Senin, 06 Februari 2012

DIARE PADA BAYI UMUR 0 – 6 BULAN

1.Pengertian
Dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali (Hassan, 2005).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005).
2.Jenis-jenis Diare
a.Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu tetapi gejalanya dapat berat dan berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa darah.
b.Diare Kronis atau Menahun atau Persisten
Pada diare menahun (kronis), kejadiannya lebih kompleks
Fakto-faktor yang menimbulkan diare kronis:
1)Gangguan bakteri, jamur dan parasit
2)Malabsorpsi kalori
3)Malabsorpsi lemak
3.Faktor Penyebab Diare
Faktor penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a.Pemberian Makanan Tambahan
Memberikan makanan tambahan pada anak umur kurang dari enam bulan dapat menambah risiko kontaminasi yang sangat tinggi. Terdapat bahaya gastroenteritis yang merupakan penyakit serius pada anak. Adanya perubahan dalam pola konsumsi terutama konsumsi ASI yang bersih dan mengandung faktor anti-infeksi, menjadi makanan yang sering kali dipersiapkan, disimpan dan diberikan pada anak dengan cara yang tidak higienis dapat meningkatkan resiko infeksi yang lebih tinggi, terutama penyakit diare (Muchtadi, 2002).
Pemberian makanan tambahan seharusnya diberikan pada saat bayi berumur 6 bulan keatas. Beberapa enzim pemecahan protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase akan diproduksi sempurna pada saat bayi berumur 6 bulan. Pada bayi yang berumur 0-6 bulan rentan terkena diare dikarenakan enzim laktosa dalam usus kerapatannya belum sempurna sehingga sulit untuk menguraikan kuman-kuman yang masuk sehingga bayi diare (Hartono, 2008)
b.Faktor Infeksi
1)Infeksi enteral yaitu: infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada diare anak. Infeksi enteral ini meliputi:
a)Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainnya.
b)Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
c)Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
2)Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun (Hassan, 2005).
c.Faktor Malabsorbsi
1)Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
2)Malabsorbsi lemak: dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorbsi usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.
3)Malabsorsi protein
d.Faktor Makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
e.Faktor Psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar (Hassan, 2005).
f.Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi alat-alat yang dipegang (Hartono, 2008).
4.Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a.Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b.Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul Karena peningkatan isi rongga usus.
c.Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik usus akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patoganesis diare akut
a.Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
b.Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
c.Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
d.Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare kronis
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.
5.Akibat Diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi:
a.Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia).
b.Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
c.Hipoglikemia (defisiensi kandungan glukosa darah yang menimbulkan gelisah, hipotermia, sakit kepala, bingung, serta kadang-kadang kejang dan koma.
d.Gangguan sirkulasi darah.
6.Gejala Klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defeksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (paha bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila berdasarkan tonitas plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonic dan hipertonik.
7.Komplikasi
Menurut Hassan (2005), sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
a.Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik).
b.Renjatan hipovolemik
c.Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram)
d.Hipoglikemia (defisiensi kandungan glukosa darah yang menimbulkan gelisah, hipotermia, sakit kepala, bingung, serta kadang-kadang kejang dan koma.
e.Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
f.Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g.Malnutrisi energi protein, karena selain diaren dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.

Tidak ada komentar: