Minggu, 08 Februari 2015

PENGELUARAN ASI

a.      Colostrum
1)      Pengertian
Periode menyusui sesudah bayi lahir, yaitu saat air susu dibentuk dan dikeluarkan setelah 24 jam setelah bayi lahir (Manajemen Laktasi, 2004).
Proses laktasi terdiri dari 2 tahap. Pertama adalah dimulainya pembentukan air susu pada masa kehamilan dan kedua adalah periode menyusui sesudah bayi lahir.
2)      Komposisi
Berdasarkan stadium laktasi, komposisi ASI dibagi menjadi 3 bagian (Roesli, 2002) :
a)      Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara mengandung jaringan dan desidua material yang terdapat aveola dan duktus kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium.
b)      ASI masa transisi atau peralihan
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur, disekresikan dari hari ke 4 sampai ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan saluran ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima.
c)      ASI matur
Merupakan ASI yang disekresikan pada hari kesepuluh dan seterusnya dengan komposisi relatif (ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru mulai minggu ketiga sampai minggu kelima).

b.      Fisiologi pembentukan dan pengeluaran ASI
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran ASI kedua refleks tersebut adalah refleks prolactin dan refleks oxytocin let down.
1)      Refleks prolactin
Menjelang akhir kehamilan, prolactin lebih banyak memegang peranan membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum masih terbatas karena aktifitas prolactin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang kadarnya tinggi. Setelah persalinan, karena lepasnya placenta dan kurang berfungsinya corpus luteum maka estrogen dan progesterone berkurang. Sehingga mempertinggi tingkat dan efektifitas prolactin dalam menghasilkan produksi air susu. Ditambah lagi dengan adanya hisapan bayi yang merangsang putting susu akan merangsang ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus  melalui medula spinalis mesencephalon. Hipotalamus  akan menekan pengeluaran faktor yang menghambat sekresi prolactin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolactin untuk merangsang adenohipofise (hipofiseanterior) mengeluarkan prolactin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air susu. Kadar prolactin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak ada peningkatan prolactin walaupun ada hisapan bayi, namun pengeluaran ASI tetap berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui kadar prolactin akan menjadi normal pada kedua sampai ketiga.
2)      Reflek Let down (milk infection refleks) / refleks oxcytocin
Refleks ini berhubungan erat dengan oxytocin. Bersamaan dengan pembentukan prolactin oleh adenohipofise, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi akan diteruskan ke neurohipofise (hipofise posterior) untuk mengeluarkan oxytocin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju payudara pada alveoli dan akan mempengaruhi sel mioepithelium. Kontraksi dari sel miopitohelium akan memeras air susu dari alveoli masuk ke sistem ductus yang selanjutnya mengalir melalui ductus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Rangsangan yang ditimbulkan oleh hisapan bayi waktu menyusu diantar pula ke bagian lain dari otak yang akan melepaskan hormon oxytocin. Oxytocin akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar dan saluran untuk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar hingga mencapai sinus lactiferous dibalik areola, untuk kemudian menuju putting susu. Dengan demikian terjadi pembendungan. Kadang-kadang tekanan kontraksi otot itu begitu kuat, sehingga air susu keluar dari putting menyembur dan dapat membuat bayi tersedak.
Keluarnya air susu karena kontraksi otot tersebut disebut “let down refleks” melalui refleks inilah terjadi pula kontraksi rahim yang membantu lepasnya plasenta dan mengurangi perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi dilahirkan kalau keadaan memungkinkan sebaiknya bayi segera disusukan ibunya (Manajemen Laktasi).
Bayi tidak akan mendapat ASI secara cukup apabila hanya mengandalkan refleks prolactin saja, tetapi harus dibantu oleh refleks oxytocin. Makin banyak air susu yang dikeluarkan dari payudara, makin banyak ASI yang diproduksi. Sebaliknya jika bayi berhenti menghisap atau sama sekali tidak pernah memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi ASI. Pengeluaran ASI yang pertama cairan kental dengan warna kekuning-kuningan yang disebut dengan kolostrum dan keluar pada hari kesatu sampai hari ketiga. Kolostrum ini sangat besar manfaatnya bagi bayi, antara lain sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan meconeum dari susu bayi bagi makanan yang akan datang,mengandung antibodi yang tinggi sehingga bayi terhindar dari berbagai macam penyakit infeksi (Roesli, 2001).

c.       Faktor-faktor yang meningkatkan pengeluaran ASI
Menyusui dini akan mempercepat pengeluaran ASI (Manuaba, 1998). Pengeluaran ASI dari alveoli menuju ke sinus lactiferus selalu dimulai dengan penghisapan oleh bayi yang merangsang produksi oxytocin oleh hipofise anterior dan pada akhirnya pengeluaran ASI bisa dipacu tanpa adanya hisapan oleh bayi tetapi karena adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan oxytocin. Selain itu, menurut Roesli (2001) untuk menambah produksi pengeluaran ASI adalah dengan merangsang bayi agar menghisap lebih lama dan lebih sering serta dengan pengurutan payudara, sedangkan faktor lain yang berpengaruh pada peningkatan pengeluaran ASI adalah berkaitan dengan oxytocin (let down refleks) adalah :
1)      Ibu melihat bayi
Naluri ibu bangkit bila melihat bayinya, karena ibu pasti ingin menyentuh dan menyayangi bayinya. Hal ini akan mengakibatkan hormon akan bekerja dan payudara siap menghisap.
2)      Ibu memikirkan bayi dengan panuh kasih sayang
Saat memikirkan  bayinya dengan kasih sayang, ini berpengaruh pada reflect oxytocin.
3)      Ibu mencintai bayinya
Pada saat ibu mendengar bayinya menangis, dia akan segera berfikir bayinya membutuhkan sesuatu dan ibu akan segera berusaha memenuhi kebutuhan bayinya, apakah bayi tersebut lapar, haus dan sebagainya.
4)      Ibu mencium bayinya
Pada saat ibu mencium bayinya, sentuhan langsung berupa pelukan dan belaian tersebut akan membuat bayi merasa senang. Refleks oxytocin juga akan bekerja.
5)      Ibu dalam keadaan tenang
6)      Peran serta ayah mejadi penting pula dalam menciptakan suasana aman dan nyaman yang berpengaruh juga pada refleks oxytocin.

d.      Faktor-faktor yang menghambat pengeluran ASI
Faktor yang dapat menghambat pengeluaran ASI dan refleks oxytocin (let down refleks) sebagaimana dijelaskan oleh Roesli (2001) adalah :
1)      Ibu dalam keadaan bingung, kacau, marah, sedih.
2)      Ibu terlalu kuatir air susunya tidak cukup untuk kebutuhan bayinya.
3)      Rasa sakit pada saat menyusui yang membuat ibu takut untuk menyusui
4)      Perasaan malu untuk menyusui
5)      Ayah tidak mendukung dan kurang perhatian terhadap ibu dan bayinya
Menurut Soetjiningsih (1997), bila ada stress dari ibu yang menyusui, maka akan terjadi suatu blokade dari let down refleks. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan pembuluh adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan vascontirctif pembuluh darah alveoli, sehingga oxytocin sedikit sekali untuk dapat mencapai targetorgan moepithelium. Akibat dari tidak sempurnanya ­let down refleks, maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli yang secara klinis payudara tampak membesar. Payudara yang membesar dapat mengakibatkan rasa sakit dan abses payudara sehingga dapat menyebabkan kegagalan untuk menyusui. Rasa sakit ini akan merupakan stress lagi bagi ibu, sehingga stress akan bertambah karena let down refleks tidak sempurna, maka bayi yang haus tidak puas. Ketidakpuasan ini akan merupakan tambahan stress bagi ibunya. Bayi yang haus dan tidak puas ini akan berusaha untuk dapat air susu yang cukup dengan menambah kuat hisapannya, sehingga tidak jarang dapat menimbulkan luka pada putting susu dan hal ini akan dirasakan sakit oleh ibu yang juga akan menambahkan stress ibu. Dengan demikian akan terbentuk satu lingkaran setan yang tertutup (circulus vitiosus) sebagai akibat kegagalan dalam menyusui.

e.      Cara Pengeluaran ASI
Cara mengeluarkan ASI dapat dilakukan dengan tangan yaitu dengan cara :
1)      Cuci tangan sampai bersih.
2)      Siapkan cangkir / gelas tertutup yang telah dicuci dengan air mendidih bila ASI dikeluarkan untuk diminumkan pada bayi.
3)      Payudara dimasage dengan kedua telapak tangan dari pangkal kearah areola mammae secara merata.
4)      Tekan/pijat areola mammae ke arah dada dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk (ibu jari dibagian atas areola mammae dan jari telunjuk di bagian bawah).
5)      Bila ASI belum keluar, ulangi tekan / pijat areola mammae sampai beberapa kali. Pada mulanya ASI akan menetes dan bisa juga memancarkan bila let down refleksnya aktif (apabila ASI dikeluarkan untuk diminumkan pada bayi, tampung ASI dalam tempat yang disesuaikan).
6)      Jangan memijat atau menggerakkan garis sepanjang putting susu tidak dapat menyebabkan nyeri dan pula dapat memeras ASI keluar (Soetjiningsih, 1997).

Tidak ada komentar: