a.
Colostrum
1) Pengertian
Periode menyusui sesudah bayi lahir, yaitu saat air susu dibentuk dan
dikeluarkan setelah 24 jam setelah bayi lahir (Manajemen Laktasi, 2004).
Proses laktasi terdiri dari
2 tahap. Pertama adalah dimulainya pembentukan air susu pada masa kehamilan dan
kedua adalah periode menyusui sesudah bayi lahir.
2) Komposisi
Berdasarkan stadium laktasi, komposisi ASI dibagi
menjadi 3 bagian (Roesli, 2002) :
a) Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali
disekresi oleh kelenjar payudara mengandung jaringan dan desidua material yang
terdapat aveola dan duktus kelenjar payudara sebelum dan setelah masa
puerperium.
b) ASI
masa transisi atau peralihan
Merupakan ASI
peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur, disekresikan dari hari
ke 4 sampai ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan
saluran ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima.
c) ASI
matur
Merupakan ASI
yang disekresikan pada hari kesepuluh dan seterusnya dengan komposisi relatif
(ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru mulai minggu
ketiga sampai minggu kelima).
b.
Fisiologi
pembentukan dan pengeluaran ASI
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran ASI kedua refleks tersebut adalah
refleks prolactin dan refleks oxytocin let down.
1) Refleks prolactin
Menjelang akhir kehamilan, prolactin
lebih banyak memegang peranan membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum masih
terbatas karena aktifitas prolactin dihambat
oleh estrogen dan progesterone yang kadarnya tinggi. Setelah persalinan, karena lepasnya
placenta dan kurang berfungsinya corpus
luteum maka estrogen dan progesterone berkurang. Sehingga
mempertinggi tingkat dan efektifitas
prolactin dalam menghasilkan produksi air susu. Ditambah lagi dengan adanya
hisapan bayi yang merangsang putting susu akan merangsang ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus
melalui medula spinalis mesencephalon. Hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor yang
menghambat sekresi prolactin dan
sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolactin untuk merangsang adenohipofise (hipofiseanterior) mengeluarkan prolactin.
Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air susu. Kadar prolactin pada ibu yang menyusui akan
menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat
tersebut tidak ada peningkatan prolactin
walaupun ada hisapan bayi, namun pengeluaran ASI tetap berlangsung. Pada ibu
yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui kadar prolactin akan menjadi normal pada kedua sampai ketiga.
2) Reflek Let down (milk infection refleks) /
refleks oxcytocin
Refleks ini berhubungan erat
dengan oxytocin. Bersamaan dengan
pembentukan prolactin oleh adenohipofise, rangsangan yang berasal
dari hisapan bayi akan diteruskan ke neurohipofise
(hipofise posterior) untuk mengeluarkan
oxytocin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju payudara pada
alveoli dan akan mempengaruhi sel mioepithelium.
Kontraksi dari sel miopitohelium akan
memeras air susu dari alveoli masuk
ke sistem ductus yang selanjutnya mengalir
melalui ductus lactiferus masuk ke
mulut bayi.
Rangsangan yang ditimbulkan
oleh hisapan bayi waktu menyusu diantar pula ke bagian lain dari otak yang akan
melepaskan hormon oxytocin. Oxytocin akan memacu sel-sel otot yang
mengelilingi jaringan kelenjar dan saluran untuk berkontraksi, sehingga memeras
air susu keluar hingga mencapai sinus
lactiferous dibalik areola, untuk
kemudian menuju putting susu. Dengan demikian terjadi pembendungan.
Kadang-kadang tekanan kontraksi otot itu begitu kuat, sehingga air susu keluar
dari putting menyembur dan dapat membuat bayi tersedak.
Keluarnya air susu karena
kontraksi otot tersebut disebut “let down
refleks” melalui refleks inilah terjadi pula kontraksi rahim yang membantu
lepasnya plasenta dan mengurangi perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi
dilahirkan kalau keadaan memungkinkan sebaiknya bayi segera disusukan ibunya (Manajemen Laktasi).
Bayi tidak akan mendapat ASI secara cukup apabila hanya mengandalkan
refleks prolactin saja,
tetapi harus dibantu oleh refleks oxytocin.
Makin banyak air susu yang
dikeluarkan dari payudara, makin banyak ASI yang diproduksi. Sebaliknya jika
bayi berhenti menghisap atau sama sekali tidak pernah memulainya, maka payudara
akan berhenti memproduksi ASI. Pengeluaran ASI yang pertama cairan kental
dengan warna kekuning-kuningan yang disebut dengan kolostrum dan keluar pada
hari kesatu sampai hari ketiga. Kolostrum ini sangat besar manfaatnya bagi
bayi, antara lain sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan meconeum dari susu bayi bagi makanan
yang akan datang,mengandung antibodi yang tinggi sehingga bayi terhindar dari
berbagai macam penyakit infeksi (Roesli, 2001).
c. Faktor-faktor yang meningkatkan
pengeluaran ASI
Menyusui dini akan
mempercepat pengeluaran ASI (Manuaba, 1998). Pengeluaran ASI dari alveoli
menuju ke sinus lactiferus selalu
dimulai dengan penghisapan oleh bayi yang merangsang produksi oxytocin oleh hipofise anterior dan pada akhirnya pengeluaran ASI bisa dipacu
tanpa adanya hisapan oleh bayi tetapi karena adanya faktor-faktor yang dapat
meningkatkan oxytocin. Selain itu,
menurut Roesli (2001) untuk menambah produksi pengeluaran ASI adalah dengan
merangsang bayi agar menghisap lebih lama dan lebih sering serta dengan
pengurutan payudara, sedangkan faktor lain yang berpengaruh pada peningkatan
pengeluaran ASI adalah berkaitan dengan oxytocin (let down refleks) adalah :
1) Ibu
melihat bayi
Naluri ibu bangkit bila melihat bayinya,
karena ibu pasti ingin menyentuh dan menyayangi bayinya. Hal ini akan
mengakibatkan hormon akan bekerja dan payudara siap menghisap.
2)
Ibu
memikirkan bayi dengan panuh kasih sayang
Saat memikirkan bayinya dengan kasih sayang, ini berpengaruh
pada reflect oxytocin.
3) Ibu
mencintai bayinya
Pada saat ibu mendengar bayinya menangis, dia
akan segera berfikir bayinya membutuhkan sesuatu dan ibu akan segera berusaha
memenuhi kebutuhan bayinya, apakah bayi tersebut lapar, haus dan sebagainya.
4) Ibu
mencium bayinya
Pada saat ibu mencium bayinya, sentuhan
langsung berupa pelukan dan belaian tersebut akan membuat bayi merasa senang. Refleks oxytocin juga akan bekerja.
5) Ibu
dalam keadaan tenang
6)
Peran serta ayah mejadi penting pula dalam menciptakan suasana aman dan nyaman
yang berpengaruh juga pada refleks
oxytocin.
d. Faktor-faktor yang menghambat pengeluran ASI
Faktor yang dapat menghambat pengeluaran
ASI dan refleks oxytocin (let down
refleks) sebagaimana dijelaskan oleh Roesli (2001) adalah :
1)
Ibu
dalam keadaan bingung, kacau, marah, sedih.
2)
Ibu
terlalu kuatir air susunya tidak cukup untuk kebutuhan bayinya.
3)
Rasa
sakit pada saat menyusui yang membuat ibu takut untuk menyusui
4) Perasaan
malu untuk menyusui
5)
Ayah
tidak mendukung dan kurang perhatian terhadap ibu dan bayinya
Menurut Soetjiningsih (1997), bila ada
stress dari ibu yang menyusui, maka akan terjadi suatu blokade dari let down refleks. Ini disebabkan oleh
karena adanya pelepasan pembuluh adrenalin
(epinefrin) yang menyebabkan vascontirctif
pembuluh darah alveoli, sehingga oxytocin sedikit sekali untuk dapat
mencapai targetorgan moepithelium.
Akibat dari tidak sempurnanya let down
refleks, maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli yang secara klinis payudara
tampak membesar. Payudara yang membesar dapat mengakibatkan rasa sakit dan
abses payudara sehingga dapat menyebabkan kegagalan untuk menyusui. Rasa sakit
ini akan merupakan stress lagi bagi ibu, sehingga stress akan bertambah karena let down refleks tidak sempurna, maka
bayi yang haus tidak puas. Ketidakpuasan ini akan merupakan tambahan stress
bagi ibunya. Bayi yang haus dan tidak puas ini akan berusaha untuk dapat air
susu yang cukup dengan menambah kuat hisapannya, sehingga tidak jarang dapat
menimbulkan luka pada putting susu dan hal ini akan dirasakan sakit oleh ibu
yang juga akan menambahkan stress ibu. Dengan demikian akan terbentuk satu
lingkaran setan yang tertutup (circulus
vitiosus) sebagai akibat kegagalan dalam menyusui.
e.
Cara
Pengeluaran ASI
Cara mengeluarkan ASI dapat dilakukan
dengan tangan yaitu dengan cara :
1) Cuci
tangan sampai bersih.
2) Siapkan
cangkir / gelas tertutup yang telah dicuci dengan air mendidih bila ASI
dikeluarkan untuk diminumkan pada bayi.
3)
Payudara
dimasage dengan kedua telapak tangan dari pangkal kearah areola mammae secara merata.
4)
Tekan/pijat
areola mammae ke arah dada dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk (ibu jari dibagian atas areola mammae dan jari telunjuk di bagian bawah).
5)
Bila
ASI belum keluar, ulangi tekan / pijat areola
mammae sampai beberapa kali. Pada mulanya ASI akan menetes dan bisa juga
memancarkan bila let down refleksnya
aktif (apabila ASI dikeluarkan untuk diminumkan pada bayi, tampung ASI dalam
tempat yang disesuaikan).
6)
Jangan
memijat atau menggerakkan garis sepanjang putting susu tidak dapat menyebabkan
nyeri dan pula dapat memeras ASI keluar (Soetjiningsih, 1997).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar