Jumat, 10 Februari 2012

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG TABLET Fe DENGAN KONSUMSI TABLET Fe PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas masih sangat tinggi, Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan SDKI tahun 2007 adalah 248 per 100.000 kelahiran hidup, penyebab kematian ibu yang paling besar adalah perdarahan 28 persen, keracunan kehamilan/eklampsia (kaki bengkak dan darah tinggi) sebanyak 24 persen, dan infeksi sebanyak 11 persen.

Menurut penelitian angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Disamping itu perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah (Soeprono, 2007).

Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah tingginya prevelensi anemia ibu hamil yaitu sebesar 59,9% dan sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemeglobin, sehingga anemia yang ditimbulkan disebut anemia kekurangan besi. Keadaan kekurangan besi pada ibu hamil dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuham baik pada sel tubuh maupun sel otak, demikian juga ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah (BBLR), perdarahan sebelum serta pada waktu melahirkan dan pada anemia berat yang dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi. Pada anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan, tidak dapat mencapai tinggi yang optimal dan anak menjadi kurang cerdas (Soekirman, 2000).

Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari 10 gr% disebut menderita anemia dalam kehamilan. Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia uterin, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum. Anemia berat dengan Hb kurang dari 4 gr% dapat mengakibatkan dekompensatio cordis. Sedangkan komplikasi dapat terjadi pada hasil konsepsi yaitu kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan cadangan zat besi kurang (Prawirohardjo, 2002).

Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau perdarahan. Frekuensi anemia dalam kehamilan di dunia cukup tinggi berkisar antara 10% dan 20% (Prawirohardjo ,2002). Badan Kesehatan dunia (World Health Organization/ WHO, 2007) melaporkan bahwa prevelensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. 1,4 anemia defisiensi besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (atau sekitar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara yang sedang maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang. Di Indonesia prevelensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1% (SKRT, 2001). Penyebab anemia besi adalah KEP pada ibu hamil yaitu 51%, pada ibu nifas yaitu 45% (Depkes,2003). Kehilangan besi selama setahun menyusui sejumlah 0.3- 0.5 mg/hari. Untuk ini tambahan kehilangan disebabkan kehamilan dan melahirkan sekitar 3 mg/hari untuk 280 hari kehamilan (840 mg besi). Lebih dari 2 tahun dari intake diet normal dibutuhkan untuk menutupi kehilangan besi selama kehamilan. Lebih dari 500 mg dari besi simpanan dibutuhkan untuk menanggulangi defisiensi besi selama kehamilan. Level ini diperlihatkan hanya 20% pada wanita, 40% pada wanita memiliki cadangan 100 to 500 mg, dan 40% wanita tidak memiliki besi simpanan.

Defisiensi Fe di Indonesia merupakan problema defisiensi nasional dan perlu ditanggulangi secara serius dengan liputan nasional pula. Upaya prevensi belum diprogramkan secara menyeluruh baru diberikan suplement / preparat ferro kepada para ibu hamil yang memeriksakan diri ke Puskesmas, Rumah sakit dan dokter (Sediaoetomo, 2000).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Kesehatan antara lain pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin selama jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi untuk ibu hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi dan pemberiannya dapat melalui Puskesmas, puskesmas pembantu, Posyandu dan Bidan di Desa. Buku pedoman pemberian zat besi bagi petugas tahun 1995, dan poster-poster mengenai tablet besi sudah dibagikan. Buku Pedoman Operasional Penanggulangan anemis Gizi bagi petugas tahun 1994. Sejak tahun 1993 sampai sekarang, kemasan Fe yang tadinya menimbulkan bau kurang sedap sekarang sudah mengalami perbaikan yaitu tablet salut yang dikemas sebanyak 30 tablet per bungkus aluminium dengan komposisi yang sama. Namun program di lapangan menunjukkan bahwa semua ibu hamil mendapatkan tablet besi sesuai yang diharapkan program yaitu 90 tablet. Cakupan distribusi tablet tambah darah ibu hamil pada tahun 2001 Fe 1 : 67,49% dan Fe : 63,08% (SKRT, 2001)

Faktor utama yang menyebabkan sulitnya penurunan prevalensi anemia ini antara lain karena rendahnya cakupan distribusi dan kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet besi. Survey Kesehatan Rumah tangga melaporkan bahwa distribusi tablet besi sebesar 27% dan kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet besi sebanyak 23% (Ernawati, 2000).

Tidak ada komentar: