Kontrasepsi
berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang
mengakibtkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
kehamilan (Anonim, 2003).
Metode kontrasepsi yang ada di
Indonesia adalah :
a. Metode sederhana
1) Tanpa alat
a) KB alamiah, yaitu metode
kalender, suhu basal, lendir servik, simpo-termal, coitus interuptus.
2) Dengan alat
a) Mekanis, yaitu kondom pria,
kondom wanita dan kap servik
b) kimiawi, yaitu spermisida.
b. Metode modern
1) Kontrasepsi hormonal
a) Per oral, yaitu pil oral
kombinasi, mini pil dan morning after pil.
b) Suntikan, yaitu DMPA, NET-EN,
Microcapsules dan Microspheres.
c) Alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK)
2) Intra Uterin Devise (IUD)
3) Kontrasepsi mantap yaitu MOW dan
MOP
(Hartanto, 2004)
Pemilihan
metode kontrasepsi perlu mempertimbangkan beberapa syarat yang harus dipenuhi
oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah:
a. Aman atau tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana, sedapat-dapatnya tidak
perlu dikerjakan oleh seorang dokter.
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama
Kita
ketahui sampai saat ini belumlah tersedia satu metode kontrasepsi yang
benar-benar 100% ideal atau sempurna. Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini
pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafetaria atau
supermarket di mana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang
diinginkannya (Hartanto, 2004).
3. Mekanisme kerja kontrasepsi suntikan 3 bulan
(12 minggu)
a. Primer (mencegah ovulasi)
Kadar FSH
dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respon kelenjar hypophyse terhadap gornadotropin – releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga
memberi kesan proses terjadi di hipotalamus daripada di kelenjar hypophyse. Ini
berbeda dengan POK, yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung
pada kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan
keadaan hipo-estrogenik.
Pada hormon
progesteron mempunyai fungsi diantaranya mempersiapkan tubuh untuk menerima
kehamilan, sehingga syarat mutlak untuk konsepsi dalam implantasi. Hormon
progesteron yang ada di dalam DMPA terhadap endometrium menyebabkan sekretorik,
dan bilamana progesteron terlalu lama mempengaruhi endometrium maka endometrium menjadi sedikit sekali. Proses
inilah yang menyebabkan terjadinya amenorhoe ( Wiknjosastro, 2002).
b. Sekunder
1) Lendir serviks menjadi kental dan
sedikit, sehingga merupakan barier dari spermatozoa.
2) Membuat endometrium menjadi
kurang baik atau layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi.
3) Mungkin mempengaruhi kecepatan
transpor ovum dalam tuba fallopi (Hartanto, 2004).
4. Efek
samping penggunaan DMPA
Gangguan
pola menstruasi : amenorhoe (tidak mengalami menstruasi lebih dari 3 bulan),
spotting (bercak-bercak darah dikarenakan pelebaran pembuluh vena tersebut
akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal, metrorargi (perdarahan diluar
siklus haid), polimenorea (menstruasi yang sering terjadi dan abnormal),
kenaikan berat badan, sakit kepala (Wiknjosastro, 2002).
5. Indikasi dan kontra indikasi DMPA
Selain keefektifaan DMPA yang mencapai 90% sampai 100%,
DMPA juga mempunyai indikasi dan kontra indikasi yaitu:
a.
Indikasi
1)
Dapat
diberikan pada wanita yang menyusui
2)
Wanita
yang ingin menunda kehamilan
3)
Wanita
yang menderita keadaan tromboembolik
4)
Wanita
usia reproduksi
b. Kontra indikasi
1)
Wanita
hamil
2)
Wanita
dengan kanker payudara
3)
Wanita
dengan karsinoma traktus genetalia
4)
Perdarahan
abnormal uterus
5)
Pada
wanita yang diabetes atau mempunyai riwayat diabetes
(Hartanto, 2004)
7. Faktor- faktor yang mempengaruhi penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan adalah :
a. Faktor predisposisi
Faktor-faktor
ini mencakup pengetahuan terhadap kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat
ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah
terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
b. Faktor Pendukung
Faktor ini
mencakup ketersediaan waktu untuk datang ke sarana kesehatan.
c. Faktor penguat
Faktor ini mencakup sikap dan
perilaku petugas kesehatan (Notoadmojo, 2003).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar