Senin, 04 Juli 2011

MORBILI

BAB I
PENDAHULUAN
           A.      LATAR BELAKANG
Morbilli terdapat endemis sebagian besar di dunia, seperti muncul di kota-kota besar dengan interval 2-4 tahun pada saat kelompok anak-anak baru yang rentan terpapar penyakit tersebut. Penyakit ini sangat menular kira-kira 90% dari anak-anak yang rentan terhadap keluarga akan mendapatkan penyakit ini. Sebelum pemberian vaksin campak, usia puncak insiden penyakit ini, adalah umur 5-10 tahun, kebanyakan orang dewasa telah memiliki kekebalan terhadap penyakit ini. Selama berlangsungnya epidermi cara penularan melalui udara merupakan cara penyebaran yang paling sering terjadi walaupun kontak langsung dan penularan melalui hamburan droplet merupakan cara terpenting terjadinya infeksi silang.
 Bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta samapi umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan berkurang sehingga bayi dapat menderita morbili. Bila ibu belum pernah menderita morbili maka bayi yang dilahirkan tidah mempunyai kekebalan terhadap morbili dan dapat menderita morbili setelah dilahirkan. Bila seorang wanita hamil menderita morbili ketika umur kehamilan 1 atau 2 bulanmaka 50% kemungkinan akan mengalami keguguran. Bila menderita morbili pada trimester pertama ke 2 atau ke 3 maka kemungkinan bayi yang lahir menderita cacat atau bayi dengan berat lahir rendah atau kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun
           B.      TUJUAN
1.      Tujuan Umum: Untuk mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan  morbili dan mempraktekannya di dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Tujuan Khusus: Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan morbili, Penulis mampu:
a.       Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada morbili
b.      Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan morbili
c.       Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan morbili
d.      Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan morbili
e.        Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan morbili
BAB II
PEMBAHASAN
           A.      Pengaturan Suhu Tubuh
Karena peningkatan suhu tubuh pada anak sangat berpengaruh terhadap fisiologis organ tubuhnya, karena luas permukaan tubuh relatif kecil dibandingkan pada orang dewasa, menyebabkan ketidakseimbangan organ tubuhnya. Peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan nafsu makan sehingga asupan gizi berkurang termasuk kejang yang mengancam kelangsungan hidupnya, lebih lanjut dapat mengakibatkan terganggunya proses tumbuh kembang anak.
Fakror Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
1.      Kecepatan metabolisme basal: Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2.      Rangsangan saraf simpatis: Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
3.      Hormone pertumbuhan: Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4.      Hormone tiroid: Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% di atas normal.
5.      Hormone kelamin: Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormon progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
           B.      Struktur Kulit
1.      Lapisan Kulit: Kulit merupakan bagian permukaan luar dari tubuh kita. Oleh sebab itu, kulit sering berinteraksi dengan lingkungan. Jika kita perhatikan pada permukaan kulit akan kita temukan rambut-rambut lembut yang muncul dari pori-pori.
a.       Epidermis (Kutilkula) Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain seperti berikut:
1)      Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk. Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami pengelupasansecara perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang baru.
2)      Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini, maka warna kulit akan menjadi semakin gelap. Selain memberikan warna pada kulit, melanin ini juga berfungsi untuk melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet matahari yang dapat membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam jumlah yang tepat sinar ultraviolet ini bermanfaat untuk mengubah lemak tertentu di kulit menjadi vitamin D, tetapi dalam jumlah yang berlebihan sangat berbahaya bagi kulit. Kadang-kadang seseorang menghindari sinar matahari di siang hari yang terik, karena ingin menghindari sinar ultraviolet ini. Hal ini disebabkan karena ternyata sinar ultraviolet ini dapat membuat kulit semakin hitam. Berdasarkan riset, sinar ultraviolet dapat merangsang pembentukan melanosit menjadi lebih banyak untuk tujuan perlindungan terhadap kulit. Sedangkan jika kita lihat seseorang mempunyai kulit kuning langsat, ini disebabkan orang tersebut memiliki pigmen karoten.
3)      Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin. Lapisan ini terdiri atas sel-sel hidup dan terletak pada bagian paling bawah dari jaringan epidermis. d) Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya membelah ke arah luar untuk membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel yang baru terbentuk akan mendorong sel-sel yang ada di atasnya selanjutnya sel ini juga akan didorong dari bawah oleh sel yang lebih baru lagi. Pada saat yang sama sel-sel lapisan paling luar mengelupas dan gugur.
Epidermis Terbagi atas 4 lapisan:
1)      Lapisan basal / stratum germinativum
a)      Terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis.
b)      Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade.
c)      Lapisan terbawah dari epidermis.
d)      Terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang membentuk melanin( melindungi kulit dari sinar matahari.
2)      Lapisan Malpighi/ stratum spinosum.
a)      Lapisan epidermis yang paling tebal.
b)      Terdiri dari sel polygonal
c)      Sel – sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri.
3)      Lapisan  Granular / stratum Granulosum: Terdiri dari butir – butir granul keratohialin yang basofilik.
4)      Lapisan tanduk / korneum: Terdiri dari 20 – 25 lapis sel tanduk tanpa inti.
b.      Dermis (Kulit Jangat): Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut. Folikel rambut dan struktur sekitarnya.
1)      Akar Rambut: Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila rambut dicabut.
2)      Pembuluh Darah: Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat tumbuh.
3)      Kelenjar Minyak (glandula sebasea) Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut. Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.
4)      Kelenjar Keringat (glandula sudorifera): Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki.
5)      Serabut Saraf: Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya. Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang memiliki bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat memikat lawan jenis.
2.      Kelenjar-kelenjar Pada Kulit
a.       Kelenjar Sebasea: berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.
b.      Kelenjar keringat diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
1)      Kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit: Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh. Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik. Pengekuaran keringat oada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll.
2)      Kelenjar Apokrin: Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm, uara pada folkel rambut. Kelenjar ininaktif pada masa pubertas, pada wanita akan membesar dan berkurang pada sklus haid.
c.       Apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bakteri menghasilkan bau khas pada aksila. Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut K. seruminosa yang menghasilkan serumen (wax).
           C.      Fungsi dan Jenis Kulit
1.      Fungsi kulit secara umum:
a.       Kulit merupakan organ ekskresi tempat pengeluaran keringat. Bagian dari kulit yang berfungsi untuk hal ini adalah kelenjar keringat. Pernahkah Anda berpikir, mengapa pada saat udara panas kita banyak mengeluarkan keringat? Ternyata hal itu terkait dengan fungsinya, yaitu sebagai pengatur suhu tubuh. Keringat yang dikeluarkan dapat menyerap panas tubuh, untuk mempertahankan panas tubuh agar stabil. Pangkal dari kelenjar keringat terletak berdekatan dengan kapiler darah. Air dan garam mineral yang berada pada kapiler darah akan diserap oleh kelenjar keringat, dan dikeluarkan dalam bentuk keringat.
b.      Melindungi Tubuh dari Panas, Kuman, dan Gesekan Dari Luar
Kulit bagaikan benteng yang dikelilingi penuh dengan musuh yang selalusiap menerobos masuk jika ada bagian dari benteng tersebut yang terbuka. Musuh tersebut adalah kuman. Apabila kuman-kuman ini dapat masuk kedalam tubuh dan ikut dalam peredaran darah maka akan membahayakan tubuh. Misalnya Staphylococcus aerus dapat menyebabkan berbagai macam penyakit antara lain jerawat, bisul sampai, infeksi paru-paru.
c.       Mengatur Suhu Tubuh: Kulit dapat mendinginkan dan menghangatkan tubuh. Coba Anda perhatikan kulit Anda ketika suhu udara terlalu dingin atau panas! Bagaimana keadaannya? Pada saat udara dingin maka pembuluh darah kulit akan menutup sehingga darah tidak mengalir ke sana akibatnya kulit kelihatan pucat. Kondisi ini bertujuan untuk membantu agar panas tubuh
tidak mudah hilang sehingga darah dapat terlindungi. Dalam kondisi ini, kelenjar keringat pun akan tertutup rapat untuk mencegah pembetukan keringat. Adapun pada keadaan suhu tubuh meningkat, maka ujung-ujung saraf pada kulit akan membuka, akibatnya banyak darah mengalir ke kulit dengan tujuan untuk didinginkan oleh udara di sekitarnya. Itulah sebabnya seseorang tampak memerah pada saat kepanasan.
d.      Mengatur Pengeluaran Air: Kulit dapat mengontrol kehilangan air dari dalam tubuh, karena jika tubuh kehilangan air secara berlebihan maka akan membahayakan tubuh. Kadang-kadang ditemukan seseorang mengalami pingsan setelah mengikuti upacara bendera di terik panas matahari. Hal ini disebabkan karena pengeluaran keringat yang berlebihan sehingga mengakibatkan kondisi yang disebut “lapar garam”.
2.      Jenis-jenis kulit
a.       Kulit Kering: Kulit kering biasanya dimiliki oleh mereka yang memiliki bakat alergi. Dengan gejala yang sering tampak adalah: kulit tampak kusam karena sering mengalami dehidrasi kulit; jika digores akan tampak bekas putih yang menandakan kulit bersisik; terkadang pada sebagian orang akan terlihat ada belang putih dan coklat; serta cepat timbul garis-garis keriput.
b.      Kulit Berminyak: Jenis kulit ini biasanya memiliki pori-pori kulit yang besar-besar seperti kulit jeruk. Sehingga minyak kulit kita menjadi mudah keluar. Membuat kulit kelihatan lengket dan riasan mudah luntur. Jika kulit tidak senantiasa bersih, maka akan menimbulkan jerawat. Gejala yang dapat dikenali adalah : kulit terasa sangat lengket; tampak begitu berminyak; adanya banyak komedo (bisa sampai menghitam); timbul jerawat bernanah sebagai akibat jerawat sering dipencet; serta nampak noda kecoklatan di dalam kulit akibat pigmen yang tertimbun di lapisan kulit jangat.
c.       Kulit Kombinasi: Secara umum dapat dilihat bahwa jenis kulit ini tampaknya lembut dan tidak keriput. Namun di daerah T, yaitu sekitar dahi-hidung-dagu akan terlihat sedikit berminyak. Terkadang muncul jerawat atau komedo yang berupa bintil putih di dagu dan bintil hitam di hidung. Pori-pori juga agak besar.
d.      Kulit Sensitif: Jenis kulit ini sangat peka terhadap rangsangan faktor luar. Misalnya perubahan cuaca bisa mengakibatkan kulitnya pecah-pecah, memerah dan perih. Kesalahan penggunaan kosmetik akan memperparah kondisi kulit tersebut. Biasanya jenis kulit ini memang telah memiliki riwayat alergi.
e.       Kulit Normal: Merupakan dambaan setiap orang memiliki jenis kulit normal dan tidak bermasalah. Keadaan kulit dengan jenis ini sangat ideal, tidak terlalu kering dan tidak terlalu berminyak pula. Pori-porinya halus, tampak begitu lembut dan kenyal. 
MORBILI
           A.      DEFINISI
Morbili adalah infeksi virus akut yang sangat menular, ditandai dengan demam, lemas, batuk, peradangan selaput mata (konjungtivitis) dan bintik merah di kulit (ruam). Cakmoki, (2007).
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000).
           B.      ETIOLOGI
Menurut Cakmoki (2007) penyebabnya virus morbili (paramiksovirus).
Virus ini terdapat dalam darah dan sekret (cairan) nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal (prodromal) hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir. Morbili dapat disebarkan melalui kontak langsung melalui sekresi hidung orang yang terinfeksi atau  dapat juga melalui udara (Anonim, 2005).
           C.      STADIUM
Menurut Cakmoki (2007) dan Mayoclicic (2007) penyakit morbili mempunyai masa tunas (inkubasi) berkisar sekitar 12-14 hari, referensi lain menyebutkan 10-20 hari.Ada 3 stadium morbili:
1.      Stadium awal (prodromal): Pada umumnya berlangsung sekitar 4-5 hari, ditandai dengan: panas, lemas (malaise), nyeri otot, batuk, pilek, mata merah, fotofobia (takut cahaya), diare karena adanya peradangan saluran pernapasan dan pencernaan. Pada stadium ini, gejalanya mirip influenza. Namun diagnosa kearah Morbili dapat dibuat bila terdapat bercak sebesar ujung jarum (bercak koplik) di dinding pipi bagian dalam (mukosa bukalis) dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam 2 minggu terakhir.
2.      Stadium timbulnya bercak (erupsi): Terjadi sekitar 2-3 hari setelah stadium awal. Ditandai dengan: demam meningkat, bercak merah menyebar ke seluruh tubuh, disertai rasa gatal. Selanjutnya gejala tersebut akan menghilang sekitar hari ketiga.
Kadang disertai diare dan muntah.
3.      Stadium masa penyembuhan (konvalesen): Pada stadium ini, gejala-gejala di atas berangsur menghilang. Suhu tubuh menjadi normal, kecuali ada komplikasi. Perawatan pasien dengan morbili ditidur di kamar yang dingin tanpa penerangan yang terlalu terang. Pengobatan bertujuan untuk mengurangi batuk dan mengurangi /menurunkan suhu tubuh dan jika dianggap perlu saja (Pillinger, 2005)
           D.      TANDA DAN GEJALA
1.      Demam, Pasien harus diberi pakaian yang tipis supaya memberikan kenyamanan yang maksimum. Asetaminofen atau aspirin dalam dosis 10 mg per kg setiap 4-6 jam direkomendasikan untuk terapi ketidaknyaman yang menyertai demam.
2.      Batuk. Kelembaban yang dihasilkan dari alat penguap mungkin membantu. Bilamana batuk mengganggu aktivitas tidur atau merupakan gangguan utama maka dapat digunakan kodein fosfat dalam dosis 0,2 mg per kg setiap 4 jam.
3.      Kongesti. Dekongestan per oral dengan atau tanpa antihistamin mungkin memberikan sejumlah keringanan.
4.      Konjungtivitis. Lampu ruangan yang dikecilkan dapat memberikan kenyamanan. Penggunaan air mata buatan dan kompres mata dingin memberikan perbaikan simtomatis.
5.      Pruritus. Kompres dngin memberikan perbaikan simtomatis. Antihistamin per oral dapat membantu secara khusus karena efek sedtifnya.
6.      Diare. Direkomendasikan diet lunak aau benar-benar cair yang dibeikan 3-4 jam sekali. Campuran kaolin dan pectin mungkin sedikit memberikan perbaikan.
            E.      PATOFISIOLOGI
Menurut Frimansyah (2007) penyakit campak yang dalam bahasa asing disebut measles, disebabkan oleh virus campak atau morbili. Virus ini terdapat di udara bebas. Bila masuk ke dalam tubuh anak, terutama yang daya tahan tubuhnya sedang lemah, maka sangat mungkin ia terjangkit campak. Sebaiknya jika ada satu orang anak terkena campak, maka anak lain dianjurkan untuk tidak berdekatan dengannya. Virusnya yang keluar melalui napas atau semburan ludah (droplet) bisa terisap lewat hidung atau mulut dan akan menulari anak lain. Morbili sebagai rekasi terhadap virus maka akan terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lender nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997).
Morbili adalah penyakit infeksi virus menular yang menyebabkan gejala ringan seperti nyeri sendi dan sebuah ruam. Penularannya terutama karena menghirup butiran halus air ludah (droplet) yang dibatukkan oleh penderita. Itulah mengapa, kontak yang dekat dengan penderita bisa menyebabkan penularan. Penderita bisa menularkan penyakit mulai satu minggu sebelum muncul ruam sampai satu minggu sesudah ruam menghilang (Uttiek, 2007). Morbili menular melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup percikan ludah (droplet) penderita morbili. Artinya, seseorang dapat tertular Campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau di mana saja. Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: bayi berumur lebih dari 1 tahun bayi yang tidak mendapatkan imunisasi remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua (Cakmoki, 2007). Morbili dapat terjadi pada semua kelompok umur terutama anak-anak, dan morbili ini dapat terjadi sejak lahir karena adanya infeksi janin saat kehamilan (Wikipedia, 2006)
Menurut Cakmoki (2007) untuk mendiagnosa penyakit morbili ini dapat dilakukan secara klinis, yakni berdasarkan riwayat timbulnya penyakit (anamnesa) dan pemeriksaan fisik (physic diagnostic) dan pemeriksaan Penunjang, antara lain: pemeriksaan darah, serologis dan biakan virus (mahal). Komplikasi dari morbili adalah diare yang serius, pneumonia, encephalitis (subakut sclerosing panencephalitis) bahkan kematian (Wikipedia, 2007). Morbili juga dapat mengakibatkan terjadinya bronchitis dan Otitis media jika tidak ditangani dengan benar (Voorhees, 2006)

            F.      KOMPLIKASI
1.      Otitis Media: Otitis media mungkin merupakan komplikasi sekunder tersering dan harus diterap sesuai dengan bakteri pathogen yang diduga.
2.      Pneumonia: Pneumonia suatu komplikasi kedua yang terlazim tetapi penyebab kematian utama bagi pasien morbili.
3.      Mastoiditis: Baik etiologi maupun terapi antibiotika serupa dengan otitis media. Kadang-kadang diperlukan drainase bedah
4.      Adenitis Servikalis: Pembesaran kelejr limfe servikalis sering menyertai penyakit virus. Jika adenitis servikalis bermakna menetap lama atau kelenjar limfe membesar menggambarkan etiologi bakteri, aspirasi kelenjar limfe yang terinfeksi harus dipertimbangkan.
5.      Laringotrkeobronkitis: Biasanya disebabkan oleh proses penyakit alamiah dari virus morbili dan paling baik diterapi dengan pelembaban yang adekuat.
6.      Sinusitis: mungkin diduga pada orang dengan purulenta persisten, batuk, atau nyeri kepala. Terapi sama dengan otitis media akuta.
7.      Ensafalitis: suatu komplikasi yang jarang terjadi pada kira-kira 1-2 kasus per 1000.
8.      Tuberkulosis: virus morbili dapat mengreaktivasi tuberculosis yang dorman dan membuat pasien alergi mendapat tes kulit TB yang biasa. Terapi tuberculosis yang sesuai harus dipakai jika timbul kemungkinan itu.
9.      Purpura: timbul 3-15 hri setelah dimulainya rash dan mungkin menyertai hitung trobosit yang rendah atau normal. Terapi salsilat harus dhentikan jika timbul komplikasi ini.
10.  Miokarditis: mungkin timbul pada sebanyak 20 % pasien, tetapi jarang menimbulkan gejala-gejala. Payah jantung kongestif harus diterapi dengan terapi yang tepat.
11.  Pneumomedistinum: dengan emfisema subkutan, ulkus korne, pneumonia sel delta. Keadaan-keadaan tersebut jarang terjadi.
           G.      PENCEGAHAN
Dengan morbiditas morbili yang telah diketahui, pencegahan menjadi tujuan utama dan terpilih. Vaksin morbili hidup yang telah dilemahkan (Attenuvax) harus diberikan pada usia 15 bulan untuk perlindungan maksimum. Idealnya dikombinasikan dengan vaksin untuk parotitis epideika dan rubella (M-M-R II)
Yang Divaksinasi:
1.      Anak sehat di atas umur 15 bulan
2.      Bayi-bayi diimunisasi sebelum umur 1 tahun
3.      Yang diberikan bersamaan gama globulin dan vaksin morbili hidup diberikan secara bersamaan.
4.      Orang-orang yang sebelumnya telah diimunisasi dengan vaksin virus mati.
5.      Orang-orang yang tinggal di derah endemic morbili yang tinggi dapat menerima vaksin pada umur 6 bulan dan divaksinasi ulang pada umur 15 bulan.
Kontraindikasi vaksin hidup:
1.      Pasien-pasien imunokompromis (keganasan generalisata, cacat sel T, yang mendapat terapi imunosipresi).
2.      Orang-orang dengan kemungkinan Tuberkulosis.
3.      Wanita hamil.
4.      Pasien-pasien yang alergi terhadap neomisin (Attenuvax atau M-M-R II).
5.      Pasien-pasien yang telah mendapatkan darah lengkap,plasma, atau gama globulin dalam 8 minggu sebelum diberikan vaksin. Efek samping mungkin terlihat pada 7 sampai 10 hari setelah pemberian vaksin hidup yang terdiri dari rash, demam atau keuanya dan yang lebih berat disertai malaise, demama, limfadenopayi setempat, eritema setempat dan indurasi, bisa terjadi pada orang-orang yang sebelumnya diimunisasi dengan vaksin mati.
           H.      IMUNISASI
1.      Imunusasi aktif: Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
2.      Imunusasi pasif: Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.
              I.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.
2.      Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel yang khas.
3.      Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.
             J.      PENATALAKSANAAN
Morbili merupakan suatu penyakit self – limiting, sehingga pengobatannya hanya bersifat symtomatik, yaitu:
1.      Memperbaiki keadaan umum
2.      Antipiretika bila suhu tinggi
3.      Seldativum
4.      Obat batuk
5.      Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis, yaitu: Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari dan Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu
6.      Gizi Yang Tepat Pada Klien Morbili: Penyakit morbili menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering mengeluh mulutnya pahit sehingga tidak mau makan/ minum. Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak . keadaan ini jika tidak diperhatikan atau tidak diusahakan agar anak mau makan dan minumakan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi . selama anorexia usahakan agar cairan dapat masuk lebih banyak dengan memberikan banyak minum, dapat diberikan sari buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air seperi jeruk atau yang lainya yang anak sukai.
7.      Berikan makanan lunak  misalnya bubur, jika suhu sudah turun nafsu makan mulai timbulanak berikan makan TKTP.

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit, Jakarta: EGC
 Richard. 1992.  Ilmu kesehatan anak, Edisi 12, 1992. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar: