Senin, 06 Februari 2012

PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

Menurut WHO (2001), beberapa program pengendalian Aedes aegypti yang terjangkau dan murah serta tahan lama adalah sebagai berikut:
1.Pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan mencakup semua perubahan yang dapat mencegah atau meminimalkan perkembangan vektor sehingga kontak antara vektor dengan manusia berkurang. Metode pokok dalam management lingkungan meliputi:
a.Modifikasi lingkungan
Menurut Kusnoputranto (2000), modifikasi lingkungan suatu transformasi fisik yang permanent (jangka panjang) terhadap tanah, air dan tumbuh-tumbuhan untuk mencegah/menurunkan habitat larva tanpa mengakibatkan kerugian bagi manusia.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan modifikasi lingkungan antara lain: perbaikan penyediaan air, tangki dan reservoir diatas atau dibawah tanah anti nyamuk dan perubahan fisik habitat larva yang tahan lama (WHO, 2001).
b.Manipulasi lingkungan
Menurut Kusnoputranto (2000) manipulasi lingkungan adalah suatu pengkondisian sementara yang tidak menguntungkan/tidak cocok sebagai tempat berkembangbiak vektor penular penyakit.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk manipulasi lingkungan antara lain: drainase instalasi penyediaan air, penyimpanan air rumah tangga dan pengubahan sementara habitat vektor atau pemusnahan tempat perkembangbiakan vektor. Pengubahan sementara habitat vektor yang dapat dilakukan di rumah tangga pot bunga, vas bunga dilubangi untuk saluran air keluar, pemeriksaan wadah penampungan hasil kondensasi kulkas atau lemari es/AC, pemeriksaan pipa aliran air talang atap secara berkala (WHO, 2001).
c.Perubahan habitat atau perilaku manusia
Upaya untuk mengurangi kontak antara manusia dengan vektor, misalnya: pakaian pelindung, pemakai obat nyamuk baker dan aerosol, penolak serangan, pemakaian kelambu atau korden (WHO, 2001).
2.Pengendalian biologis
Penggunaan preparat biologi untuk mengendalikan populasi nyamuk vektor penyakit Demam berdarah Dengue terutama pada tahap larvanya, hanya menjadi kegiatan lapangan berskala kecil. Pengendalian biologis yang dapat dilakukan antara lain (WHO 2001):
a.Ikan
Ikan pemangsa larva (Gambusia affinis dan Pacilia retreulata) sudah semakin banyak digunakan untuk mengendalikan An. Stephensi dan atau Aedes aegypti dikumpulkan di air yang banyak atau dikontainer air yang besar.
b.Bakteri
Ada dua spesies bakteri penghasilan endoktosin, Bacillus thuringeusis dan Bacillus spharicus adalah agen yang efektif untuk mengendalikan larva nyamuk. Bakteri tersebut tidak terpengaruh pada spesies non target Bacillus thuringelius terbukti paling efektif terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus .
3.Pengendalian kimia
Metode mengendalikan secara kimiawi saat ini untuk menerapkan Insektisida mencakup penggunaan larvasida dan pengasapan ruangan (fogging). Pengendalian secara kimia dengan menggunakan Insektisida ditujukan kepada nyamuk dewasa dan jentiknya.
a.Pemberantasan nyamuk dewasa
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan (pengasapan/fogging) dengan Insektisida golongan Organo fosfat, misalnya malathion, fenithotion dan perinifos metal (WHO, 2001;73). Penyemprotan Insektisida ini dilakukan dengan interval satu minggu, semua nyamuk yang mengandung virus Dengue dan nyamuk lainnya akan mati. Tetapi segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang diantaranya akan mengisap darah penderita Demam Berdarah Dengue yang masih ada setelah penyemprotan siklus pertama, yang selanjutnya dapat menimbulkan penularan virus Dengue lagi. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan Insektisida ini dalam waktu singkat dapat membatasi penularan, akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan pemberantasan jentiknya agar populasi nyamuk penular dapat tetap ditekan serendah-rendahnya (Depkes,1992).
b.Pemberantasan jentik
Pemberantasan terhadap jentik dengan menggunakan Insektisida pembasmi jentik (larvasida) yang disebut dengan abatisasi. Larvasida yang digunakan adalah Temephos atau abate. Abatisasi mempunyai efek residu 8-12 minggu (WHO, 2001).

Tidak ada komentar: