Senin, 06 Februari 2012

MORTALITAS DAN MORBIDITAS

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar yang ada di negara berkembang. Negara miskin terdapat sekitar 25-50% kematian usia subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita pada masa puncak produktifitasnya (Prawirohardjo, 2002).

Target AKI yang diharapkan pada tahun 2010 adalah menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup melalui pelaksanaan MPS dengan salah satu pesan kunci yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (Depkes, 2007). Target AKI tersebut bukan merupakan tanpa perhitungan, tetapi target tersebut merupakan komitmen global yang tertuang dalam Millennium Development Goals (MDGs). Salah satu target dalam MDGs adalah menurunkan angka kematian sebesar tiga perempatnya. Menyadari kondisi tersebut, pada tahun 2000 Departemen Kesehatan telah menyusun rencana strategis jangka panjang dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Rencana strategi ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan hanya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan Making Pregnancy Safer (MPS) (Gusedy, 2007). AKI pada tahun 2006 sebesar 127 per 100.000 kelahiran hidup dan AKI di Jawa Tengah mencapai 101 per 100.000 kelahiran hidup sehingga pada tahun 2006 sudah dibawah AKI nasional.

Penyebab utama kematian ibu masih berkisar oleh trias klasik yaitu pendarahan 34,3%, keracunan kehamilan 23,7%, dan infeksi nifas 10,5%. Faktor yang menjadi penyebab utama kematian ibu yang dapat mempengaruhi tingginya AKI dan AKB di Indonesia adalah pendidikan, pengetahuan, sosial budaya, sosial ekonomi, geografi dan lingkungan ibu pada fasilitas kesehatan serta kebijakan makro dalam kualitas pelayanan kesehatan (Dinkes, 2007). Tiga terlambat yang mempengaruhi kematian maternal adalah terlambat mengenali bahaya dan mengambil keputusan merujuk, terlambat mencapai fasilitas rujuk dan terlambat memperoleh penanganan yang adekuat disebabkan oleh belum teraksesnya ibu hamil (Prawirohardjo, 2002).

Menurut (Prawirohardjo, 2002) tujuan Pelayanan Antenatal adalah Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memeriksakan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi, mengental secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif, mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Analisis terhadap penolong persalinan adalah hal yang penting, karena salah satu indikator proses yang penting dalam program safemotherhood adalah memperhatikan seberapa banyak persalinan yang dapat ditangani, khususnya oleh tenaga kesehatan. Indikator ini masih menjadi indikator porsi kematian ibu yang penting dan baik serta selalu diperhatikan dalam beberapa bahasan. Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan semakin rendah terjadinya resiko kematian (Maryani, S, 2007).

Oleh karena itu, untuk meminimalkan fenomena tersebut diupayakan dengan lebih memperluas dan mendekatkan pelayanan yang lebih bermutu dengan biaya yang relatif terjangkau, yaitu dengan mendapatkan bidan di daerah pedesaaan agar setiap persalinan ditolong bidan atau minimal didampingi oleh bidan, dan pelayanan obstetrik sedekat mungkin kepada semua ibu hamil. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pelayanan kesehatan maternal yang efektif pada masa kehamilan, dengan menghadirkan penolong persalinan yang sudah terampil (seperti bidan) pada setiap kelahiran bayi oleh karena itu salah satu aspek yang paling penting dari asuhan antenatal adalah membina hubungan saling percaya antara ibu dan keluarga. Jika seorang ibu mempercayai bidan maka kemungkinan besar ibu akan kembali ke bidan yang sama untuk persalinan dan kelahiran bayinya (Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2003). Dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan sumber daya manusia yang mampu untuk memberikan pelayanan optimal dengan berpedoman pada standar pelayanan yang telah disepakati (Prawirohardjo, 2002).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hubungan frekuensi kunjungan ANC dengan pemilihan penolong persalinan antara lain : Pendidikan ibu yang rendah, daerah tempat tinggal yang jauh dari fasilitas kesehatan maupun tenaga kesehatan, budaya di masyarakat terlebih di desa, dan status ekonomi (Wardhani, 2006).

Tidak ada komentar: