Menurut Neil
(2007, Hal.62&63), dalam rokok ada tiga zat yang membahayakan janin, karbon
monoksida, sianida dan nikotin. Karbon monoksida bercampur dengan haemoglobin
dalam darah, akibatnya jumlah oksigen yang tersedia bagi bayi berkurang.
Sianida adalah zat racun, dan jika bercampur dengan makanan bisa mengurangi
jumlah gizi bagi janin. Untuk melepaskan sianida, tubuh membutuhkan banyak
vitamin B12. Nikotin mengurangi pernapasan fetus, dan juga menyebabkan
kontraksi pembuluh arteri pada plasenta dan tali pusat, hingga mengurangi
jumlah oksigen yang sampai ke janin, jantung fetus berdetak lebih kuat untuk
memenuhi kebutuhan oksigen pada tubuhnya. Kurangnya oksigen dan makanan bergizi
inilah yang menyebabkan cacat pada janin.
Pengaruh
rokok pada janin dapat ditunjukkan dengan gambar pengukuran panas
(thermograph). Ketika ibu hamil merokok, plasenta tampak dingin saat pembuluh
darah mengerut dan aliran darah berkurang. Secara bersamaan, jantung janin
berdetak lebih cepat saat nikotin mulai masuk.
Merokok pada
kehamilan dapat mengakibatkan bayi lahir prematur, lebih kecil, dan lebih
ringan, dibanding bayi dari wanita yang bukan perokok. Rata-rata perokok berat
melahirkan bayi 200 gram lebih ringan dari pada yang dilahirkan wanita bukan
perokok. Perokok berat bisa terancam keguguran. Pengaruh buruk kebiasaan
merokok selama kehamilan berlangsung dalam jangka panjang. Studi menunjukkan
bahwa pada usia 11 tahun, anak-anak yang dilahirkan dari ibu perokok di masa
hamil, rara-rata lebih pendek dan kurang pintar dibanding yang tidak (Neil,
2007. hal. 63).
Pengaruh
Perokok Pasif Pada Kehamilan
Menurut Neil
(2007, hal.28) rokok bagi pria terutama para perokok berat dapat mengurangi
kesuburan dan menyebabkan kerusakan pada sperma. Tidak berarti orang yang tidak
merokok luput dari bahaya tersebut. Karena para perokok pasif memiliki resiko
yang sama. Maka ibu hamil sebaiknya sebisa mungkin menghindari lingkungan
berasap rokok. Merokok pasif juga mungkin menjadi suatu bahaya bagi perempuan
yang secara teratur terpapar asap rokok di tempat kerja atau rumah. Asap rokok
di lingkungan dianggap sebagai karsinogen dan telah terbukti menaikkan risiko
kanker pada orang-orang yang tidak merokok. Suatu analisis tentang akibat
paparan asap rokok secara pasif pada kehamilan dan pada 3.000 perempuan
menemukan paparan tersebut berkaitan dengan pertumbuhan janin yang buruk, dan
paparan yang sangat tinggi berkaitan dengan lebih tingginya kematian janin dan
lahir prematur serta berat lahir rendah (Walker, Humphiries, 2012, hal.112).
Karbonmonoksida
yang bercampur dengan haemoglobin dalam darah dapat mengakibatkan jumlah
oksigen yang tersedia bagi bayi berkurang. Sianida adalah zat beracun, dan jika
bercampur dengan makanan bisa mengurangi jumlah gizi bagi janin. Untuk
melepaskan sianida, tubuh membutuhkan banyak vitamin B12. Nikotin mengurangi
pernafasan pada fetus dan juga menyebabkan kontraksi pembuluh arteri pada
plasenta dan tali pusat sehingga mengurangi jumlah oksigen yang sampai ke
janin. Kekurangan oksigen dan nutrisi inilah yang menyebabkan cacat, apnea
(lumpuhnya pernafasan), BBLR sampai kematian janin ( Rukiah, 2013, hal. 92).
Sumber
- Aditama, T.Y. (2011). Rokok dan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
- Jaya, M. (2009). Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Samarinda : Riz’ma. Krisnadi, Effendi, Pribadi. (2009). Bahaya rokok dalam kehidupan. Yogyakarta :
- Armico Neil, Rose, W. (2007). Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta : Dian Rakyat.
- Prawirohardjo, P. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
- Ramadhan, N. (2011). Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Badan Layanan Umum Daerah RSU Meuraxa Banda Aceh. Banda Aceh : Stikes ubudiyah. Vol. 1,No. 2, Maret 2012.
- Ruparidah, A. (2011). Pengaruh Perokok Pasif Terhadap Plasenta, Berat Badan Lahir, Apgar Score Bayi Baru Lahir Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2011. Program Studi Ilmu Biomedik : Universitas Andalas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar