Minggu, 08 Februari 2015

KONTRASEPSI

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang mengakibtkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah kehamilan (Anonim, 2003).
Metode kontrasepsi yang ada di Indonesia adalah :
a.   Metode sederhana
1)   Tanpa alat
a)   KB alamiah, yaitu metode kalender, suhu basal, lendir servik, simpo-termal, coitus interuptus.
2)   Dengan alat
a)   Mekanis, yaitu kondom pria, kondom wanita dan kap servik
b)   kimiawi, yaitu spermisida.
b.   Metode modern
1)   Kontrasepsi hormonal
a)   Per oral, yaitu pil oral kombinasi, mini pil dan morning after pil.
b)   Suntikan, yaitu DMPA, NET-EN, Microcapsules dan Microspheres.
c)   Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)
2)   Intra Uterin Devise (IUD)
3)   Kontrasepsi mantap yaitu MOW dan MOP
(Hartanto, 2004)
Pemilihan metode kontrasepsi perlu mempertimbangkan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah:
a.   Aman atau tidak berbahaya
b.   Dapat diandalkan
c.   Sederhana, sedapat-dapatnya tidak perlu dikerjakan oleh seorang dokter.
d.   Murah
e.   Dapat diterima oleh orang banyak
f.    Pemakaian jangka lama
Kita ketahui sampai saat ini belumlah tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal atau sempurna. Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafetaria atau supermarket di mana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya (Hartanto, 2004).
3.   Mekanisme kerja kontrasepsi suntikan 3 bulan (12 minggu)
a.    Primer (mencegah ovulasi)
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respon kelenjar hypophyse terhadap gornadotropin – releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus daripada di kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK, yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
Pada hormon progesteron mempunyai fungsi diantaranya mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan, sehingga syarat mutlak untuk konsepsi dalam implantasi. Hormon progesteron yang ada di dalam DMPA terhadap endometrium menyebabkan sekretorik, dan bilamana progesteron terlalu lama mempengaruhi endometrium maka  endometrium menjadi sedikit sekali. Proses inilah yang menyebabkan terjadinya amenorhoe ( Wiknjosastro, 2002).
b.   Sekunder
1)   Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier dari spermatozoa.
2)   Membuat endometrium menjadi kurang baik atau layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi.
3)   Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum dalam tuba fallopi (Hartanto, 2004).
4.  Efek samping penggunaan DMPA
Gangguan pola menstruasi : amenorhoe (tidak mengalami menstruasi lebih dari 3 bulan), spotting (bercak-bercak darah dikarenakan pelebaran pembuluh vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal, metrorargi (perdarahan diluar siklus haid), polimenorea (menstruasi yang sering terjadi dan abnormal), kenaikan berat badan, sakit kepala (Wiknjosastro, 2002).
5.   Indikasi dan kontra indikasi DMPA
            Selain keefektifaan DMPA yang mencapai 90% sampai 100%, DMPA juga mempunyai indikasi dan kontra indikasi yaitu:
a.       Indikasi
1)      Dapat diberikan pada wanita yang menyusui
2)      Wanita yang ingin menunda kehamilan
3)      Wanita yang menderita keadaan tromboembolik
4)      Wanita usia reproduksi
b.   Kontra indikasi
1)      Wanita hamil
2)      Wanita dengan kanker payudara
3)      Wanita dengan karsinoma traktus genetalia
4)      Perdarahan abnormal uterus
5)      Pada wanita yang diabetes atau mempunyai riwayat diabetes
(Hartanto, 2004)
7.  Faktor- faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan adalah :
a.   Faktor predisposisi
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan terhadap kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
b.   Faktor Pendukung
Faktor ini mencakup ketersediaan waktu untuk datang ke sarana kesehatan.
c.   Faktor penguat
Faktor ini mencakup sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoadmojo, 2003).

Tidak ada komentar: