Jumat, 10 Februari 2012

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERSALINAN CAESAR PADA BULAN JANUARI-MARET

Masalah kematian ibu di Indonesia yang masih tinggi merupakan fokus utama pemecahan masalah kesehatan Indonesia. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di ASEAN, sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, artinya lebih dari 18.000 ibu setiap tahun atau dua ibu setiap dua jam meninggal karena kehamilan, persalinan dan nifas (Senewe, 2003).

Penyebab secara langsung tingginya AKI adalah perdarahan post partum, infeksi dan pre eklampsi (penyakit kehamilan dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria) / pre eklampsi disertai dengan kejang disebut eklampsi (Wiknjosastro, 2005). Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktor-faktor reproduksi, komplikasi obstetric (kehamilan, persalinan dan nifas), pelayanan kesehatan dan sosial ekonomi. Penyebab komplikasi obstetric langsung telah banyak diketahui dan dapat ditangani meskipun penanganannya terbukti sulit. Menurut SKRT 2001, penyebab obstetric langsung sebesar 90 %, sebagian besar perdarahan (28 %), eklampsia (24 %), dan infeksi (11 %). Penyebab tak langsung kematian ibu berupa kondisi kesehatan yang diantaranya, Kurang Energi Kronik (KEK) 37 %, anemia (Hb<11 gr %) 40 %, dan penyakit kardiovaskuler (Wiludjeng, 2005). Ronald M. Caplan, M.D., dalam bukunya Principles of Obstetrics, menyebutkan bahwa angka kejadian persalinan dengan operasi di Amerika Utara meningkat karena tindakan ini dapat mengurangi angka kematian ibu. Selain itu, tindakan operasi dilakukan segera karena persalinan alami mengalami hambatan. Apabila persalinan alami tetap dipaksakan, dapat mengakibatkan gangguan pada janin (Kasdu, 2003).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Namun tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan harus dilakukan tindakan seksio sesaria (Prawirohardjo,2005).

Seksio sesaria adalah persalinan untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan perut dengan menyayat dinding rahim (Kasdu, 2003).

Survei sederhana juga pernah dilakukan oleh Prof. Dr. Gulardi dan dr. A. Basalamah terhadap 64 rumah sakit di Jakarta pada tahun 1993. Dikutip di majalah Ayahbunda No.3/Februari 2001 yang hasilnya, tercatat 17.665 kelahiran. Angka kelahiran tersebut, sebanyak 35,7 sampai 55,3 % melahirkan dengan operasi sesar. Sebanyak 19,5 sampai 27,3 % diantaranya merupakan operasi sesar karena adanya komplikasi cephalopelvic dispofortion/CPD (ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin). Berikutnya, operasi sesar akibat perdarahan hebat yang terjadi selama persalinan sebanyak 11,9 sampai 21 % dari kelahiran sesar karena janin sungsang berkisar antara 4,3 sampai 8,7 % (Kasdu,2003).

Data lain dari RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 1999 sampai 2000, menyebutkan bahwa dari jumlah persalinan sebanyak 404 per bulan, 30 % diantaranya merupakan persalinan sesar, 52,5 % adalah persalinan spontan, sedangkan sisanya dengan bantuan alat vakum atau forsep. Berdasarkan persentase kelahiran sesar tersebut, 13,7 % disebabkan oleh gawat janin (denyut jantung janin melemah menjelang persalinan) dan 24 karena ukuran janin terlalu besar sehingga tidak dapat melewati panggul ibu dan sisanya, sekitar 13,9 % operasi sesar dilakukan tanpa pertimbangan medis (Kasdu,2003).

Tidak ada komentar: