Senin, 05 Desember 2011

MENCEGAH PENYAKIT DEMENSIA-ALZHEIMER

Cara yang paling efektif mencegah alzheimer tentu saja menghindar dari faktor-faktor penyebabnya, meski hal ini tak mudah dipraktikkan, apalagi dengan faktor usia. Walau demikian, berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan klinis, penyakit alzheimer terbukti dapat dicegah dan ditunda melalui pendekatan preventif yang terintegrasi dan terpadu. Pendekatan tersebut setidaknya mencakup empat pilar program, yaitu diet dengan rendah lemak, konsumsi nutrien spesifik untuk otak, meditasi, serta olahraga dan latihan untuk otak.
1.Kurangi Konsumsi Lemak: Diet dengan membatasi total kalori serta konsumsi lemak sebesar 15-20% dapat membantu mencegah DA. Efek negatif konsumsi lemak tinggi adalah menyebabkan terciptanya plak aterosklerosis, berkembangnya penyakit-penyakit kardiovaskuler, arteri koronari, dan cerebrovaskuler. Konsumsi ikan yang kaya asam lemak omega 3 dokosaheksaenoat (DHA), seperti ikan tuna dan salmon, dapat mengurangi penurunan kinerja kognitif pada orang-orang tua. Di otak, DHA berperan dalam mengatur fluiditas dan permeabilitas membran sel, menjaga aktivitas enzim-enzim yang terikat membran dan kinerja neurotransmiter (dopamin dan serotonin). Neurotransmiter ini bekerja sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendali seluruh fungsi tubuh.
2.Konsumsi Nutrien Spesifik untuk Otak: Beberapa nutrien yang diketahui menjaga kesehatan otak adalah vitamin B kompleks, vitamin C dan E, fosfatidilserin, ubiquinon, asetil-L-karnitin dan ginkgo biloba. Vitamin B kompleks berperan aktif mengatur kinerja neurotransmiter dan metabolisme karbohidrat untuk produksi energi. Folat dapat menurunkan kadar homosistein, yang mana pada kadar yang tinggi memiliki implikasi terhadap penyakit jantung dan DA. Kolin berfungsi sebagai substrat untuk pembentukan neurotransmiter, asetilkolin.
Vitamin C dan E dapat bertindak sebagai antioksidan. Antioksidan dapat mencegah kerusakan oksidatif neurotransmiter, seperti dopamin di dalam otak.
Fosfatidilserin merupakan fosfolipid bermuatan negatif yang hampir selalu ditemukan pada membran sel. Senyawa ini berperan penting dalam memelihara kerja saraf, misalnya dalam menstimulasi pelepasan neurotransmiter dan proses transpor ion serta meningkatan kadar glukosa dan adenin monofosfat di otak. Dari beberapa studi diketahui fosfatidilserin memperbaiki memori, ”mood”, kewaspadaan dan aktivitas seharihari.
Ubiquinone (koenzim Q10) merupakan agen neuroprotektif yang potensial. Senyawa ini bertindak sebagai antioksidan yang dinamis selama berlangsungnya produksi senyawa-senyawa fosfat berenergi tinggi (ATP/ADP).
Asetil L-karnitin merupakan senyawa yang sangat penting dalam proses regenerasi energi di dalam mitokondria sel otak. Senyawa ini menyediakan gugus asetil untuk asetil koenzim A, dan memfasilitasi pelepasan asetilkolin, neuropeptida dan neurotransmiter lainnya, serta dapat menurunkan level kortisol. Ginkgo biloba mengandung senyawa flavonoid (ginkgoflavon glikosida) dan atau terpenoid (ginkgolida dan bilobalida) yang dapat bertindak sebagai antioksidan. Konsumsi ginkobiloba diyakini dapat meningkatkan sirkulasi darah mikrovaskuler, menangkap radikal-radikal bebas dan membantu memperbaiki kewaspadaan (konsentrasi) dan memori pada penderita DA.
3.Meditasi dan Latihan Otakl Meditasi telah berhasil menurunkan level kortisol dan memperbaiki mekanisme pelepasan kortisol. Kortisol dalam aksinya akan mencegah/menahan penggunaan glukosa oleh hipokampus, menghambat transisi sinapsis dan menyebabkan neuron/sel saraf luka (injury) serta kematian sel. Di samping itu, meditasi dapat menurunkan level lipid peroksidase, yaitu suatu enzim yang dapat menghasilkan radikal-radikal bebas dan meningkatkan level dehidroepiandrosteron, yaitu suatu hormon yang penting untuk optimalisasi fungsi otak. Bagaimana dengan berdzikir secara khusuk? Mungkin efeknya sama dengan meditasi.
Pemeliharaan suasana aerobik ternyata dapat memperbaiki aspek-aspek fungsi kognitif sebesar 20–30%. Oleh karena itu, olahraga sangat disarankan karena dapat menahan laju demensia alzheimer. Orang tua yang berusia 40 – 60 tahun dan mau melakukan olahraga secara teratur memiliki resiko DA yang lebih rendah dibanding mereka yang tak berolahraga. Olahraga diketahui meningkatkan aliran darah otak dan produksi faktor-faktor pertumbuhan untuk syaraf.
Latihan otak yang ditujukan memberikan stimulasi kognitif, seperti berdiskusi tentang topik aktual, mengisi teka-teki, main catur, mendengarkan musik dan berkesenian, dapat membantu mempertahankan kemampuan kognitif. Latihan tersebut mendorong berkembangnya dendrit dan meningkatnya plastisitas sistem syarat pusat. Meskipun kebanyakan DA diderita lansia di atas 60 tahun, sangatlah bijak jika yang berusia kurang dari 60 tahun pun mewaspadai dan mencegah munculnya alzheimer. Pencegahan secara terintegrasi tersebut di atas belum cukup memberikan jaminan terhindar DA. Namun demikian, menyikapi pertumbuhan lansia yang sangat pesat di Indonesia, melalui upaya pencegahan terintegrasi setidaknya dapat mengerem laju demensia alzheimer.

Tidak ada komentar: