Selasa, 31 Mei 2011

HIPERTENSI

A.      DEFINISI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg ( Smith Tom, 1995 ).
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000 : 144).
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001 : 453).
Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer arterior (Mansjoer, 2000 : 144).
B.      ETIOLOGI
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1.      Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
2.      Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3.      Stress Lingkungan
4.      Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1.      Hipertensi Esensial (Primer). Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2.      Hipertensi Sekunder. Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
C.      PATOFISIOLOGI
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.
D.      MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.
E.      KOMPLIKASI
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan Laborat
a.       Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b.      BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c.       Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d.      Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
2.      CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3.      EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4.      IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
5.      Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.
G.      PENATALAKSANAAN
a.       Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a.       Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b.      Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b.      Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a.       Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b.      Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c.       Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d.      Tidak menimbulakn intoleransi.
e.       Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f.        Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
FOKUS PENGKAJIAN

A.      IDENTITAS KLIEN
Nama:
Tempet/tanggal lahir:
Usia:
Agama:
Suku:
Status perkawinan:
Pendidikan:
Pekerjaan :
Bahasa yang digunakan:
Alamat:
Dx medik;
B.      IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama:
Alamat:
Hubungan dengan klien:
C.      RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita:
Kebiasaan buruk:
Penyakit keturunan:
Operasi:
Alergi:
D.      RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Alas an masuk:
Tindakan/terapi yang sudah diterima:
Keluhan utama:
E.      PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN
1.      Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menjaga kesehatan?
Bagaimana cara menjaga kesehatan?
Saat  sakit
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2.      Nutrisi metabolik
Sebelum sakit:
Apakah sering mengkonsumsi makanan berkolesterol seperti  daging?
Kebiasaan makan/minum sehari-hari?
Saat sakit:
Apakah klien merasa mual/muntah?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum; frekuensi , porsi, jenis, voleme?
3.      Eliminasi
Sebelum sakit:
Apakah BAB/BAK teratur;frekuensi,warna,konsistensi,keluhan nyeri?
Saat sakit:
Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
4.      Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit:
Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Apakah mengalami kelelahan saat aktifvitas?
Apakah mengalami sesak nafas saat beraktivitas?
Saat sakit:
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (penkes, sebagian, tatal)?
Apakah pada saat beraktivitas; sesak, palpitasi, kelemahan, cepat lelah?
5.      Tidur dan istirahat
sebelum sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
Saat sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6.      Kognitif dan persepsi sensori
Sebelum sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Saat sakit:
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Keluhan gangguan pancaindera?
7.      Persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menggambarkan dirinya?
Saat sakit:
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
8.      Peran dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit:
Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
Saat sakit:
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, n dokter)?
Apakah merasa pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9.      Reproduksi dan seksualitas
Sebelum sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
Saat sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
10.  Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Sebelum sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
Saat sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11.  Nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit:
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
Saat sakit:
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang dianut?
F.      PEMERIKSAAN FISIK
1.      Keadaan umum
Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis
Tampak sakit ringan: bedrest, terpasang infus
Tampak sakit sedang: bedrest, lemah, terpasang infus, alat medis
Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma
2.      Kesadaran
Kuantitatif:
Mata :
Spontan(4)
Atas permintaan(3)
Rangsang nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Verbal:
Orientasi baik(5)
Jawaban kacau(4)
Kata-kata sepatah(3)
Merintis/mengerang(2)
Tidak bersuara(1)
Motorik:
Menurut perintah(6)
Reaksi setempat(5)
Menghindar(4)
Fleksi abnormal(3)
Ekstensi nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Kualitatif: compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporcoma, coma?
3.      Tanda vital?
T: hipertermi?
N: cepat, tidak teratur, frekuensi, irama, volume?
RR: cepat, irama, jenis, frekuensi,
TD:?
SPO:?
4.      Pemeriksaan sistemik
Torak/jantung:
Inspeksi?
Palpasi?
Perkusi?
Auskultasi ?
G.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Laboratorium darah lengkap?
2.      Kreatinin/BUN?
3.      EKG?
H.      TERAPI
Terapi yang didapat: nama oabat, dosis, waktu, rute, indikasi?
I.      DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1)      Penurunan cardiak output berhubungan dengan heart rate, peningkatan after load, vasikonstriksi
Intervensi:
1.      Monitor TTV;TD,N,RR
      R/mengetahui keadaan klien
2.      Monitor bunyi napas, bunyi jantung
      R/mengetahui perubaha napas /bunyi jantung
3.      Monitor edema
      R/mengetahui keadaan klien
4.      Batasi sodium sesuai program
      R/menghindari penimbunan cairan
5.      Anjurkan untuk bedrest
      R/mempercepat pemulihan kondisi
6.      Beri posisi semifowler
      R/memenuhi kebutuhan oksigen
7.      Kolaborasi/lanjutkan program EKG
      R/mengetahui kelainan jantung
8.      Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
      R/mencukupi kebutuhan oksigen
9.      Kolaborasi/lanjutkan terapi obat
      R/mempercepat proses penyembuhan
2)      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada
Intervensi:
1.      Monitor TTV;TD,N,RR
R/mengetahui keadaan klien
2.      Monitor kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klie
3.      Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
4.      Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5.      Bantu aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja klien
6.      Beri cukup nutrisi sesuai dngan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
7.      Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
3)      Perfusi jaringan serebral/ferifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri terhamba
Interensi:
1.      Monitor TTV;TD,N,RR
            R/mengetahui keadaan klien
2.      Monitor capiler refill
            R/mengetahui status keadaan klien
3.      Monitor kemampuan aktivitas klien
            R/mengetahui kemampuan klie
4.      Anjurkan untuk bedrest
            R/mempercepat pemulihan kondisi
5.      Beri posisi semifowler
            R/memenuhi kebutuhan oksigen
6.      Bantu aktivitas klien secara bertahap
            R/mengurangi beban kerja klien
7.      Cegah fleksi tungkai
            R/menghindari penurunan staus kesadaran klien
8.      Beri cukup nutrisi sesuai dngan diet
            R/mempercepat pemulihan kondisi
9.      Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
            R/mencukupi kebutuhan oksigen
10.  Kolaborasi/lanjutkan therapi trasfusi
            R/mempercepat pemulihan kondisi klien
11.  Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara
            R/mempercepat proses penyembuhan
4)      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Intervensi:  
1.      Monitor TTV;TD,N,RR
            R/mengetahui keadaan klien
2.      Monitor kemampuan aktivitas klien
            R/mengetahui kemampuan klie
3.      Anjurkan untuk bedrest
            R/mempercepat pemulihan kondisi
4.      Beri posisi semifowler
            R/memenuhi kebutuhan oksigen
5.      Bantu aktivitas klien secara bertahap
            R/mengurangi bebar kerja klien
6.      Beri cukup nutrisi sesuai dngan diet
            R/mempercepat pemulihan kondisi
7.      Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
            R/mencukupi kebutuhan oksigen

Tidak ada komentar: