Minggu, 03 Juli 2011

SEPTIC TANK

     A.      DEFINISI
Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan ekskreta untuk kelompok kecil yaitu rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat (Chandra, 2007).
Septic tank merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya yang  mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas (Entjang, 2000).
Septic tank merupakan tempat pembuangan kotoran atau limbah yang tidak merugikan kesehatan.
     B.      MANFAAT
Menghindari terjadinya kerusakan lingkuangan seperti tanah, air, dan udara
Menghindari terjadinya berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri
     C.      HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
1.      Keadaan tanah: Pembangunan septic tank juga perlu memperhatikan keadaan tanah, pada kondisi tanah yang terlalu lembab dalam jangka waktu yang lama, maka tanah tersebut tidak sesuai untuk lokasi septic tank. Pada tingkat tertentu kelembaban tanah sangat mendukung kehidupan manusia, tetapi pada tingkat kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menimbulkan permasalahan bagi manusia (Asdak, 2004).
2.      Kelembaban tanah: Kelembaban tanah perlu diperhatikan karena berdasarkan beberapa studi disimpulkan bahwa air tanah juga tidak luput dari pencemaran. Bahan pencemar dapat mencapai aquifer air tanah melalui berbagai sumber diantaranya meresapnya bakteri dan virus melalui septic tank (Soegianto, 2005).
3.      Kondisi tanah: Pada kondisi tanah kering, gerakan bahan kimia dan bakteri relatif sedikit, dengan gerakan ke samping praktis tidak terjadi. Dengan pencucian yang berlebihan (tidak biasa terjadi pada jamban dan septic tank) perembesan ke bawah secara vertikal hanya sekitar 3 M. Apabila tidak terjadi kontaminasi air tanah, praktis tidak ada bahaya kontaminasi sumber air (Soeparman, 2002:49).
4.      Jarak aman: Jarak aman sekitar 15 meter dari sumur. Penting untuk diketahui harus sama tinggi dengan air bersih atau tidak boleh lebih tinggi dari air bersih kerana dapat terjadi pencemaran air bersih. Selain itu, tingkat kemiringan, tinggi permukaan air tanah, serta permeabilitas tanah juga harus diperhatikan.
     D.      DESAIN SEPTIC TANK
a.       Pipa ventilasi. Pipa ventilasi secara fungsi dan teknis dapat dijelaskan sebagai berikut: Mikroorganisme dapat terjamin kelangsungan hidupnya dengan adanya pipa ventilasi ini, karena oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya dapat masuk ke dalam bak pembusuk, selain itu juga berguna untuk mengalirkan gas yang terjadi karena adanya proses pembusukan. Untuk menghindari bau gas dari septick tank maka sebaiknya pipa pelepas dipasang lebih tinggi agar bau gas dapat langsung terlepas di udara bebas (Daryanto, 2005). Panjang pipa ventilasi 2 meter dengan diameter pipa 175 mm dan pada lubang hawanya diberi kawat kasa (Machfoedz, 2004).
b.      Dinding septic tank: Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen (Machfoedz,2004). Dinding septic tank harus dibuat rapat air (Daryanto, 2005). Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama (Chandra, 2007).
c.       Pipa penghubung: Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air (Chandra, 2007). Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15 cm (Daryanto, 2005)
d.      Tutup septic tank: Tepi atas dari tutup septic tank harus terletak paling sedikit 0,3 meter di bawah permukaan tanah halaman, agar keadaan temperatur di dalam septic tank selalu hangat dan konstan sehingga kelangsungan hidup bakteri dapat lebih terjamin (Daryanto,2005). Tutup septic tank harus terbuat dari beton (kedap air) (Machfoedz, 2004).
      E.      CARA KERJA
Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, sebagai tempat tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses (Notoatmodjo, 2003):
a.       Proses kimiawi: Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70%) zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut. lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.
b.      Proses biologis: Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik dalam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.


DAFTAR PUSTAKA
Chandra. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: EGC
Daryanto. 2005. Kumpulan Gambar Teknik Bangunan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar), Jakarta: Rineka Cipta
Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair (Suatu Pengantar), Jakarta: EGC

Tidak ada komentar: