium dan keadaan penderita, serta buat rencana terapi yang akan diberikan. Apa tujuan terapi, bagaiman caranya, bagaimana urutannya, kapan dimulai dan hasil apa yang diharapkan.
Tujuan Terapi : Tujuan terapi kanker ada 2 yaitu : kuratif atau penyembuhan dan paliatif atau meringankan.
Terapi kuratif ialah tindakan untuk menyembuhkan penderita yaitu membebaskan penderita dari kanker yang dialami untuk selama – lamanya. Umumnya untuk penyembuhan kanker ini hanya mungkin pada kanker dini yaitu kanker loko regional, masih kecil. Kurang lebih 70 % kanker yang solid dapat disembuhkan dengan pembedahan.
Terapi paliatif ialah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita kanker terutama bagi yang tidak mungkin disembuhkan lagi. Perawatan Paliatif bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup agar dapat bekerja dan menikmati hidup. Mengatasi komplikasi yang terjadi, dapat memperpanjang hidup dan tanpa memperpanjang penderitaan. Mengurangi atau meringankan keluhan, keluhan yang berat pada penderita kanker umumnya nyeri, ulkus berbau, perdarahan yang sukar berhenti dan berulang – ulang, tidak ada nafsu makan, badan lemas dan mengurus, dsb. Hilang atau berkurangnya keluhan maka penderita akan merasa lebih enak dan sehat (Sukardja, 2000 : 210).
Ada bermacam – macam terapi kanker, yaitu : Terapi utama, ini merupakan penatalaksanaan yang ditujukan kepada penyakit kanker itu sendiri, yang meliputi pembedahan, radioterapi, khemoterapi, hormonterapi dan bioterapi.
Pada umumnya terapi yang diberikan kepada penderita kanker ialah cara sequential yaitu setelah selesai dengan cara terapi yang satu, kalau perlu diikuti cara terapi yang lain. Pada kasus kanker loko regional yang operabel, urutan terapi umumnya ialah dimulai dengan operasi, kemudian radioterapi dan terakhir khemoterapi (Sukardja, 2000 : 214).
Pada sarkoma jaringan lunak seperti liposarkoma penatalaksanaan bukan hanya tumornya saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor menurut kaidah yang telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini. Tindakannya berupa operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi dan khemoterapi hanyalah sebagai pelengkap. Untuk kanker yang ukurannya besar, setelah operasi ditambah dengan radioterapi. Setelah penderita operasi harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh hasil metastase. (

G.KOMPLIKASI LIPOSARKOMA
Komplikasi sarkoma dari proses penyakit meliputi metastase pada paru – paru, liver, tulang. Komplikasi dari penatalaksanaan yaitu infeksi pada pembedahan, dan jika dilakukan terapi radiasi mungkin akan terjadi perlambatan penyembuhan luka, dan nekrosis dijaringan setelahnya. Jika dilakukan khemoterapi, akan didapat komplikasi antara lain : mual, muntah, stomatitis, neuropati perifer, miopati jantung, dan kerusakan hepar (Gale, 1999 : 246).

H.DIAGNOSA LIPOSARKOMA
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan kanker jaringan lunak antara lain :
1.Ketakutan / Ansietas berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil yang diharapkan, perasaan ketidakberdayaan dan keputusasaan (Carpernito, 2001: 484).
2.Antisipasi Berduka berhubungan dengan kehilangan yang nyata dari bagian tubuh, fungsi serta kehilangan hidup (Gale, 1999 : 247).
3.Gangguan Harga Diri berhubungan dengan kecacatan bedah, efek samping kemoterapi atau radiasi (Doenges, 1999 : 1003).
4.Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kompresi / destruksi jaringan saraf (Doenges, 1999 : 1005).
5.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker (Doenges, 1999 : 1006).
6.Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan interupsi pembedahan atau pengangkatan otot – otot (Gale, 1999 : 250).
7.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan terhadap pertahanan sekunder dan Imunosupresi (Doenges, 1999 : 1010).
8.Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan dari terapi radiasi (Gale, 1999 : 253).

H.FOKUS INTERVENSI
1.Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil yang diharapkan, perasaan ketidakberdayaan dan keputusasaan (Doenges, 1999 : 1000).
Tujuan : Rasa takut berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 kali 24 jam dengan Kriteri Hasil : berkurangnya rasa takut, tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang, menggunakan koping mekanisme yang efektif.
Intervensi : Tinjau ulang pengalaman pasien terhadap kanker, hal ini dapat membantu dalam mengidentifikasi rasa takut dan kesalahan konsep. Dorong pasien untuk ungkapkan pikiran dan perasaan, hal ini dapat memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosis. Pertahankan kontak sering dengan pasien, hal ini dapat memberi keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak. Berikan informasi yang akurat, konsisten mengenai prognosis, hal ini dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan. Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang, ini dapat memudahkan istirahat, menghemat energi, dan meningkatkan kemampuan koping.
2. Antisipasi berduka berhubungan dengan kehilangan yang nyata dari bagian tubuh, fungsi serta kehilangan hidup (Gale, 1999 : 247).
Tujuan : Perasaan berduka dapat diekspresikan dengan tepat, setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 kali pertemuan dengan kriteria hasil : pasien melanjutkan aktifitas kehidupan secara normal, merencanakan masa depan.
Intervensi : Kaji pasien / orang terdekat terhadap berduka. Dorong pengungkapan pikiran / masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan, marah, penolakan, intervensi ini dapat mendukung pasien untuk mengekspresikan perasaan dengan memahami bahwa konflik emosi yang dalam dan sering adalah normal. Sadari perubahan alam perasaan, bermusuhan, dan prilaku lain yang ditunjukkan. Sadari depresi yang melemahkan, tanyakan pada pasien tentang status pikirannya, karena pasien kanker resiko tinggi untuk bunuh diri. Tinjau ulang pengalaman masa lalu, bicara tentang sesuatu yang menarik perhatian pasien, karena intervensi ini dapat mengidentifikasi ketrampilan yang dapat membantu individu menghadapi berduka. Identifikasi aspek positif dari situasi, intervensi ini dapat menambah percaya diri dan rasa optimis. Kolaborasi : rujuk pada konselor yang tepat sesuai kebutuhan, intervensi ini dapat membantu mengurangi atau bahkan menghilangkan stress (Doenges, 1999 : 1002).
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah, efek samping kemoterapi atau radiasi (Doenges, 1999 : 1003 - 1004).
Tujuan : gangguan harga diri dapat diatasi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi, mengembangkanmekanisme koping yang efektif.
Intervensi : Diskusikan dengan pasien / orang terdekat bagaimana diagnosis dan pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pribadi pasien, hal ini dapat membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah. Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami, karena dapat memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan ijin. Berikan dukungan emosi pada pasien atau orang terdekat pada saat tes diagnostik dan fase pengobatan. Rujuk pada konseling profesional bila diindikasikan, karena hal ini mungkin perlu untuk memulai dan mempertahankan struktur psikososial positif.
4.Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kompresi / destruksi jaringan saraf (Doenges, 1999 : 1005).
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 kali 24 jam, dengan kriteria hasil : melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri 1 – 4, mendemonstrasikan ketrampilan tehnik relaksasi dan destraksi.
Intervensi : tentukan lokasi nyeri, frekuensi, skala, durasi, dan tindakan penghilangan yang digunakan, hal ini dapat memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi. Berikan tindakan kenyamanan dasar seperti : reposisi, gosokan punggung, intervensi ini dapat meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian. Dorong penggunaan ketrampilan manajemen nyeri yaitu tehnik relaksaksi, distraksi, tertawa, musik dan sentuhan terapeutik, intervensi ini dapat memungkinkan pasien untuk berpartisipasi aktif dan meningkatkan rasa kontrol. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang, hal ini dapat mengurangi stressor nyeri. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi, hal ini dilakukan karena nyeri merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kanker, meskipun respon individual berbeda, analgetik merupakan obat anti nyeri.
5.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker (Doenges, 1999 : 1006).
Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan, dengan kriteria hasil : berat badan stabil atau naik, bebas tanda mal nutrisi, berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan.
Intervensi : pantau masukan makanan setiap hari, hal ini untuk mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi. Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep dan pastikan penurunan berat badan saat ini, hal ini dapat membantu dalam identifikasi mal nutrisi protein kalori. Dorong pasien untuk makan diit tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat, karena jika kebutuhan metabolik ditingkatkan maka kebutuhan cairan juga harus ditingkatkan, untuk menghilangkan produk sisa. Dorong masukan cairan sampai 3000 ml per hari, hal ini dapat membantu dalam memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping yang membahayakan, misal : Cytoxan. Kolaborasi pemberian cairan intra vena sesuai indikasi, tindakan ini diberikan untuk hidrasi umum dan mengencerkan obat antineoplastik dan menurunkan efek samping yang merugikan, misal mual, muntah atau nefrotoksisitas.
6.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan interupsi pembedahan atau pengangkatan otot – otot (Gale, 1999 : 250).
Tujuan : pasien mampu untuk berpindah atau bergerak secara mandiri, dengan kriteria hasil : mendemonstrasikan gerakan dalam ROM, memahami tentang situasi, aturan tindakan dan tindakan keamanan. Keluarga aktif membantu pasien dalam tinadakan.
Intervensi : Kaji tingkat mobilisasi pasien, hal ini untuk menentukan intervensi yang tepat. Ajarkan cara latihan gerak atau ROM yang tepat, tidakan ini dapat meningkatkan mobilitas. Jadwalkan aktifitas / tindakan dengan periode waktu istirahat.
7.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan terhadap pertahanan sekunder dan imunosupresi (Doenges, 1999 : 1010 - 1011).
Tujuan : Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam, dengan kriteria hasil : berpartisipasi dalam intervensi untuk mengurangi resiko infeksi, tidak terjadi demam dan tanda – infeksi yang lain, penyembuhan luka tepat waktu.
Intervensi : tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik dan batasi pengunjung yang mengalami infeksi, hal ini bertujuan melindungi pasien dari sumber – sumber infeksi. Tekankan personal hygiene, hal ini dapat membantu potensial sumber infeksi dan / atau pertumbuhan skunder. Pantau suhu, karena peningkatan suhu merupakan salah satu indikasi terjadinya infeksi. Terapkan tehnik aseptik dan anti septik setiap tindakan keperawatan, hal ini dapat mengurangi transmisi organisme. Kolaborasi pemberian antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab infeksi.
8.Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan penurunan imunologis, trauma jaringan dari terapi radiasi, khemoterapi (Doenges, 1999 : 1013 – 1015).
Tujuan : Kerusakan integritas kulit / jaringan dapat dicegah setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 kali 24 jam, dengan kriteria hasil : berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi, luka sembuh dengan cepat.
Intervensi : Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker, perhatikan kerusakan / perlambatan penyembuhan luka. Anjurkan untuk menghindari krim kulit apapun. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk, hal ini mencegah keparahan dari kerusakan dan mencegah infeksi. Ubah posisi pasien dengan sering untuk meningkatkan sirkulasi dan mengurangi penekanan. Beri perawatan luka secara benar, intervensi ini untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Cuci kulit dengan segera jika agen neoplastik tercecer, karena ini dapat mengakibatkan iritasi kulit. Kolaborasi pemberian antidot yang tepat bila terjadi eksaserbasi, tindakan ini dapat mengurangi kerusakan jaringan lokal.

Tidak ada komentar: