Jumat, 10 Februari 2012

ANGKA KEMATIAN IBU

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan milinium. Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih tetap tinggi dikawasan ASEAN walaupun sudah terjadi penurunan dari 307/ 100 ribu kelahiran hidup (SDKI, 2002-2003) menjadi 263/100 ribu kelahiran hidup (BPS,2005) dan 248/100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007) atau hampir dua kali lebih besar dari target WHO sebesar15/1000 kelahiran hidup.

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah karena masalah yang terdapat pada masyarakat sangatlah kompleks. Adapun penyakit yang terbanyak di derita oleh masyarakat terutama pada kelompok yang paling rawan yaitu ibu hamil dan ibu menyusui serta anak bawah lima tahun. Hal ini tercermin masih tingginya angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan, dan kurang gizi pada balita.

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya negara lain adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Dan untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin, serta memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai maka bidan harus kompeten dalam mengidentifikasi adanya tanda-tanda bahaya. Komplikasi atau pun penyebab langsung dari kematian ibu selain pada saat hamil dan persalinan. Saat masa nifas atau masa puerperium pun bisa terjadi hal – hal yang tidak diinginkan dan bisa menyebabkan kematian secara tidak langsung. Seperti perdarahan pada saat nifas, eklamsi pada saat nifas. Maka bidan sebagai provider dimasyarakat harus mempunyai kompetensi atau skill yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan dalam hal mendeteksi dini kelainan pada komplikasi.

Masa nifas sering disebut dengan masa puerperium. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu. Dalam masa nifas ini, alat – alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur – angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Di samping involusi ini, terjadi juga perubahan – perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Dan pengaruh lactogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar – kelenjar mamma.

Kelahiran bayi kiranya merupakan momen yang paling menggembirakan bagi orang tua mana pun. Mereka ingin bayi mereka sehat dan memiliki lingkungan emosi dan fisik yang terbaik. Dasar bagi kesejahteraan bayi paling baik diletakkan sesegera mungkin saat seorang wanita mulai hamil. Salah satu amanah dari seorang ibu adalah menyusui si buah hati. Semenjak bayi lahir, ibu harus sudah mulai belajar menyusuinya.

Memang saat itu Air Susu Ibu (ASI) mungkin belum keluar karena umumnya ASI baru keluar sesudah 3 - 4 hari kelahiran. Ibu tidak perlu cemas karena bayi tidak akan kelaparan, masalahnya bayi belum memerlukan banyak cairan pada hari-hari pertama. Belajar memberikan ASI sesudah proses melahirkan yang sangat melelahkan merupakan sebuah perjuangan yang cukup besar.

Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi makanan pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif.

Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus dimasa depan. Untuk melindungi kesehatan dan tumbuh kembang bayi, Tuhan telah mempersiapkan makanan yang nutrisinya paling lengkap, bahkan dalam jumlah yang berlimpah. ASI memenuhi kebutuhan biologis bayi. Oleh karena itu, alangkah disayangkan jika seorang ibu tidak bersedia menyusui bayinya.

Tidak ada komentar: