Jumat, 10 Februari 2012

HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup guna menunjang proses pertumbuhan dan melakukan aktifitas harian. Seperti halnya ibu hamil, kehamilan juga dapat menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh.
Keadaaan berat badan seseorang dapat digunakan sebagai salah satu petunjuk apakah seseorang dalam keadaan seimbang, kelebihan atau kekurangan energi. Ketidakseimbangan masukkan energi dengan kebutuhan yang berlangsung jangka lama akan menimbulkan masalah kesehatan (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Faktor yang berperan dalam menentukan masalah status kesehatan seseorang adalah salah satunya tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Menurut peneliti Apriadji pada tahun 1986 di dalam buku Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI tahun 2007 menyebutkan bahwa, keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan, orang dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk makanan, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi tinggi biasanya akan seimbang antara kebutuhan untuk makanan dengan kebutuhan yang lainnya. Menurut Berg (1986) dalam buku Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI tahun 2007 mengatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin tinggi penghasilan berarti semakin baik makanan yang diperoleh untuk dikonsumsi.
Status gizi ibu sewaktu hamil dipengaruhi oleh keadaan status sosial dan ekonomi, keadaan kesehatan dan gizi ibu, jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak pertama, paritas, usia, pekerjaan fisik, asupan pangan dan pernah tidaknya terjangkit penyakit infeksi. Status ekonomi sangat bersangkutan jika dibawah garis kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna untuk pemastian apakah ibu berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi, tetapi tidak menutup kemungkinan juga ibu hamil dari keluarga sejahtera juga dapat mengalami gizi buruk, karena beberapa faktor diantaranya hiperemesis gravidarum yang tak kunjung hilang, pola makan ibu yang tidak teratur, serta keadaan psikologis. Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti KEK dan anemia gizi (Depkes RI, 1996) (Arisman, 2004).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2003, menunjukkan bahwa 16,7% ibu hamil menderita KEK dan 40,1% yang menderita anemia. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil yang normal, akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, perdarahan pasca persalinan, dan mudah mengalami gangguan kesehatan (Depkes RI, 1996). Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah ibu hamil tersebut menderita KEK. Di Indonesia batas ambang lila dengan resiko KEK adalah < 23,5 cm (Zulhaida, 2003).

Tidak ada komentar: