Sabtu, 28 Januari 2012

PROSES PENCERNAAN MAKANAN

Pada saluran pencernaan terjadi proses pencernaan makanan, proses pencernaan makanan dimulai dimulut dengan cara mengunyah. Pada umumnya mengunyah dilakukan oleh otot-otot pengunyah yang dipersyarafi oleh cabang motorik nervus V dan proses mengunyah dikontrol nucleus dalam batang otak Sebagian besar proses mengunyah disebabkan oleh suatu reflek mengunyah, yang dapat diterangkan sebagai berikut : bolus makanan dimulut pada mulanya menimbulkan penghambatan refleks otot mengunyah, yang menyebabkan rahang yang bawah turun kebawah. Penurunan ini menimbulkan suatu reflek peregangan otot rahang yang menimbulkan kontraksi rebound. Keadaan secara otomatis mengangkat rahang menjadikan pengatupan gigi, tetapi juga menekan bolus melawan dinding mulut, yang menghambat otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan rahang turun dan kembali rebound pada saat yang lain, dan ini berulang terus menerus. Proses mengunyah dibantu oleh kelenjar ludah yang mensekresikan saliva.

Setelah proses mengunyah bolus mengalami proses menelan (deglutinasi). Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring hamper setiap saat melakukn beberapa fungsi lain disamping menelan, dan hanya diubah dalam beberapa detik kedalam traktus untuk mendorong makanan. Secara umum menelan dibagi menjadi : tahap volunter, tahap faringeal, dan tahap esophageal.

Tahap volunter dari penelanan . Ketika makanan siap untuk ditelan, “secara sadar” makanan digulung atau ditekan kearah posterior kedalam faring oleh tekanan dari lidah keatas dan kebelakang terhadap langit-langit mulut, menelan menjadi otomatis biasanya tidak bias dihentikan.

Tahap faringeal. Ketika bolus makanan masuk kebagian posterior mulut dan faring, bolus merangsang daerah reseptor menelan didaerah pintu faring, terutama pada tiang – tiang tonsillar, dan impuls-impuls dari sini berjalan ke batang otak untuk mencetuskan serangkaian kontraksi otot faringeal secara otomatis.

Tahap Esofageal. Ketika peristaltic dari esophagus dimulai, otot spinkter bawah dari esophagus berelaksasi, spinkter membuka dan bolus makanan masuk kelambung. Otot spinkter bawah esophageal berkontraksi, lalu menutup apabila gerakan peristaltic tidak ada, serta mencegah refluks dari lambung berupa asam lambung.

Setelah proses menelan, bolus berada dilambung, fungsi motorik dari lambung adalah penyimpanan sebagian besar makanan sampai makanan diproses duodenum, pencampuran makanan ini dengan sekresi dari lambung sampai membentuk suatu campuran setengah cairan disebut kimus, dan pengosongan makanan dengan lambat dari lambung kedalam usus halus pada kecepatan yang sesuai penyerapan dan pencernaan yang sesuai dengan usus halus.

Bolus dalam lambung dicerna dengan dibantu oleh hormone gastrin, asam lambung, serta lambung tersebut melakukan gerakan mencampur dan mendorong bolus yang sudah menjadi kimus. Selain itu lambung juga mensekresi kelenjar gastric yang memproduksi asam, mensekresi asam hidroklorida, pepsinogen, factor intrinsic, mucus dan lambung juga mensekresi kelenjar piulorik yang memproduksi mucus, beberapa pepsinogen, dan hormone gastrin. Dari lambung kimus masuk ke usus halus, kimus tersebut mengalami gerakan pencampuran dan kontraksi pendorongan. Aktivitas peristaltic sangat meningkat setelah makan. Ini disebabkan sebagian oleh masuknya kimus kedalam duodenum tetapi juga oleh apa yang disebut gastroenteric yang dimulai peregangan lambung diteruskan terutama melalui pleksus myenteric dari lambung menurun sepanjang dinding usus halus. Selain sinyal syaraf mempengaruhi peristaltikusus halus, terdapat beberapa factor hormonal juga mempengaruhi gerak peristaltic. Faktor hormonal tersebut meliputi gastrin,CCK, hormone insulin, motilin, dan serotonin, semuanya meningkatkan motilitas usus dan dikeluarkan selama berbagai fase pencernaan makanan. Dan sebaliknya sekretin dan glukagon menghambat motilitas usus kecil.

Diusus halus terjadi proses absorbsi melalui transfor aktif dan melalui difusi beberapa ratus gram karbohidrat, 100 gram lemak, 50 – 100 protein yang telah disederhanakan, serta 7-8 liter air. Air ditransfor melalui membrane usus dengan proses difusi. Absorbsi ion dilakukan melalui transfor aktif 20 – 30 gram natrium disekresikan melalui usus halus.

Permukaan absorbsi mukosa usus adalah villi. Terdapat jonjot – jonjot yang disebut valvulae conniventes yang dapat meningkatkan area permukaan absorbsi menjadi sekitar 3 kali lipat. Lipatan ini meluas secara lingkar kebanyakan disekitar usus dan terutama dengan baik berkembang baik di duodenum dan jejunum, dimana sering menonjol kedalam lumen 8 milimeter.

Setelah melalui proses absorbsi diusus halus, kimus masuk kedalam usus besar (kolon), sebelumnya melewati katup ileosekal yang mempunyai fungsi mencegah aliran balik isi fekal dari kolon kedalam usus halus. Didalam kolon, kimus mengalami proses absorbsi lagi, dimana fungsi dari kolon diantaranya absorbsi air dan elektrolit dari kimus dan penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Kira –kira 1500 ml kimussetiap harinya kedalam kolon. Sebagian besar absorbsi dalam usus besar terjadi pada pertengahan proksimal kolon sehingga disebut bagian ini kolon absorbsi. Dalam kolon terdapat juga bakteri yang berguna mencerna sellulosa, pembentukan vit K, vit B12, riboplavin, dan macam – macam gas. Terjadi gerakan – gerakan dalam kolon diantaranya gerakan mencampur dalam kolon lebih dikenal haustrasi yaitu kontraksi gabungan dari pita otot sirkuler dan longitudinal menyebabkan usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar menyerupai kantong. Selain gerakan mencampur kolon juga melakukan gerakan mendorong.

Setelah feses dalam kolon penuh akan terjadi proses defekasi. Adanya suatu reflek defekasi yaitu bila feses memasuki rectum, perenggangan dinding rectum menimbulkan sinyal – sinyal afferent yang menyebar melalui pleksus myenteric untuk menimbulkan gelombang peristaltic didalam kolon desenden, sigmoid, dan rectum, mendorong feses kearah anus. Ketika gelombang (reflek gasstriokolik) mendekati anus, spinkter ani internus direlaksasi oleh sinyal – sinyal penghambat dari pleksus myenteric; jika spinkter ani eksternus dengan sadar, secara volunter berelaksasi pada waktu bersamaan, akan terjadi defekasi.

Tidak ada komentar: