Senin, 06 Februari 2012

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Karenanya, hal tersebut menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005 - 2009. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 - 2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000 kelahiran hidup. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup (Moedjiono, 2007). Data tahun 2005 menunjukkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 262 per 100.000 kelahiran hidup (Adiningsih, 2007).

Penyebab kematian ibu seperti faktor reproduksi, sosial ekonomi, akses terhadap pelayanan kesehatan dan komplikasi obstetrik. Menurut SKRT 2001 penyebab obstetrik langsung sebesar 90%, sebagian pendarahan (28%), eklamsia (24%), dan infeksi (11%). Penyebab tak langsung kematian ibu berupa kondisi kesehatan yang dideritanya misalnya kekurangan energi kronis (KEK) 37%, anemia (Hb < 11 g/dl %) 40% dan penyakit kardiovaskuler (Rukmini, 2003). Anemia merupakan penyakit yang masih cukup tinggi prevalensinya dinegara berkembang terutama kelompok resiko tinggi seperti ibu hamil dan ibu menyusui. Gejala umum anemia seperti lesu, letih, pucat serta lelah, berkunang – kunang dan gampang mengantuk merupakan gejala klinis yang diketahui seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari 10 gr % disebut anemia dalam kehamilan. Anemia dalam kehamilan atau kekurangan kadar hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia uterin, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum. Anemia berat dengan kadar Hb kurang dari 4 gr % dapat mengakibatkan dekompensatio cordis. Sedangkan komplikasi dapat terjadi pada hasil konsepsi yaitu kematian mudigah, perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan cadangan zat besi kurang ( Prawirohardjo, 2002 ).
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau perdarahan frekuensi anemia dalam kehamilan di dunia cukup tinggi berkisar antara 10 % dan 20 % ( Prawirohardjo, 2002 ).

Menurut ikatan bidan Indonesia ( 2000 ) untuk deteksi anemia pada kehamilan maka pemeriksaan kadar Hb ibu hamil harus dalakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Bila kadar Hb < 11 gr % pada kehamilan dinyatakan termasuk anemia dan harus diberi suplemen tablet zat besi yang berisi 60 mg zat besi dan 0,5 mg asam fiat, diminum secara teratur 1 tablet/ hari selama 90 hari berturut – turut, bila kadar Hb masih < 11 gr % pemberian tablet Fe dilanjutkan ( Herlina, 2007 ). Kadar Hb dibawah normal ( anemia ) pada wanita dewasa ini perlu mendapatkan perhatian yang benar karena dapat merugukan rantai panjang yang akan merugikan secara berulang – ulang dari generasi ke generasi. Anemia pada umumnya kelompok sosial ekonomi rendah secara keseluruhan anemia terjadi pada 45 % wanita di Negara berkembang( Achadi, 2007 ).

Tidak ada komentar: