Senin, 30 April 2012

BRONCHOPNEUMANIA

A.PENGERTIAN
Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang terlokalisasi di dalam bronki dan meluas keparenkim paru (Brunner & Suddarth, 2001).
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002 ).
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995).
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh (Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998). Kesimpulannya, bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.  

B.ETIOLOGI Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain: 
1.Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella. 
2.Virus : Legionella pneumoniae 
3.Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans 
4.Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru 
5.Terjadi karena kongesti paru yang lama. Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682). 

 C.PATOFISIOLOGI 
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut: 
1.Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli. 
2.Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Soeparman, 1991). 

D.TANDA DAN GEJALA Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Barbara C. long, 1996 :435). 

E.KOMPLIKASI Bila tidak ditangani secara tepat, maka : 
1.Otitis media akut (OMA) à terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi. 
2.Efusi pleura. 
3.Emfisema. 
4.Meningitis. 
5.Abses otak.
 6.Endokarditis. 
7.Osteomielitis. 

F.PEMERIKSAAN PENUNJANG Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara: 
1.Pemeriksaan Laboratorium 
a.Pemeriksaan darah 
b.Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) 
c.Pemeriksaan sputum 
d.Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435) 
e.Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) 
f.Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
 g.Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) 
2.Pemeriksaan Radiologi 
a.Rontgenogram Thoraks Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435) 
b.Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001) 

G.PENATALAKSANAAN 
1.Oksigen. 
2.Cairan, kalori dan elektrolit à glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse. 
3.Obat-obatan : 
 a.Antibiotika à berdasarkan etiologi. 
b.Kortikosteroid à bila banyak lender. 

H.PENCEGAHAN 
1.Ajarkan anak-anak kebersihan. Pastikan bahwa mereka mencuci tangan mereka sebelum makan dan setelah menggunakan toilet. Anak-anak juga harus belajar untuk mencuci tangan mereka setelah bersin dan menangani semua hal yang tidak bersih. 
2.Jangan merokok dekat anak-anak. Juga, jaga anak-anak anda dari orang-orang yang merokok. Hal ini dapat merusak sistem pertahanan tubuh. 
3.Pastikan bahwa anak-anak mendapatkan semua imunisasi mereka tepat waktu.
 4.Untuk anak dengan penyakit menahun seperti jantung menahun dan gangguan paru-paru menahun mereka harus menerima imunisasi tambahan dan obat kekebalan. 
 5.Obat-obat anti kuman juga sangat baik dalam mencegah bronkopneumonia. 
6.Imunisasi untuk anak-anak sampai usia lima tahun. 
7.Pola makan sehat adalah suatu keharusan dalam mencegah bronkopneumonia pada anak-anak. Pola makan ini akan memperkuat sistem kekebalan mereka. Sertakan banyak buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dalam makan. 
8.Tidur juga sangat penting. Pastikan bahwa anak-anak mendapatkan cukup tidur. 
9.Dorong anak-anak anda untuk mulai berolahraga. Berjalan sangat baik dalam meningkatkan fungsi paru-paru. 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NAK DENGAN BRONCHOPNEUMANIA 
A.PENGKAJIAN 
Anamnesa : 
1.Identitas 
2.Riwayat Kesehatan : 
a.Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya/batuk, pilek, takhipnea, demam. 
b.Anoreksia, sukar menelan, muntah. 
c.Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas, seperti morbili, pertusis, malnutrisi, imunosupresi. d.Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernafasan. 
e.Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernafasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis. Pemeriksaan fisik 
1.Demam, takhipnea, sianosis, cuping hidung. 
2.Auskultasi - paru à ronchi basah, stridor. 

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN 
1.Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi di bronkus, eksudat di alveoli, sekresi yang tertahan. Tujuan: Bersihan jalan napas tidak efektif teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh sesak Pernapasan 12-21x/mnt Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt Tidak ada buyi napas tambahan Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan pasien 2)Kaji fungsi pernapasan: frekuensi, bunyi, irama, jenis R/mengetahui pola napas pasien 3)Beri posisi semi fowler R/memenuhi kebutuhan oksigen 4)Suction bila perlu R/membersihkan jalan napas 5)Ajarkan teknik batuk efektif R/mengeluarkan sekret yang tertahan 6)Anjurkan minum air hangat R/mengurangi sekret 7)Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen R/mencukupi kebutuhan oksigen 8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian mukolitik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mengurangi sekret 
2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi. Tujuan: Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh lemas Makan habis 1 porsi Pasien tidak mual Pasien tidak muntah Berat badan normal/ideal Konjungtiva merah muda Rambut tidak rontok Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan pasien 2)Timbang berat badan R/mengetahui perubahan berat badan pasien 3)Monitor adanya mual dan muntah R/mengetahui keadaan pasien 4)Monitor tonus otot, rambut merah dan mudah patah R/mengetahui status kesehatan pasien 5)Monitor intake makanan/minuman R/mengetahui nutrisi yang dikonsumsi pasien 6)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi 7)Anjurkan makan sedikit dan sering R/supaya tidak mual dan tidak muntah 8)Anjurkan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung zat besi, Vitamin B12, tinggi protein, dan Vitamin C R/mempercepat pemulihan kondisi pasien 9)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat penyembuhan 
3.Hipertermia berhubungan dengan penyakit. Tujuan: Hipertermia teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dengan kriteria hasil: Suhu: 36-37C/axila Pernapasan 12-21x/mnt Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan klien 2)Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari R/memenuhi kebutuhan cairan 3)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi 4)Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis R/ mengurangi rasa panas 5)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien R/mencukupi kebutuhan pasien 6)Beri kompres hangat R/vasodilatasi pembuluh darah 7)Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi antipiretik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat penyembuhan 4.Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui rute normal (diare), abnormal (perdarahan). Tujuan: Resiko defisit volume cairan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: BB dalam batas normal Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt Suhu: 36-37C/axila Finger print <3 detik BAK 3-5x/hari Tidak ada perdarahan Intevensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan pasien 2)Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari R/memenuhi kebutuhan cairan 3)Hitung balance cairan R/mengetahui klebihan dan kekurang cairan 4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi 5)Kolaborasi/lanjutkan pemberian terapi elektrolit; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat penyembuhan 6)Kolaborasi/lanjutkan program therapi transfusi R/mempercepat pemulihan kesehatan pasien 
5.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakkeimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Tujuan: Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh lemas Pasien tidak mengeluh pusing Pasien tidak mengeluh sesak napas Pernapasan 12-21x/mnt Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt CRT: <3 detik Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: Tekanan darah, pernapasan, suhu, nadi. R/mengetahui keadaan pasien 2)Monitor kemampuan aktivitas pasien R/mengetahui kemampuan pasien 3)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi 4)Beri posisi semi fowler R/memenuhi kebutuhan oksigen  5)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien R/mencukupi kebutuhan pasien 6)Bantu aktivitas pasien secara bertahap R/mengurangi bebar kerja pasien 7)Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat pemulihan kondisi 8)Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen R/mencukupi kebutuhan oksigen 9)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, rute R/mempercepat penyembuhan 
6.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada. Tujuan: pola napas tidak efektif teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh pusing Pasien tidak mengeluh sesak napas Pernapasan 12-21x/mnt Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt CRT: <3 detik Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: Tekanan darah, pernapasan, suhu, nadi. R/mengetahui keadaan pasien 2)Monitor kemampuan aktivitas pasien R/mengetahui kemampuan pasien 3)Anjurkan untuk bedrest R/mempercepat pemulihan kondisi 4)Beri posisi semifowler R/mencukupi kebutuhan oksigen Bantu aktivitas pasien secara bertahap R/mengurangi beban kerja pasien 5)Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat pemulihan kondisi 6)Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen R/mencukupi kebutuhan oksigen 

 C.DISCHARGE PLANNING 
1.Penderita memerlukan istirahat 
2.Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak 
3.Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, dan efek samping 
4.Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut 
5.Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan (Suriadi & Rita Y, 2001). 

DAFTAR PUSTAKA 
Departemen Kesehatan RI kerjasama dengan WHO dan UNICEF, Buku bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTSB) Indonesia, Jakarta, 1998 Doenges, Marilynn E. (200). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC Long, B. C. (1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Markum. 1991. Buku Ajar Kesehatan Anak Jilid 1, Jakarta : FKUI Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC Rcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta : Salemba Medika Sacharin. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, Jakarta : EGC Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUI Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar: